Lolosnya tim Indonesia U-23 ke Piala Asia U-23 2024 membuka sejarah baru, sekaligus menjaga mimpi melihat tim sepak bola Indonesia tampil di Olimpiade.
Oleh
Redaksi Kompas
·2 menit baca
Meloloskan tim sepak bola putra ke Olimpiade Paris 2024 tercantum sebagai target Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia, yang tertuang dalam Visi PSSI 2045. Visi ini disusun sejak 2015 dan disahkan pengurus PSSI periode 2016-2020 pada era Ketua Umum Edy Rahmayadi.
Target ini kerap dianggap terlalu ambisius seiring anjloknya prestasi sepak bola Indonesia di masa itu. Hal itu tecermin dari posisi Indonesia pada peringkat FIFA di akhir 2015, yakni ranking ke-179 dunia. Bahkan, Indonesia sempat terpuruk ke posisi terburuk, peringkat ke-191 pada pertengahan 2016, sebelum menempati peringkat ke-173 di akhir 2019.
Kehadiran pelatih asal Korea Selatan, Shin Tae-yong, pada 1 Januari 2020 di era Ketua Umum PSSI Mochammad Iriawan seolah menjadi titik balik. Shin, mantan pelatih timnas Korea Selatan yang diberi tugas melatih tim Indonesia U-20, U-23, dan senior, harus diakui membawa banyak perubahan. Penampilan timnas menjadi lebih menjanjikan.
Keberanian Shin mempromosikan pemain muda bermain di level senior membuat mereka semakin matang saat bermain di level kelompok usia. Diikuti program reformasi sepak bola yang dicanangkan Ketua Umum PSSI Erick Thohir saat ini, optimisme akan prestasi timnas pun perlahan kembali.
Mimpi besar untuk tampil di Olimpiade bersinar lagi seiring keberhasilan tim Indonesia U-23 lolos ke putaran final Piala Asia U-23 2024. Hasil itu diperoleh setelah Rizky Ridho dan kawan-kawan menjadi juara Grup K Kualifikasi Piala Asia U-23 di Stadion Manahan, Surakarta, 6-12 September 2023, dengan mengungguli Turkmenistan dan Taiwan.
Shin, mantan pelatih timnas Korea Selatan yang diberi tugas melatih tim Indonesia U-20, U-23, dan senior, harus diakui membawa banyak perubahan.
Hasil ini menjadi sejarah baru karena untuk pertama kalinya Indonesia tampil di Piala Asia U-23. Dalam lima edisi sebelumnya sejak 2013, Garuda Muda selalu tersisih di babak kualifikasi. Selain itu, Piala Asia U-23 ini juga menjadi ajang kualifikasi untuk mencari wakil Asia ke Olimpiade Paris 2024. Tiga tim terbaik Piala Asia U-23, yakni juara, finalis, dan tim peringkat ketiga, berhak tampil pada ajang multicabang tertinggi dunia itu tahun depan.
Harapan itu tentu saja tak mudah diraih karena Indonesia akan menghadapi sejumlah negara kuat Asia yang langganan lolos ke Olimpiade atau Piala Dunia, seperti Jepang, Korea Selatan, dan Australia. Kondisi pertama untuk mencapai target itu pun telah disebutkan oleh Shin usai laga di Surakarta, yakni semua pemain utama bisa bermain di Qatar.
Hal ini menjadi tantangan PSSI karena Piala Asia U-23 tidak termasuk kalender laga internasional FIFA sehingga sejumlah pemain yang berkarier di luar Indonesia akan sulit untuk dilepas klub mereka. Padahal, hampir separuh pemain mula, yakni Elkan Baggott, Marselino Ferdinan, Pratama Arhan, Ivar Jenner, dan Rafael Struick, bermain di luar negeri.
Selain berkoordinasi dengan klub, PSSI juga perlu menjamin semua pemain berada pada kondisi terbaik dan terhindar dari cedera. Dalam jangka panjang, PSSI wajib meningkatkan kualitas kompetisi dan mencari bibit pemain muda agar pelatih nasional punya banyak pilihan pemain untuk memperkuat tim nasional sehingga prestasi timnas tetap terjaga, dan mimpi untuk berkompetisi di tingkat dunia semakin dekat diwujudkan.