Apa yang diharapkan dapat dikejar di tahun 2023 sekarang? Dari sisi Ombudsman ”Kompas”, tak pelak menjaga agar kepentingan publik senantiasa menjadi orientasi kerja awak keredaksian.
Oleh
Ashadi Siregar (Ketua Ombudsman Kompas)
·4 menit baca
Secara pragmatis kepentingan publik adalah memperoleh informasi yang relevan bagi publik. Di sini orientasi Kompas tetap dijaga agar secara teknis menyampaikan informasi atas dasar kebenaran dan obyektivitas, serta secara ideal khalayak mendapatkan inspirasi bagi kehidupan sosial dan kemanusiaan.
Maka, tetap terjalin hubungan sosiologis antara publik dan Kompas. Memasuki 2023 tentu keredaksian sudah punya agenda kerja untuk melayani publik dengan konten berkualitas.
Tersiar kabar penghentian penerbitan sejumlah koran. Matinya perusahaan media, baik koran maupun penyiaran, umumnya akibat lemahnya kapitalisasi, kurangnya konsumen, dan rendahnya sumber iklan komersial. Khusus media cetak tentu disebabkan beratnya biaya operasional untuk kertas.
Keterbatasan lembar halaman harian Kompas dapat dilihat secara terhormat, yaitu sebagai wujud keprihatinan dalam menghadapi ekologi, mengingat kertas koran bersumber dari hutan. Kini, hutan tanaman industri (HTI) dapat menjadi penghasil bubur kertas. Namun, HTI yang bersifat monokultur berkejaran perluasannya dengan eksploitasi industri kehutanan sebagai deforestasi, tidak dapat sepenuhnya menggantikan hutan alami dalam konteks pemanasan global.
Hutan alam sebagai paru-paru planet Bumi merupakan warisan masa lalu yang perlu dijaga sebagai kewajiban moral manusia modern. Karena itu, upaya menambah lembar halaman akibat meluapnya konten dan iklan serta melipatgandakan oplah koran sebagai sukses pemasaran, menjadi dilema. Di satu sisi diharap-harapkan, di sisi lain bertentangan dengan dinamika dalam kehidupan yang menghindari deforestasi.
Pilihan terbaik, penerbitan koran dianjurkan menggunakan kertas koran secara proporsional. Artinya, menghitung jumlah lembar halaman dan sirkulasi oplah secara ekonomis, menempatkan pelanggan koran sebagai basis dan memperluas pelanggan media digital. Publik perlu didorong untuk menyadari bahwa kertas itu mahal, sembari itu, ada ”dosa” bawaan dengan menggunakan kertas.
Kemajuan teknologi digital dengan Revolusi Industri 4.0 dinilai sebagai disrupsi bagi kehidupan media lama. Koran dan majalah bertumbangan. Namun, disrupsi ini ternyata membawa berkah sampingan, yaitu terbukanya peluang bagi media cetak menghadirkan diri dalam platform bisnis yang dapat menjawab keprihatinan dengan pola hidup nirkertas (paperless).
Konten terpilih
Harian Kompas dianjurkan bertahan dengan yang ada sekarang kendati pasar terbuka lebar bagi pemasaran koran Kompas. Proses kerja untuk konten yang terbatas bagi halaman koran telah diatasi oleh e-paper format koran dengan suplemen. Batas jumlah halaman suplemen bergantung pada proses teknis desain dan konten keredaksian.
Lebih jauh, seluruh keluaran konten dapat diproses melalui kompas.id yang boleh dibilang tanpa batas kapasitas. Tentu semua ini tak terlepas dari dukungan publik. Konsumen dapat berlangganan koran Kompas, dan otomatis mendapat fasilitas akses ke ranah digital. Atau pilihan hanya berlangganan untuk akses Kompas digital.
Dukungan publik secara ekonomis dapat dipandang sebagai parameter interaksi empiris dengan publik.
Sementara itu, pemasaran digital berbayar perlu kampanye terus-menerus tentang integrasi media Kompas. Di sini perlu ditumbuhkan literasi dalam membaca konten yang terhubung di antara ekosistem media bersifat interaktif: koran cetak, suplemen e-paper, dan Kompas.id.
Harian Kompas sebaiknya dipandang sebagai primadona, sementara pilihan konten yang dicetak, dengan kriteria ketat. Koran cetak dengan format halaman berkolom secara universal bertradisi ratusan tahun, yaitu ciri dengan pilihan informasi yang dijadikan sebagai berita panji (banner headline) yang dimuat dengan tatanan visual (lay out) dominan dan atraktif di halaman depan.
Begitu pula penempatan rubrik secara kategoris pada setiap halaman. Pola ini akan hilang seiring matinya koran, kecuali ada e-paper yang mempertahankan visual format koran.
Berita panji berasal dari peristiwa atau fenomena yang dipandang signifikan bagi publik. Dalam tradisi jurnalisme, ini bukti kesungguhan hati redaksi mengolah informasi guna melayani khalayaknya.
Untuk itu, keredaksian perlu menetapkan standar yang jelas konten bagi masing-masing media Kompas: koran, suplemen e-paper, dan kompas.id.
Begitu pula untuk meningkatkan keandalan teknologi mesin pencari hasil halaman (search engine result pages/SERP) dalam berselancar di ranah digital Kompas.
Dengan demikian, pelanggan harian Kompas dapat menemukan perbedaan sekaligus persamaan di antaranya sehingga membuka koran cetak atau e-paper dan akses media digital Kompas akan semakin terarah dan efisien dalam memenuhi kepentingan subyektif khalayak. Ombudsman berharap, ke depan semakin kuat terbuhul konsensus publik dalam hal hubungan ekonomis dan sosiologis bermedia dengan Kompas.
(Jika memiliki pendapat tentang pemberitaan Kompas, silakan kirim pendapat Anda ke e-mail ombudsman@kompas.id).