Sewa atau Beli Rumah?
Rumah merupakan salah satu instrumen investasi orang tua pada generasi sebelumnya.
Ketersediaan rumah dengan jumlah rumah yang dibutuhkan sangat jauh berbeda. Kesenjangan pasokan dan permintaan tersebut menjadi salah satu penyebab tingginya harga rumah.
Di pinggiran Ibu Kota, rumah dua lantai dengan luas tanah 60 meter persegi dan luas bangunan 77 meter persegi ditawarkan mulai dari harga Rp 1,5 miliar per unit.
Hasil survei Bank Indonesia tentang harga properti residensial pada triwulan kedua 2023 menunjukkan, harga masih dalam tren naik. Indeks Harga Properti Residensial triwulan kedua 2023 naik 1,92 persen lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan pada triwulan sebelumnya yang sebesar 1,79 persen secara tahunan. Data juga menunjukkan, 81 juta anak muda yang termasuk dalam generasi milenial belum memiliki rumah.
Malah terbetik anggapan bahwa anak muda enggan memiliki rumah. Padahal, rumah merupakan salah satu instrumen investasi orang tua pada generasi sebelumnya. Terkadang timbul pertanyaan dan perdebatan, apakah anak muda perlu membeli rumah untuk ditinggali? Dilihat dari fungsinya, rumah memiliki dua fungsi utama, yaitu untuk tempat tinggal dan sebagai alat investasi.
Baca juga : Mendambakan Rumah Layak Huni
Ada beberapa hal yang dapat dijadikan pertimbangan anak muda untuk memutuskan apakah akan membeli rumah atau tidak. Pertama, dapat dilihat dari jenis pekerjaan. Jika pekerjaan menuntut mobilitas tinggi, setiap dua tahun sekali sebagai karyawan harus pindah tugas ke daerah lain, ada yang beranggapan bahwa membeli rumah tinggal bukan pilihan. Alasannya, menyewa rumah atau menempati rumah dinas lebih efisien dibandingkan dengan membeli rumah yang akhirnya tidak ditinggali.
Ada kelemahan dari pendapat tersebut. Ketika harus sering berpindah rumah karena tuntutan tugas, di saat tugas sudah berakhir dan belum ada rumah, persoalan baru muncul. Harga rumah ketika itu tentu jauh lebih mahal ketimbang ketika mulai bekerja. Pada sisi lain, penghasilan ketika sudah purnatugas kemungkinan besar akan jauh lebih kecil. Selain itu, ketika usia sudah mendekati usia pensiun, jarang sekali ada bank yang mau memberikan pembiayaan untuk membeli rumah sehingga kesempatan mendapatkan kredit dari bank semakin kecil.
Ketika usia sudah mendekati usia pensiun, jarang sekali ada bank yang mau memberikan pembiayaan untuk membeli rumah sehingga kesempatan mendapatkan kredit dari bank semakin kecil.
Alasan lain untuk tidak memiliki rumah adalah kesiapan keuangan. Anak muda mengeluhkan besarnya uang muka atau cicilan bulanan yang harus dibayarkan. Hal ini dapat diatasi dengan mulai menabung secara teratur untuk membeli rumah. Bisa saja, rumah pertama bukanlah rumah yang paling ideal, misalnya terlalu kecil atau terlalu jauh dari pusat kota.
Belilah rumah yang diperkirakan akan berkembang seiring dengan arah perkembangan kota. Rumah yang kurang ideal ini akan berkembang pada tahun-tahun ke depan. Harganya pun tentu akan meningkat. Dibandingkan dengan kenaikan gaji tahunan, kenaikan harga rumah akan lebih tinggi. Kelak, rumah pertama ini dapat dijual dan ditukar dengan rumah yang lebih ideal.
Tidak membeli rumah di masa muda akan menyebabkan beberapa kerugian, seperti kehilangan kesempatan untuk berinvestasi. Harga rumah, kecuali di daerah banjir, akan selalu meningkat. Rumah masih dapat menjadi instrumen investasi yang menjanjikan dalam jangka panjang.
Baca juga : Generasi Muda Didorong Beli Rumah
Kalaupun kita berpindah-pindah tempat tinggal karena pekerjaan atau kesempatan bisnis, memiliki rumah setidaknya memberikan kenyamanan di masa tua. Rumah yang tidak ditinggali karena pemiliknya berpindah tugas dapat disewakan sehingga menghasilkan arus kas tambahan. Kelak, harga rumah akan meningkat dan dapat ditempati ketika masa pensiun tiba.
Membeli rumah pertama tidak selalu merupakan rumah yang sesuai dengan impian: rumah lapang dengan kebun di belakangnya.
Baru pertama kali kerja, gaji masih sedikit, mungkin baru sanggup membeli rumah kecil di luar kota. Situasi ini dapat disiasati dengan mencari rumah yang dekat dengan sarana transportasi umum massal. Walaupun jauh, jika dekat dengan sarana transportasi massal, rumah pertama masih dapat diandalkan. Kelak, seiring dengan kenaikan harga rumah dan kenaikan pendapatan, selalu terbuka peluang untuk menjual rumah tersebut dan membeli rumah yang semakin mendekati rumah impian.
Dengan pertimbangkan fungsi rumah sebagai instrumen investasi, bukan hanya sebagai tempat tinggal semata, membeli rumah tentu pantas dipertimbangkan.
Baca juga : Memiliki Rumah Sendiri dengan Kredit Pemilikan Rumah