Tanggung Jawab Kiev/Barat atas Kegagalan Kesepakatan Istanbul
Rusia menyadari akan pentingnya pasokan makanan secara berkesinambungan demi pembangunan sosial-ekonomi dan menjaga stabilitas politik negara-negara berkembang. Rusia juga mampu gantikan pasokan biji-bijian Ukraina.
Oleh
LYUDMILA VOROBIEVA
·3 menit baca
Penangguhan partisipasi Rusia dalam Kesepakatan Istanbul terkait Inisiatif Laut Hitam—untuk mengekspor biji-bijian Ukraina dan amonia Rusia serta Memorandum Rusia-PBB tentang normalisasi ekspor produk-produk pertanian dan pupuk Rusia—telah direpresentasikan secara tidak benar di media massa.
Meskipun perwakilan Rusia telah melakukan pendekatan dengan saksama dan bertanggung jawab dalam melaksanakan kewajiban mereka, hasil kerja dari pengimplementasian tujuan kemanusiaan dalam kesepakatan tersebut terlihat sangat mengecewakan.
Tujuan kemanusiaan dimaksud adalah memastikan ketahanan pangan global, mengurangi ancaman kelaparan, serta membantu negara-negara yang membutuhkan di Asia, Afrika, dan Amerika Latin.
Selama berlakunya ”kesepakatan biji-bijian”, yaitu dari 22 Juli 2022 hingga 18 Juli 2023, sebanyak 32,8 juta ton produk telah diekspor. Dari jumlah tersebut, lebih dari 70 persen (26,3 juta ton) dikirimkan ke negara-negara yang memiliki tingkat pendapatan tinggi dan menengah ke atas, termasuk ke Uni Eropa (UE).
Sementara negara-negara miskin, khususnya Etiopia, Yaman, Afghanistan, Sudan, dan Somalia, hanya mendapat sekitar 3 persen atau kurang dari satu juta ton.
Pada saat yang sama, ekspor biji-bijian Rusia, yang sebagian besar adalah gandum, diarahkan ke Asia (60 persen) dan Afrika (30 persen).
Penurunan harga ini dijadikan alasan untuk menunjukkan ”keberhasilan” Inisiatif Istanbul. Padahal, sebenarnya harga-harga tersebut telah stabil bahkan sebelum kesepakatan tersebut tercapai.
Kepentingan bisnis AS dan Uni Eropa
Penurunan harga biji-bijian sebesar 23 persen di pasar global banyak menjadi bahan pembicaraan. Penurunan harga ini dijadikan alasan untuk menunjukkan ”keberhasilan” Inisiatif Istanbul. Padahal, sebenarnya harga-harga tersebut telah stabil bahkan sebelum kesepakatan tersebut tercapai.
Kami harus sampaikan bahwa Inisiatif Laut Hitam, yang selama ini diberitakan secara terbuka di Barat sebagai berkah dan manifestasi kepedulian terhadap negara-negara Afrika, sebenarnya digunakan secara eksklusif guna memperkaya bisnis besar Amerika dan Eropa yang mengekspor dan menjual kembali biji-bijian dari Ukraina.
Mereka adalah perusahaan-perusahaan Barat, seperti Cargill, DuPont, dan Monsanto, yang membeli sebagian besar tanah subur Ukraina, dengan luas lahan yang dikuasai lebih dari 17 juta hektar.
Mereka membeli tanah di Ukraina setelah Kiev—atas permintaan Dana Moneter Internasional—mencabut moratorium 20 tahun atas penjualan lahan mereka dan menjadi penerima manfaat utama ekspor biji-bijian Ukraina.
Mereka memperoleh biji-bijian Ukraina dengan harga dumping untuk kemudian diproses pada fasilitas produksi mereka, kemudian dijual kembali sebagai produk jadi dengan penambahan harga yang tinggi. Spekulasi harga pangan menciptakan defisit buatan atas produk tersebut, dan menyingkirkan produk pertanian Rusia dari pangsa pasar dunia, melalui pengenaan sanksi sepihak secara ilegal. Semua ini dilakukan Amerika Serikat dan Uni Eropa bukan untuk memenuhi ketentuan ”kesepakatan”.
Hasil Kesepakatan Istanbul
Dalam kenyataannya, apa yang menjadi hasil implementasi Kesepakatan Istanbul?
Nyatanya, sebagian besar persyaratan Rusia tidak bisa dipenuhi. Pelabuhan-pelabuhan asing ditutup untuk kapal dan kargo Rusia.
Impor suku cadang dan peralatan produksi untuk produk pertanian dan pupuk ke Rusia juga dilarang. Rekening asing milik perusahaan pertanian Rusia ”dibekukan” meskipun sanksi Barat sepatutnya tidak berlaku untuk pangan dan pupuk. Rosselkhozbank juga masih belum terhubung kembali ke dalam sistem perbankan SWIFT.
Selain itu, pada 5 Juni 2023, di wilayah yang dikuasai Ukraina, pipa amonia Togliatti-Odessa diledakkan. Pipa tersebut setiap tahun memompa sekitar dua juta ton bahan baku pupuk, cukup untuk memproduksi pangan bagi 45 juta orang.
Serangan teroris serupa lainnya terjadi di jembatan Crimea, pada 17 Juli, menewaskan dua orang dan melukai seorang anak perempuan di bawah umur.
Seperti yang telah berulang kali dinyatakan oleh Presiden Federasi Rusia Vladimir Putin, Rusia menyadari akan pentingnya pasokan makanan secara berkesinambungan demi pembangunan sosial-ekonomi dan menjaga stabilitas politik negara-negara berkembang. Rusia juga mampu menggantikan pasokan biji-bijian Ukraina, baik secara komersial maupun secara cuma-cuma.
Moskwa menyatakan siap dalam waktu dekat menyediakan pasokan bagi Burkina Faso, Zimbabwe, Mali, Somalia, Republik Afrika Tengah, dan Eritrea, sebanyak 25.000- 50.000 ton produk ini secara cuma-cuma dan memastikan pengiriman secara gratis kepada konsumen.
Sementara menyangkut ”kesepakatan biji-bijian”, Rusia siap untuk mempertimbangkan pemulihannya kembali hanya bila akan mendapat hasil konkret dan bukan janji ataupun jaminan palsu.