Jika kehilangan uang Rp 300.000 dalam investasi sudah membuat gundah gulana dan tidak tidur berhari-hari, kemungkinan investor tersebut tidak cocok menanamkan dananya pada aset berisiko tinggi.
Oleh
Joice Tauris Santi
·3 menit baca
Aset dengan potensi imbal hasil tinggi, seperti berbagai komoditas mata uang kripto, valuta asing, atau kontrak berjangka, selalu menarik perhatian, baik investor jangka pendek (trader) maupun jangka panjang. Namun, sering kali para investor, terutama pemula, hanya terpaku pada potensi imbal hasil tinggi tetapi melupakan risikonya.
Sebenarnya jika risiko dikelola dengan baik, berinvestasi pada aset berisiko tinggi dapat meningkatkan akselerasi penambahan aset. Salah satunya dengan mengamankan modal yang sudah dikeluarkan. Pengelolaan keuangan hanyalah satu dari beberapa mitigasi risiko, selain pengelolaan emosi dan metode investasi, baik jangka pendek maupun panjang.
Fluktuasi harga koin kripto dan valuta asing sangat tinggi. Dalam hitungan detik harga bisa berubah. Idealnya, sebelum investor atau trader memutuskan membeli aset berisiko tinggi ini, mereka telah memenuhi persyaratan finansial.
Persyaratan itu mestilah mengikuti kaidah piramida finansial yang terdiri atas beberapa tingkatan. Tingkatan paling bawah adalah penyediaan dana darurat, dilanjutkan dengan tingkatan di atasnya, yakni proteksi berupa asuransi, terakhir investasi. Investasi dapat berjangka pendek, menengah, atau panjang. Setelah itu barulah bisa memikirkan membeli aset berisiko tinggi.
Uang yang digunakan untuk membeli aset berisiko tinggi sebaiknya berupa ”uang dingin” yang memang tidak dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Uang tersebut diposisikan ”siap hilang”.
Risiko tinggi muncul karena berbagai faktor, antara lain kondisi pasar dan kejadian di luar kendali. Contoh, CEO bursa kripto kabur membawa uang nasabahnya seperti yang terjadi di Turki atau broker transaksi valuta asing yang menghilang. Ada baiknya menyiapkan mental sejak dini jika suatu saat uang yang ditanamkan hilang.
Jika kehilangan uang Rp 300.000 dalam investasi sudah membuat gundah gulana dan tidak tidur berhari-hari, kemungkinan investor tersebut tidak cocok menanamkan dananya pada aset berisiko tinggi.
Ada baiknya memulai investasi dengan dana kecil dulu. Besarannya dapat berbeda antara satu orang dan lainnya, tergantung tingkat toleransi terhadap risiko dan jumlah modal yang dimiliki.
Semakin tinggi toleransi risiko seorang investor, biasanya semakin besar pula uang yang disediakan untuk bertransaksi dengan risiko tinggi. Sebaliknya, semakin tidak berani mengambil risiko, semakin sedikit pula dana yang disediakan.
Selain itu, jumlah modal juga memengaruhi. Seorang investor dengan modal Rp 20 juta dan berani mengambil risiko kehilangan 10 persen dari modalnya, artinya dia berani kehilangan Rp 2 juta.
Sementara investor lain dengan jumlah modal yang sama tetapi tidak berani mengambil banyak risiko, mungkin hanya bersedia kehilangan Rp 1 juta. Investor lainnya lagi berani mengambil risiko hingga 10 persen dari modal. Namun, modal yang dimiliki hanya Rp 1 juta. Dengan demikian, risiko kehilangan uang yang berani ia tanggung sebesar Rp 100.000.
Dalam bertransaksi aset berisiko tinggi, jangan lupa menentukan kapan akan balik modal. Misalnya, dengan modal Rp 10 juta, dari hasil transaksi jual beli valuta asing selama satu bulan, akan diperoleh hasil 10 persen yang kemudian digunakan untuk penambahan modal (compounding).
Dengan demikian, pada akhir bulan pertama, dia akan memperoleh keuntungan Rp 1 juta yang langsung ditambahkan pada modal sehingga total menjadi Rp 11 juta. Pada akhir bulan kedua didapat keuntungan Rp 1.100.000 yang kemudian ditambahkan lagi ke modal sehingga menjadi Rp 12.100.000 dan seterusnya.
Dengan asumsi skenario pendapatan sesuai harapan, yaitu diperoleh keuntungan 10 persen per bulan, maka pada akhir bulan kesembilan, modal yang terkumpul menjadi Rp 21.435.767.
Investor yang ingin mengamankan modalnya, ada baiknya menarik modal awal sebesar Rp 10 juta tadi. Sisa modal sebesar Rp 11.435.767 inilah yang bisa dikembangkan lagi.
Dengan mengamankan modal, pikiran akan lebih tenang karena modal selanjutnya bukan berasal dari kantong sendiri, melainkan hasil pengembangan modal sebelumnya. Dengan langkah pengamanan model semacam itu, beban psikologis investor atau trader akan jauh berkurang saat berinvestasi.