Direktorat intelijen militer Israel menyatakan Iran tak lagi menjadi ancaman utama bagi Israel. Meski begitu, kebijakan menghentikan nuklir Iran tetap prioritas Israel.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
Laporan terbaru Direktorat Intelijen Angkatan Bersenjata Israel (IDF) itu diungkap beberapa hari menjelang pelantikan Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu. Seperti dilansir media Israel, Israel Hayom, IDF tidak lagi menempatkan Iran sebagai ancaman utama bagi Israel. Ancaman Iran tetap ada dan serius, tetapi dinilai sebagai satu kepingan dari rangkaian ancaman terhadap Israel.
Merujuk pada laporan media Israel itu, gangguan yang bakal dihadapi Israel pada 2023 dirumuskan dalam formula segitiga ancaman: tren ketidakstabilan global yang dipicu konflik Amerika Serikat (AS) dan sekutunya melawan China-Rusia dan sekutunya, isu Iran, serta instabilitas di Gaza dan Tepi Barat.
Ancaman Iran disebut tak terbatas pada isu nuklir, tetapi juga keterlibatannya mendukung kelompok proksi di kawasan, seperti Hamas dan Jihad Islam di Palestina, Hezbollah di Lebanon, serta kolaborasinya dengan Rusia.
Laporan Direktorat Intelijen IDF bukan satu-satunya bahan pertimbangan PM Netanyahu dalam mengambil keputusan. Dalam komunitas intelijen di Israel, selain IDF (A’man), masih ada Mossad dan Badan Keamanan Israel (Shin Bet). Mossad selalu memberikan laporan langsung kepada PM. Tiga badan itu membentuk satuan gugus tugas menangani isu Iran.
Dalam menganalisis ancaman, tiga pilar komunitas intelijen itu tidak selalu satu pandangan. Mossad tetap menempatkan Iran sebagai ancaman utama. Perbedaan cara pandang di komunitas intelijen Israel pernah diungkap jurnalis investigatif Israel, Ronen Bergman, di koran The New York Times pada 14 Juli 2022. Memahami dinamika internal di Israel ini penting untuk membaca langkah yang akan diputuskan PM.
Terkait isu nuklir Iran, diungkapkan, misalnya, IDF melihat kesepakatan dengan Iran—sekalipun ada kekurangan dan cacat—masih lebih baik daripada tiada kesepakatan. Alasannya, jika tidak diikat dengan kesepakatan, Iran dinilai akan mampu pada satu titik kelak membuat bom nuklir. Iran selalu menegaskan proyek nuklirnya untuk tujuan damai.
Pandangan Mossad berbeda. Di mata Mossad, Teheran tidak akan pernah berhenti berupaya membuat senjata nuklir dan tidak mungkin dihentikan tanpa kombinasi sanksi ekonomi, tekanan diplomatik, sabotase, dan pembunuhan orang penting di balik proyek nuklir Iran. Di bawah tiga PM terakhir, Netanyahu hingga Naftali Bennett dan Yair Lapid, Pemerintah Israel lebih mendengarkan Mossad.
Dalam pidato pelantikan di Knesset, Kamis (29/12/2022), Netanyahu menetapkan penghentian program nuklir Iran sebagai salah satu dari tiga misi utama pemerintahan koalisi pimpinannya. Bagaimana misi untuk Iran itu akan dijalankan, apakah lewat aksi militer seperti yang dilakukan di Irak tahun 1981 dan Suriah tahun 2007, tentu masih menjadi pertanyaan besar. Walhasil, di mana pun posisinya, Iran terus menjadi ancaman dan musuh bagi Israel.