Uni Emirat Arab dan Indonesia berupaya meningkatkan kerja sama dalam hal toleransi serta penyebaran nilai perdamaian.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
Selama sepekan, sejak Selasa (1/11/2022), Wakil Presiden Ma’ruf Amin berkunjung ke Uni Emirat Arab dan Mesir. Kunjungan itu tak hanya untuk memenuhi acara. Sejumlah agenda kenegaraan dan internasional harus dihadiri Wapres, seperti Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Perubahan Iklim COP 27 di Mesir, kerja sama antara Universitas Mohamed bin Zayed, Abu Dhabi, dan Universitas Nahdlatul Ulama (NU) Yogyakarta, serta Forum Perdamaian Abu Dhabi (ADFP). Namun, lebih penting lagi, misi yang diemban Wapres adalah untuk menyebarkan nilai Islam moderat, toleransi, dan perdamaian.
Presiden ADFP Shaykh Abdallah bin Bayyah di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab (UEA), Rabu (2/11/2022), menjelaskan, ada banyak bidang kerja sama yang bisa dibangun Indonesia dan UEA terkait toleransi dan penyebaran nilai perdamaian. Apalagi, kedua negara mendorong nilai itu. Toleransi menjadi satu dari sepuluh prinsip negara UEA. Nilai itu juga masuk dalam konstitusi Indonesia (Kompas, 3/11/2022).
Wapres Amin pun mengakui, penguatan visi untuk mengembangkan toleransi dan Islam yang moderat tidak hanya akan dilakukan Indonesia dan UEA, tetapi juga ditularkan ke negara lain di seluruh dunia. ADFP diharapkan bisa diikuti sejumlah negara dunia dan tidak hanya kalangan Islam, tetapi juga agama lain.
Dalam upaya mengembangkan perdamaian dan toleransi di dunia ini, UEA memang mengambil peranan yang besar. Pada 2019, misalnya, Pemimpin Gereja Katolik Roma Paus Fransiskus mengadakan kunjungan bersejarah ke Abu Dhabi dan menggelar misa yang dihadiri lebih dari 130.000 anggota umat Katolik di Stadion Zayed Sport City.
Sebelumnya, Paus dan Imam Besar Al-Azhar Sheikh Ahmed al-Tayeb menandatangani dokumen bersejarah tentang persaudaraan manusia untuk perdamaian dunia serta hidup berdampingan guna menangkal radikalisme dan terorisme (Kompas, 6/2/2019).
Dokumen Persaudaraan Manusia menjadi yang terpenting dalam sejarah hubungan Al-Azhar dan Vatikan serta hubungan antara Islam dan Kristen. Dokumen itu berisi tujuh poin seruan, antara lain menyeru pemimpin dunia dalam berbagai bidang untuk bekerja keras menyebarkan budaya hidup berdampingan secara damai dan toleran, memegang teguh nilai perdamaian dan persaudaraan manusia, perlindungan hak perempuan dan anak, serta menyerukan rekonsiliasi dan membangun persaudaraan antarmanusia.
Wapres pada ADFP, Selasa (8/11/2022), akan membagikan pengalaman Indonesia membangun persaudaraan, yaitu persaudaraan sesama Muslim (ukhuwah islamiyah), sebangsa setanah air (ukhuwah wathaniyah), dan persaudaraan sesama manusia secara keseluruhan (ukhuwah insaniyah). Pesan itu sejalan dengan semangat Dokumen Persaudaraan Manusia.
Tantangan membagikan pengalaman membangun persaudaraan adalah sampai kini masih terjadi kekerasan bernuansa agama dan intoleransi di negeri ini. Kondisi ini harus bersama-sama diakhiri sehingga toleransi menjadi ciri Indonesia.