Kemunculan Uber terjadi di tengah meluasnya ekonomi digital. Perusahaan teknologi bermunculan. Hadir tantangan yang tak mudah bagi pemimpin negara karena ada perubahan lanskap ketenagakerjaan dan ekonomi secara luas.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
Emmanuel Macron, saat menjabat menteri bidang perekonomian, terungkap sangat memihak perusahaan Uber. Tekanan politik pun menghantam Macron.
Hantaman muncul setelah The Guardian, media Inggris, menerima 124.000 berkas mengenai kinerja Uber, perusahaan teknologi pengelola jasa angkutan asal Amerika Serikat, selama 2013-2017. The Guardian, anggota Konsorsium Internasional Jurnalis Investigasi (ICIJ), membagikan berkas kepada 42 anggota konsorsium, termasuk Le Monde asal Perancis dan The Washington Post asal Amerika Serikat.
Terungkap dalam dokumen bahwa petinggi Uber gembira setelah bertemu Macron yang menjabat Menteri Ekonomi, Industri, dan Urusan Digital pada 2014-2016 karena ia menunjukkan keberpihakan besar terhadap mereka. Macron berjanji mendekati pejabat pemerintahan guna memuluskan pembuatan peraturan-peraturan yang menguntungkan Uber. Dikutip Kompas edisi 13 Juli 2022, informasi keberpihakan Macron disampaikan pula oleh Mark MacGann, mantan pelobi Uber untuk Eropa, Timur Tengah, dan Afrika.
Saat hadir di Perancis dan Eropa pada 2012, Uber ditentang banyak kalangan. Model bisnisnya dianggap tak mendukung kesejahteraan pekerja, terutama sopir taksi konvensional. Uber memberi harga lebih murah sehingga taksi reguler kalah bersaing. Sopir Uber juga tak terikat kontrak sehingga bisa menjalankannya paruh waktu. Mereka tidak membayar pajak dan kewajiban lain yang dilakukan sopir taksi konvensional.
Laporan media dijadikan amunisi oleh politisi kiri dan kanan di parlemen guna menyerang Macron yang kini Presiden Perancis. Namun, mereka akhirnya menyepakati bahwa apa yang terjadi bertahun-tahun lalu itu tak perlu sampai membuat Macron mundur dari posisi sebagai presiden.
Dokumen mengenai kedekatan Macron-Uber memunculkan pertanyaan seputar kepatutan politik. Seberapa jauh pemimpin pemerintahan bidang ekonomi dapat berpihak pada sebuah perusahaan? Dengan alasan seberapa pun kuatnya, tetap muncul pertanyaan apakah perlu Macron sampai menjanjikan bantuan kebijakan sangat besar bagi Uber?
Dikutip The Washington Post, Macron membela apa yang dilakukannya. Ia semata-mata menginginkan investasi masuk ke Perancis dan memberi peluang bagi kaum muda negara itu untuk mendapatkan pekerjaan. Liberalisasi ekonomi, atau kemudahan berusaha, memang menjadi prioritas Macron. Tentu hal itu mengundang kritik, terutama dari politisi kiri.
Kemunculan Uber terjadi di tengah meluasnya ekonomi digital. Perusahaan teknologi bermunculan, terutama dari Amerika Serikat. Hal ini memberi tantangan tak mudah bagi pemimpin negara karena mengubah lanskap ketengakerjaan dan ekonomi secara luas.
Dalam konteks itulah, Macron harus merespons. Ada ekonomi digital yang mengubah banyak hal dan harus direspons secara tepat, sementara di sisi lain ada etika dan kepatutan pejabat publik. Tarik-menarik di antara keduanya jelas tak mudah untuk dikelola.