Sekuat apa pun kondisi perekonomian domestik, Indonesia tak boleh lengah. Kewaspadaan mesti ditingkatkan agar stabilitas ekonomi terjaga.
Oleh
REDAKSI
·1 menit baca
Beberapa tahun terakhir, kondisi perekonomian global kerap kali diliputi ketidakpastian. Negara-negara saling memengaruhi, misalnya akibat hubungan dagang.
Dalam tiga bulan terakhir 2023, risiko dan ketidakpastian global kembali meningkat. Mengutip laman Kementerian Keuangan, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengingatkan, kondisi itu bisa merembes ke dalam negeri. Hal ini berisiko memengaruhi sejumlah hal, antara lain nilai tukar, inflasi, dan pertumbuhan ekonomi.
”Kita menjaga stabilitas ekonomi melalui berbagai alat kebijakan dan instrumen yang kita miliki,” kata Sri Mulyani dalam jumpa pers Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Kinerja dan Fakta, Rabu (25/10/2023).
Nilai tukar, misalnya, berdasarkan kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) pada 26 Oktober 2023, sebesar Rp 15.933 per dollar AS. Nilai tukar tidak hanya di atas kertas, tetapi juga bisa memengaruhi sektor riil. Sebab, ada kegiatan ekonomi yang memerlukan dollar AS sehingga pelemahan rupiah bisa memukul sektor tersebut. Misalnya, industri yang memerlukan bahan baku penolong impor akan memerlukan rupiah lebih banyak untuk memenuhi kebutuhannya. Kondisi akan lebih berat jika produksinya dijual di dalam negeri atau pendapatannya dalam rupiah.
industri yang memerlukan bahan baku dan barang penolong impor akan memerlukan rupiah lebih banyak untuk memenuhi kebutuhannya
Pukulan pelemahan nilai tukar rupiah juga akan dirasakan melalui impor pangan dan minyak. Impor pangan, seperti beras, diperlukan untuk mengatasi produksi yang turun akibat El Nino. Sementara itu, Indonesia adalah importir minyak yang mesti mengimpor minyak untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri. Mengutip laman Bloomberg, harga minyak mentah Brent per 26 Oktober 2023 malam sebesar 88,62 dollar AS per barel dan WTI 83,81 dollar AS per barel.
Dalam asumsi dasar ekonomi makro APBN 2023, nilai tukar rupiah Rp 14.800 per dollar AS dan harga minyak mentah 90 dollar AS per barel. Adapun pertumbuhan ekonomi 2023 ditargetkan 5,3 persen.
Mengutip laman Kementerian Keuangan, per September 2023, pendapatan negara Rp 2.035,6 triliun dan realisasi belanja negara Rp 1.967,9 triliun. Dengan demikian, APBN 2023 surplus Rp 67,7 triliun atau 0,32 persen produk domestik bruto (PDB) per September 2023.
Dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2022 tentang APBN Tahun 2023, defisit ditargetkan Rp 598,2 triliun atau kurang dari 3 persen PDB. Pemerintah optimistis defisit APBN tahun ini sesuai target, ditopang kinerja APBN 2023 yang dinilai baik dan sesuai dengan rencana.
Optimisme itu menjadi bekal untuk menambah kewaspadaan dalam menghadapi situasi perekonomian global yang tak menentu. Surplus APBN, ditopang kinerja APBN yang baik, tak boleh membuat lengah.