”Santripreneur” dan Reka Cipta Istilah dalam Bahasa Indonesia
Banyak cara dapat dilakukan untuk memperkaya kosakata bahasa Indonesia. Selain dengan menerjemahkan, menyerap, menggabungkan penerjemahan dan penyerapan, cara lain adalah dengan mereka cipta.
Oleh
Rosdiana
·3 menit baca
Perkembangan di segala bidang berpengaruh terhadap perkembangan bahasa, tak terkecuali bahasa Indonesia sebagai media komunikasi. Dalam kebahasaan, hal yang paling mencolok terkait perkembangan itu adalah penggunaan atau penyerapan istilah asing. Contoh dalam bidang teknologi, bahasa Indonesia menyerap online menjadi daring dan offline menjadi luring.
Dalam diskusi bahasa yang diselenggarakan Kompas beberapa tahun lalu, narasumber dari Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (sekarang Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi), Meity Taqdir Qodratillah, memaparkan empat cara yang dapat dilakukan dalam pembentukan istilah.
Cara pertama adalah dengan penerjemahan. Kata supermarket, misalnya, diterjemahkan menjadi pasar swalayan, dan department store menjadi toko serba ada (toserba).
Cara kedua adalah dengan penyerapan, yang dipilah-pilah ke dalam empat bagian. Pertama, penyerapan dengan penyesuaian ejaan dan lafal. Contoh: product–produk, biology–biologi.
Kedua, penyerapan dengan penyesuaian ejaan tanpa penyesuaian lafal. Contoh: photocopy–fotokopi, design–desain.
Ketiga, penyerapan tanpa penyesuaian ejaan, tetapi dengan penyesuaian lafal. Contoh: bias–bias, laser–laser.
Keempat, penyerapan tanpa penyesuaian ejaan dan lafal (penyerapan utuh). Contoh: ad hoc, ad interim, divide et impera, status quo. Dalam penulisan sehari-hari, kata-kata tersebut ditulis dengan karakter miring.
Cara ketiga adalah dengan menggabungkan penerjemahan dan penyerapan. Penerjemahan istilah yang berupa frasa dilakukan dengan penerjemahan sekaligus penyerapan. Contoh: antirheumatic drug–obat antireumatik.
Adapun cara keempat adalah dengan perekaciptaan istilah. Pencetusan konsep yang belum ada selama ini dimungkinkan oleh kegiatan ilmuwan, budayawan, dan seniman. Istilah baru untuk mengungkapkan konsep tersebut dapat direka cipta. Contoh: survive menjadi sintas.
Dalam bahasa Indonesia, banyak suku kata yang mengandung gugus konsonan dan vokal -ntas, seperti lintas, pintas, tuntas, pantas, dan rantas, yang mengandung makna dengan konotasi ’keberhasilan upaya mengatasi hambatan’.
Dalam upaya mencari padanan survive, pereka cipta beranggapan bahwa ada kesejajaran huruf s pada awal kata, seperti dalam kata survive, sehingga diciptakanlah istilah sintas oleh Mien A Rifai (pakar bidang biologi) pada tahun 1996. (”Pengembangan Kosakata”, Meity Taqdir Qodratillah, 6 April 2017)
”Santripreneur”
Dalam bahasa Inggris, kita mengenal istilah entrepreneur yang diserap melalui proses penerjemahan menjadi wirausaha. Tak berhenti sampai di situ, sekarang muncul santripreneur dengan penggabungan kosakata bahasa Indonesia (santri) + kosakata bahasa Inggris (preneur).
Adapun dalam bahasa Inggris, sebagaimana dikutip dari kamus daring Merriam-Webster, Cambridge Dictionary, dan Oxford Dictionary, didapat sejumlah kata dengan bentukan preneur. Istilah yang dimaksud adalah sebagai berikut:
- mompreneur/mumpreneur: a mother who has started her own business (ibu yang memulai bisnisnya sendiri)
- intrapreneur: a corporate executive who develops new enterprises within the corporation (eksekutif perusahaan yang mengembangkan perusahaan baru di dalam korporasi)
- technopreneur: an entrepreneur involved with high technology (wirausaha yang terlibat dalam teknologi tinggi)
- solopreneur: one who organizes, manages, and assumes the risks of a business or enterprise without the help of a partner: a solo entrepreneur (orang yang mengatur, mengelola, dan menanggung risiko bisnis atau perusahaan tanpa bantuan mitra; wirausaha solo/tunggal)
- infopreneur: someone who starts a business that involves collecting and selling information, especially electronically (seseorang yang memulai bisnis yang melibatkan pengumpulan dan penjualan informasi, terutama secara elektronik)
Melihat definisi yang diberikan pada setiap istilah itu, -preneur diasumsikan bermakna ’usaha/bisnis mandiri’.
Berdasarkan penelusuran dengan mesin peselancar, ditemukan istilah dengan pola nomina + -preneur, antara lain dadpreneur, kidpreneur, teacherpreneur, dan difabelpreneur, yang dimuat dalam media berbahasa Inggris juga Indonesia. Hal ini menunjukkan semakin diterimanya konsep nomina + -preneur oleh pengguna bahasa.
Pola yang demikian bisa diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Dadpreneur, misalnya, menjadi wirausaha ayah, kidpreneur (wirausaha anak), teacherpreneur (wirausaha guru), dan difabelpreneur (wirausaha difabel).
Melihat definisi yang diberikan pada setiap istilah itu, - preneur diasumsikan bermakna ’usaha/bisnis mandiri’.
Tak cuma itu, ada juga istilah santripreneur dengan penggabungan kosakata bahasa Indonesia (santri) + kosakata bahasa Inggris (-preneur). Istilah santripreneur memiliki pola yang sama dengan mompreneur, dadpreneur, kidpreneur, teacherpreneur, dan difabelpreneur, yaitu nomina + -preneur.
Istilah santripreneur merupakan pembentukan istilah melalui proses reka cipta. Selain dengan cara reka cipta itu, kita juga dapat menerjemahkan istilah santripreneur menjadi wirausaha santri, yang memiliki makna santri yang berwirausaha.