logo Kompas.id
OpiniMemanjatkan Doa
Iklan

Memanjatkan Doa

Doa, puja-puji, dan syukur merangkak naik kepada yang ”di atas” atau Tuhan dengan cara memanjat. Maka, lema ”memanjat” praktis berasal dari pertalian antara ”pohon” dan ”memohon”. Benarkah demikian?

Oleh
Fariz Alnizar
· 2 menit baca
Salah satu karya kartunis yang menggambarkan perwakilan dari agama dan kepercayaan saat ditampilkan pada pameran komik di Galeri MUI, Masjid Raya Baiturrahman, Kota Semarang, Jawa Tengah, Rabu (26/10/2022).
KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA

Salah satu karya kartunis yang menggambarkan perwakilan dari agama dan kepercayaan saat ditampilkan pada pameran komik di Galeri MUI, Masjid Raya Baiturrahman, Kota Semarang, Jawa Tengah, Rabu (26/10/2022).

Mengapa puja-puji, rasa syukur, harapan, dan doa sering dirangkai dengan lema memanjatkan? Menurut perkiraan akademik, hal itu bertalian erat dengan akar kosmologi kepercayaan agama-agama kuno yang ada di Nusantara.

Rohman Budjianto (2010) mengatakan, kehadiran lema memanjatkan sesungguhnya berangkat dari tradisi beribadah agama Kapitayan. Agama ini memiliki akar kepercayaan bahwa segala sesuatu yang ada di dunia ini memiliki roh dan kekuatan.

Editor:
ICHWAN SUSANTO
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000