Muncul seruan dari semua sudut dunia agar PBB direformasikan. Ini sinyal genting. Banyak prahara global yang tak terselesaikan karena ”keretakan” di PBB.
Oleh
REDAKSI
·2 menit baca
Uniknya, seruan reformasi juga muncul dari China, Rusia, dan Amerika Serikat. Seruan dari tiga kekuatan geopolitik terbesar dunia itu terasa hambar dan seakan-akan persoalan global sekarang tidak muncul akibat ulah mereka.
”China akan terus mendukung PBB menjalankan peran inti dan melanjutkan langkah maju untuk mereformasikan sistem pengelolaan global,” demikian kata Wakil Presiden China Han Zheng, di New York, 22 September.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov, 23 September, mengatakan, saatnya melakukan reformasi penuh terhadap ”arsitektur tata kelola global” yang dipimpin oleh PBB.
Presiden Joe Biden, 19 September, menyerukan pentingnya reformasi di Dewan Keamanan PBB (DK-PBB) sehubungan dengan kebuntuan yang menghalangi pekerjaan inti PBB.
Seruan dari tiga negara penentu utama kinerja PBB tersebut menjelma menjadi seruan yang sekadar latah. Seruan mereka mirip aksi ”lempar batu sembunyi tangan”.
Peran utama PBB ditentukan oleh organ inti, yakni DK PBB, yang beranggotakan lima negara sebagai anggota tetap AS, China, Rusia, Perancis, dan Inggris. Secara praktis penentu dunia sekarang adalah China, Rusia dan AS. Reformasi terhadap PBB tergantung dari tiga negara tersebut.
Minh-Thu Pham menuturkan pengalamannya saat bekerja di PBB dalam wawancara dengan Carnegie Endowment, 21 September. Pham, yang pernah menjadi penasihat Sekjen PBB Kofi Annan, berkata, AS salah satu pemicu utama pendirian PBB. Bertahun-tahun AS memegang asas universalisme.
Masa kejayaan PBB terletak pada sikap AS dalam menangani prahara global berbasiskan kolaborasi, saran dari George F Kennan, tokoh strategi relasi internasional AS. Tindakan AS pada masa lalu relatif dilakukan dengan mandat PBB. ”Jika AS tidak melakukan hal yang seharusnya di lakukan, tak menepati ikrar, hal ini akan mengikis legitimasi AS sebagai penjamin tatanan global. Itulah salah satu penyebab krisis yang kita alami,” kata Pham. Ia menambahkan, kinerja PBB sangat tergantung orientasi anggotanya.
Keteladanan AS hilang, termasuk gara-gara invasinya ke Irak tanpa mandat PBB. Dari situlah masalah mulai melebar. Muncul Rusia dengan invasi ke Ukraina. Muncul pula China dengan aksi pencaplokan Laut China Selatan.
Arahnya semakin tak karuan sehingga Sekjen PBB Antonio Guterres menyerukan, pilihan organisasi itu hanya reformasi atau menghadapi keretakan. Reformasi tergantung pada ketiga negara. Jika terjadi reformasi, dunia yang damai dan bisa mengatasi berbagai masalah akan muncul.
Seruan reformasi PBB mungkin masih sekadar ucapan verbal, tetapi hal itu pertanda situasi global genting. Ada tuntutan yang mengkristal soal pentingnya multilateralisme.