Rencana pemberian bebas visa harus ditindaklanjuti dengan layanan pariwisata yang prima. Pelayanan itu mulai dari penerimaan di bandara yang kadang dikeluhkan hingga penginapan dan juga layanan lainnya.
Oleh
REDAKSI
·2 menit baca
Pascapandemi, banyak negara berusaha untuk membenahi ekonominya. Pariwisata menjadi cara paling cepat untuk membangun kembali ekonomi. Pemerintah Indonesia berencana memberikan bebas visa pada 20 negara yang berpotensi mendorong wisata berkualitas, terutama wisatawan dari negara dengan pendapat per kapita yang tinggi. Meski pengusaha mendukung wacana ini, sejumlah pihak mengingatkan rencana ini jangan sampai menciptakan masalah baru.
Pemerintah tengah mengkaji regulasi bebas visa bagi 20 negara yang dianggap berkontribusi menyumbang pariwisata berkualitas di Indonesia. Pariwisata berkualitas yang dimaksud adalah wisatawan asing yang tinggal lebih lama dan membelanjakan uang lebih banyak. Pariwisata jenis ini akan berdampak bagi ekonomi di daerah tujuan wisata (Kompas.id, 19/12/2023).
Kebijakan yang bersifat selektif ini sangat baik bagi penerimaan negara dan juga para pelaku wisata. Devisa dalam jumlah besar karena yang datang wisatawan berkualitas diharapkan masuk. Di sisi lain, pelaku usaha wisata lebih merasa nyaman dengan kehadiran mereka. Beberapa kasus belakangan yang diakibatkan perilaku wisatawan asing yang tidak tertib membuat para pelaku bisnis wisata trauma. Bila kelak wisatawan yang datang benar-benar berkualitas, mereka bisa melayani dengan perasaan aman.
Akan tetapi, Indonesia juga bersaing dengan negara-negara lain. Mereka juga memperbaiki layanan bagi para wisatawan, baik dari urusan imigrasi hingga layanan wisata. Sebagai contoh, sejak lama Jepang membuka diri dengan mempermudah layanan imigrasi untuk sejumlah negara dan mereka juga membangun pariwisata halal karena mengincar pasar negara-negara berpenduduk Muslim. Mereka melihat pasar ini sangat besar. Di Eropa, penerbangan dan juga tempat-tempat wisata dipenuhi pengunjung sejak beberapa bulan lalu.
Oleh karena itu, rencana pemberian bebas visa harus ditindaklanjuti dengan layanan pariwisata yang prima. Pelayanan itu mulai dari penerimaan di bandara yang kadang dikeluhkan hingga penginapan dan juga layanan lainnya. Kali ini boleh dibilang kita sedang berperang berebut kue bisnis pariwisata dengan negara lain pascapandemi. Tanpa persiapan yang memadai, kita sangat boleh jadi bakal kalah dalam mendapatkan kue.
Persiapan bisa dilakukan dengan melihat kegagapan negara-negara di Eropa yang tiba-tiba menghadapi aliran deras wisatawan. Pesawat dipesan hingga penumpang penuh, tetapi tidak sedikit penanganan bagasi bermasalah. Wisatawan membeludak di berbagai tempat, tetapi tidak sedikit yang mengindahkan aturan hingga fasilitas rusak. Kasus seperti ini tentu membuat wisatawan trauma. Oleh karena itu, saat keputusan membebaskan visa dimulai, maka kita memang benar-benar siap melayani mereka dengan prima.