Diplomasi Panda, Rantai Pasok, dan Ekspor
Siapa sangka, urusan panda menjadi salah satu indikator prospek perkembangan rantai pasok manufaktur dan ekspor.
Pertemuan APEC (Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik) yang digelar pada awal November 2023 di pinggiran San Francisco, Amerika Serikat, mencatat perkembangan baru geopolitik dunia. Presiden China Xi Jinping dan Presiden AS Joe Biden menggunakan kesempatan tersebut untuk bertemu muka. Tujuannya satu, yaitu ”mengelola” ketegangan di antara kedua negara sehingga tidak berkembang tak terkendali.
Walaupun tetap ada perbedaan di antara keduanya, tercapai kesepakatan untuk membuka kembali presidential hotline negara. Artinya, pejabat tingkat tinggi dapat saling berkomunikasi langsung melalui jaringan komunikasi yang ada.
Dalam perkembangannya kemudian, komunikasi publik tentang perdagangan-investasi, kata-kata ”larangan” sudah banyak yang diganti dengan ”pembatasan”. Sinyal positif lain adalah dilanjutkannya kembali komunikasi di antara militer kedua negara. Yang paling menarik adalah sinyal bahwa China akan mengirimkan kembali panda raksasa baru ke beberapa kebun binatang di AS, yang sebelumnya ditarik karena masa peminjamannya berakhir.
Walaupun tetap ada perbedaan di antara keduanya, tercapai kesepakatan untuk membuka kembali ”presidential hotline ” negara.
Sebagai strategi geopolitik blok barat menghadapi Uni Soviet di masa perang dingin, sejak 1980-an AS dan China praktis sudah berada pada satu rantai pasok. Berakhirnya perang dingin pada 1990 menimbulkan persaingan baru antara AS dan China dalam merebut supremasi teknologi.
Ketegangan geopolitik kedua negara membuat pemulihan pasca-Covid-19 tidak berjalan mulus karena berlangsung kebijakan balas-membalas sanksi ekonomi. Ini terutama diterapkan untuk mineral langka strategis, semikonduktor, dan investasi untuk produk-produk hi-tech. Ini terlihat dari data PMI (purchasing manager index/indeks manajer pembelian) sektor manufaktur kedua negara.
Manufaktur terkontraksi
Di AS, misalnya, sejak April 2023 indeks PMI sektor manufaktur AS hampir selalu terkontraksi (di bawah 50). Walaupun demikian, pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) AS triwulan III-2023 tercatat sebesar 5,2 persen karena didorong sektor jasa.
Pertumbuhan tinggi tersebut tidak cukup untuk mempertahankan angka PMI manufaktur di zona ekspansi. Ini tampak pada angka November yang turun ke 49,4 dari sebelumnya 50.
Namun, sinyal positif dari San Francisco di atas belum menyentuh rantai pasok manufaktur AS yang diperlukan untuk mempertahankan momentum pertumbuhan.
Konsumsi jasa tersebut juga tidak terlalu berkaitan dengan ekspornya. Ekspor AS naik 5,7 miliar dollar AS sehingga pada bulan September mencapai 261 miliar dollar AS.
Komponennya yang dominan adalah minyak mentah dan produk-produk turunannya serta produk pangan-minuman dan pakan ternak. Namun, sinyal positif dari San Francisco di atas belum menyentuh rantai pasok manufaktur AS yang diperlukan untuk mempertahankan momentum pertumbuhan.
Menggeliat
Indeks PMI China berhasil menggeliat ke zona ekspansi 50,7 untuk November, didorong ekspektasi positif dari usaha peredaan ketegangan AS-China di atas. Sebelumnya, angka PMI-nya turun tipis dari 50,6 di September ke 49,5 di Oktober.
Dampak pada ekspor manufaktur adalah pertumbuhan 0,5 persen, besaran positif yang pertama sejak April 2023. Pertumbuhan tipis ini menunjukkan bahwa China sebagai hub manufaktur masih terimbas efek perang dagang dengan AS.
Kepentingan ekonomi bersama dapat mendorong kedua belah pihak untuk lebih konstruktif dalam hubungan luar negeri.
Ini tertangkap juga dari pertumbuhan impor yang masih negatif 0,6 persen. Inisiatif pada APEC di atas juga belum cukup untuk mempertahankan momentum pertumbuhan ekonomi, di mana untuk triwulan III-2023 turun ke 4,9 dari 6,3 persen di triwulan sebelumnya.
Satu hal yang dapat dipetik, kepentingan ekonomi bersama dapat mendorong kedua belah pihak untuk lebih konstruktif dalam hubungan luar negeri. Apalagi keduanya merupakan lokomotif ekonomi dunia yang saling terkait dalam rantai pasok global.
Pasar domestik
Angka PMI Indonesia mencapai hampir 54 pada Agustus 2023. Selanjutnya, angkanya menurun walaupun masih tetap di zona ekspansi. Pasar domestik yang ditunjukkan oleh pertumbuhan konsumsi masyarakat di triwulan II dan III pada 2023 masing-masing sebesar 5,22 persen dan 5,06 persen, membantu PMI untuk tetap di atas 50.
Kelemahan sektor manufaktur di AS dan China akibat peningkatan intensitas perang sanksi ekonomi tecermin dari ekspor dalam harga konstan yang mencatat pertumbuhan negatif minus 2,97 dan minus 4,28 persen di triwulan II dan III.
Sebagai bagian dari rantai pasok global, perkembangan geopolitik di atas tertangkap juga pada data ekspor nominal Indonesia (dalam dollar AS) publikasi Badan Pusat Statistik (BPS) di Oktober. Pertumbuhan tahunan (year on year) membandingkan pada tahun 2022 dengan 2023 (medium-run equilibrium).
Angka PMI Indonesia mencapai hampir 54 pada Agustus 2023. Selanjutnya, angkanya menurun walaupun masih tetap di zona ekspansi.
Pertumbuhan ekspor tahunan yang masih negatif baik secara total maupun untuk beberapa kategori merupakan indikasi fragmentasi rantai pasok akibat ketegangan geopolitik. Ekspor total di Oktober 2023 tumbuh negatif 10,43 persen. Sementara untuk ekspor non-migas pada periode yang sama, minus 11,36.
Namun, perkembangan ekspor bulanan (mtm) Indonesia tampaknya bersifat forward looking, mengantisipasi usaha pencairan ketegangan AS-China di atas sebelum pertemuan APEC. Berbeda dengan data tahunan, data ekspor bulanan September-Oktober 2023 lebih menangkap ekspektasi ke depan. Ekspor total di Oktober tumbuh positif 6,76 persen. Sementara ekspor non-migas pada periode yang sama tumbuh 7,42 persen.
Pertambangan tumbuh
Dari segi pengelompokan komoditas, ekspor pertambangan tumbuh 20,47 persen dan ekspor manufaktur tumbuh 4,83 persen. Sektor yang masih terkontraksi adalah pertanian, kehutanan, dan perikanan, yakni minus 8 persen.
Secara lebih rinci ekspor batubara tumbuh bulanan 24,11 persen dan ekspor minyak kelapa sawit tumbuh 2,59 persen. Ekspor baja tumbuh positif baik secara bulanan (5,76 persen) maupun tahunan (6,65 persen), yang menunjukkan perbaikan prospek di rantai pasok manufaktur dunia.
Berdasarkan negara tujuan, ekspor bulanan ke China dan India tumbuh positif, masing-masing 11,96 persen dan 24,91 persen sekalipun secara tahunan angkanya masih minus. Ini merupakan indikasi pentingnya negara-negara selain AS yang mempunyai populasi besar dengan jumlah kelas menengah yang signifikan dalam strategi perdagangan internasional Indonesia.
Simbol persahabatan
Ekspor bulanan Indonesia ke AS tumbuh minus 0,51 persen. Sementara untuk tahunan, tumbuh minus 11,77 persen, konsisten dengan angka PMI manufaktur AS.
Di satu sisi, ini merupakan refleksi dari suku bunga di AS yang masih tinggi sehingga masyarakatnya menahan konsumsi barang-barang tahan lama produk manufaktur yang umumnya dibeli secara cicilan. Di sisi lain, ini merupakan kelemahan dari sisi manufaktur AS yang terkena imbas ketegangan geopolitik AS-China.
Pelajaran yang berharga dari pertemuan APEC adalah bagaimana sinyal non-ekonomi dapat menjadi dasar pembuatan ekspektasi ke depan. Beruang panda yang 99 persen vegetarian, yang lucu dan menggemaskan tersebut, merupakan simbol persahabatan (envoy of friendship) antara AS dan China.
Pelajaran yang berharga dari pertemuan APEC adalah bagaimana sinyal non-ekonomi dapat menjadi dasar pembuatan ekspektasi ke depan.
Bermula dari pengiriman sepasang panda ke kebun binatang Washington DC pada 1972 setelah kunjungan bersejarah Presiden AS Nixon ke China. Peristiwa itu terjadi di tengah-tengah Perang Dingin antara blok Uni Soviet dan blok AS.
Namun, siapa sangka bahwa setelah lima dekade panda-panda itu pun dapat menjadi salah satu leading indicators prospek perkembangan rantai pasok manufaktur dan ekspor dunia yang berpotensi menjadi titik balik.