Pemulihan ekonomi akibat pandemi dapat memberi pertumbuhan tinggi berkelanjutan melalui peragaman produk industri dan ekspor.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
Dalam webinar Kompas Collaboration Forum, Jumat (29/10/2021), Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Suharso Monoarfa menggunakan Indeks Kompleksitas Ekonomi (IKE/Economic Complexity Index) yang dikembangkan Center for International Development Harvard University.
Kompleksitas ekonomi adalah ukuran pengetahuan suatu masyarakat yang terekspresikan pada produk. Dasar mengukur kompleksitas ekonomi suatu negara adalah keragaman ekspor suatu negara atau jumlah negara yang memproduksi produk yang sama.
Negara yang dapat berkelanjutan mengakumulasi pengetahuan dalam rentang keberagaman, di antaranya kecanggihan, kekhasan dan pengetahuan tepat guna, umumnya dapat memproduksi barang beragam dan produk kompleks yang hanya beberapa negara dapat membuat.
Pengukuran menggunakan IKE membantu memprediksi pertumbuhan ekonomi ketika dikaitkan dengan tingkat pendapatan saat ini dan perkiraan ekspor sumber daya alam. Dari 133 negara yang diukur, pada 2019 RI di peringkat ke-61 atau di papan tengah. Peringkat puncak diduduki Jepang.
Posisi Indonesia membaik dari posisi tahun 1995, yaitu peringkat ke-77. Namun, kenaikan peringkat kita melandai, terutama dalam sepuluh tahun terakhir. Adapun Vietnam membuat lompatan mengesankan, dari sebelumnya posisi ke-107 pada tahun 1995 menjadi tangga ke-56 pada 2019.
Bila sepakat menggunakan ukuran IKE dalam mengukur kemajuan industrialisasi dan pertumbuhan ekonomi, peluang kita adalah sumber daya alam terberikan, yaitu negara kepulauan di khatulistiwa dan lingkar gunung api dunia. Keunikan geografi ini memberi tanah subur, matahari sepanjang tahun, curah hujan cukup untuk memproduksi sawit, kopi, kakao, rempah, umbi-umbian dan sagu, tebu dan banyak lagi.
Juga laut sebagai tempat reproduksi ikan bernilai tinggi seperti tuna. Indonesia juga kaya bahan tambang mineral dan batubara. Keunggulan komparatif lain kita adalah jumlah penduduk yang besar dan mayoritas berusia produktif. Mereka pasar sekaligus tenaga kerja yang bisa melahirkan inovasi.
Tantangannya menjadikan keunggulan komparatif menjadi keunggulan kompetitif. Di sini akumulasi pengetahuan melalui pendidikan sesuai keunggulan komparatif kita akan menentukan kemampuan menghasilkan produk canggih, unik, beragam, tidak diproduksi banyak negara. Datangnya era digital membuka peluang mendiversifikasi ekonomi dan melahirkan inovasi. Untuk ini diperlukan kehadiran banyak pelaku wirausaha yang dicetak melalui pendidikan.
Kita perlu memiliki strategi industrialisasi, menciptakan ekosistem pendukung seperti kelembagaan, yang memberi kepastian kebijakan untuk menjamin investasi skala besar jangka panjang dari luar negeri dan domestik, maupun berskala UKM.