Makna ”Takbiran” sebagai Hasil Sufiksisasi ”-an”
Pengimbuhan dengan ”-an” pada kata benda atau kata kerja bisa menimbulkan berbagai makna. Demikian pula halnya dengan kata ”takbiran” yang pekan-pekan ini bergaung di mana-mana.
Takbiran, atau biasa disandingkan dengan kata malam (malam takbiran), sudah berlangsung kemarin, Jumat (21/4/2023), bertepatan dengan hari puasa terakhir bagi yang menunaikannya. Esoknya, Sabtu, umat Islam bersuka karena datang hari fitri, hari yang suci. Kala itu umat Islam seperti terlahir kembali.
Kata takbiran, seperti juga kata lain yang mendapat akhiran (sufiks) –an, merupakan kata benda yang berasal dari kata dasar yang juga berkelas kata benda, takbir. Selain bermakna ’seruan atau ucapan Allah Mahabesar’, kata takbir juga bermakna ’penyingkapan (tentang mimpi)’. Silakan periksa KBBI daring pada lema takbir.
Takbir yang berupa seruan Allah Mahabesar itu diucapkan umat Islam dalam berbagai situasi. Ada yang mengucapkannya saat tertiban rezeki, mendapat musibah, atau ketika berada di medan perang. Yang paling sering diucapkan adalah saat umat Islam menunaikan ibadah, seperti shalat, dan merayakan hari raya.
Makna takbiran tidak jauh dari kata dasarnya, takbir. KBBI menjabarkannya sebagai ’pujian kepada Allah Swt dengan menyerukan takbir’. Jadi, makna kata takbir-nya tetap ada.
Selain menjadi takbiran, dari kata takbir juga bisa diciptakan kata menakbirkan, penakbiran, penakbir, bertakbir. Bisa juga ditakbirkan meski kata ini jarang digunakan.
Dahulu ada anggapan bahwa kata-kata yang mendapatkan akhiran -an selalu menjadi kata benda. Kenyataannya, ditemukan pula kata yang berkelas kata sifat yang menunjukkan intensitas, seperti kata tinggian dan besaran, dan kata kerja yang mengandung makna ’melakukan sesuatu’, misalnya jualan dan pacaran. Untuk kata jualan, kata ini pun dapat dimasukkan sebagai kata benda dengan makna ’hasil tindakan’, seperti terlihat pada proses pembentukannya, yakni jual-menjual-penjualan-penjual-jualan.
Baca juga: "Flexing" alias Pamer Gaya Hidup Mewah
Meskipun demikian, kata yang diimbuhi akhiran -an memang lebih banyak menunjukkan kata benda. Baik kata tersebut berasal dari kata dasar yang merupakan kata benda maupun kata kerja.
Makna yang ditimbulkan dari sufiksisasi dengan -an, antara lain, ’hasil tindakan’ (misalnya, kajian, ajaran); ’tempat’ (pangkalan, tepian); ’alat untuk melakukan yang dinyatakan kata kerja’ (timbangan, sedotan); ’yang mempunyai atau mengandung’ (durian, rambutan); dan ’sesuatu yang mempunyai sifat’ (manisan, asinan).
Adapun akhiran -an yang mengimbuhi kata takbir menyebabkan kata tersebut mengadung makna ’kegiatan yang berkenaan dengan pelaku atau tindakan (seperti yang terdapat pada kata dasarnya)’. Dengan kata lain, seruan takbir itu merupakan hasil tindakan pelaku dengan menyerukan nama Allah.
Kata yang sejenis dengan itu adalah natalan dan syukuran. Masing-masing bermakna ’merayakan hari Natal’ dan ’mengadakan selamatan untuk bersyukur kepada Allah (karena terhindar dari maut, sembuh dari sakit, dan sebagainya)’. Makna pada kedua kata itu menunjukkan ’kegiatan yang berkenaan dengan pelaku atau tindakan (seperti yang terdapat pada kata Natal dan syukur)’.
Akhiran -an pada kata benda dan kata kerja menunjukkan kepada kita bahwa kata-kata yang diimbuhinya bisa menimbulkan berbagai makna. Hal itu terbukti pada kata takbiran dan beberapa kata lain yang sudah diuraikan di atas. Kita tinggal mendayagunakan akhiran tersebut untuk memperkaya kosakata bahasa kita.
Nur Adji, Penyelaras Bahasa Kompas