Pembangunan jalan tol diajukan sebagai solusi mengatasi kemacetan di Puncak, Bogor. Itu bukan solusi final, karena kemacetan tetap terjadi di sejumlah jalan tol.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
Kawasan Puncak, Bogor, Jawa Barat, sebagai magnet pariwisata, terutama bagi warga di Jabodetabek, menyita perhatian kembali seiring terjadinya kemacetan parah saat akhir pekan dan liburan. Terakhir kali, guna mencegah kemacetan di Puncak, pemerintah mengimbau aparatur sipil negara bekerja dari rumah pada awal Mei 2022, bertepatan dengan puncak arus balik Lebaran (Kompas, 7/5/2022).
Pada Lebaran 2022 diprediksi sekitar 500.000 wisatawan mengunjungi Puncak. Jumlah sebenarnya pelancong ke Puncak bisa lebih banyak dari perkiraan itu, karena kawasan tersebut kini bukan hanya tujuan bagi warga Jabodetabek, tetapi juga penduduk Cianjur, Sukabumi, dan wilayah lain.
Jika dicermati, ada dua problem utamakawasan Puncak. Pertama, berkembangnya Puncak dari dulunya obyek wisata alam, tetapi kini urban tourism, yang membuat Puncak makin menjadiprimadona. Situasi itudiperparahminimnya promosi tujuan wisata alternatif di sekitar Puncak sehingga lalu lintas dari dan ke Puncak selalu saja padat.
Pengamat perkotaan Yayat Supriyatna menilai, Puncak ibaratnya sudah kota. Seiring perubahan itu, banyak wisatawan menganggap Puncak sebagai destinasi yang dekat, tidak jauh lagi, dan selalu menarik disinggahi.
Pemerintah Kabupaten Bogor sebagai tuan rumah kawasan Puncak perlu menginventarisasi area-areawisata potensial di daerahnya yangbelum banyak didatangi, juga kawasan-kawasan diseputar Kabupaten Bogor.
Beberapa tujuan wisata alternatif itu di antaranya Caringin, Cigombong, kawasan di Puncak II, Bogor Barat, Sentul, Pasar Apung, dan Curug. Kunjungan turis ke destinasi-destinasi itu sedikit banyak akan mengurangi kepadatan diPuncak.
Penyebab kedua, infrastruktur jalan menuju Puncak dan kawasan-kawasan di sekitarnya tak kuasa mengimbangi penambahan jumlah kendaraan pribadi dalam sekian tahun terakhir. Pelbagai upaya telah dilakukan, sebut saja aturan ganjil genap, serta pelebaran beberapa ruas jalan.
Namun, hasilnya tidak efektif. Terbukti, sistem ganjil genap yang idealnya mengurangi kepadatan hingga 50 persen, ternyata hanya mengurangi kepadatan sekitar 20 hingga 30 persen di Puncak. Maklum, beban masalahnyademikianberat.
Kedua penyebab ini sepatutnya diatasi secara komprehensif dan simultan.
Penyediaan infrastruktur jalan tol saja tanpa promosiwisata alternatif akan memicu kemacetan baik di jalur konvensional maupun di jalan tol yang akan dibangun. Jangan dilupakan, rekayasa lalu lintas pada hari-hari sibuk tetap harus dijalankan meski sudah ada jalan tol baru.
Banyak pengalaman menunjukkan, kemacetan terjadi di jalan-jalan tol, termasuk yang baru dibangun. Belum optimalnya transportasi publik dan rendahnya kedisiplinan pengemudi membuat kemacetan lazim terjadi. Jalan tol perlu dibangun, tetapi harus diyakini juga bahwa itu bukan satu-satunya solusi kemacetan di Puncak.