Kesalahan dalam penggunaan imbuhan ”-kan” bisa mengakibatkan perubahan makna dan kelas kata. Pemahaman jenis-jenis imbuhan sangat penting untuk menuliskan bentuk jadian dengan tepat.
Oleh
PRISKILIA B SITOMPUL
·3 menit baca
Penulisan bentuk jadian (bentuk berimbuhan) dengan kata dasar berhuruf akhir k sering keliru. Pengguna bahasa sering melesapkan atau menghilangkan, tak jarang juga menambahkan, satu huruf k saat menulis bentuk jadian sebagai hasil dari penggabungan kata dasar dan imbuhan, khususnya imbuhan -kan.
Pelesapan atau penambahan huruf k dalam pengimbuhan (afiksasi) bahkan dapat mengubah makna bentuk jadian. Akibatnya, maksud yang ingin disampaikan penulis pun tidak tersampaikan dengan tepat kepada pembaca.
Kesalahan penulisan bentuk jadian dari kata dasar dengan huruf akhir k yang mengalami afiksasi jamak ditemukan pada isi naskah, dan terutama yang mencolok pada judul berita. Kata jadian yang seharusnya merupakan verba (v), setelah mendapatkan imbuhan, pun berubah secara keliru menjadi nomina (n) sehingga mengalami perubahan makna.
Lesakkan Bola ke Gawang Al-Ittihad, Ronaldo Menangkan Al-Nasser
Bakal Kelompokan Asuransi Berdasarkan Modal, Ini Alasan OJK
Seniman Pantomim Pertunjukan Aksinya di LRT Jakarta
Gibran Diklaim Punya Senjata Rahasia untuk Taklukan Mahfud MD Saat Debat
Perkenalkan Indonesia dengan Masukan Produk Indonesia ke Dalam Menu Sushi
BI Makin Serius Terbitkan Rupiah Digital, Minta Masukkan dari Masyarakat
Dalam ragam jurnalistik, penulisan bentuk jadian dengan menghilangkan awalan me- (dari seharusnya me- + -kan) pada judul berita lazim dilakukan. Selain untuk ekonomi kata, penghilangan awalan me- sebagai pembentuk verba itu juga ditujukan untuk memberi tekanan pada verba tersebut.
Pada judul ”Lesakkan Bola ke Gawang Al-Ittihad, Ronaldo Menangkan Al-Nassr”, misalnya, kata lesakkan dan menangkan terkesan lebih tegas daripada melesakkan dan memenangkan.
Pilihan kata lesakkan (lesak + -kan) dan menangkan (menang + -kan) pun terkesan tidak terlalu formal, yang merupakan salah satu ciri ragam jurnalistik. Bandingkan jika kita menggunakan melesakkan (me- + lesak + -kan) dan memenangkan (me- + menang -kan) yang terkesan formal.
Namun, kata lesakkan (lesak + -kan; dengan menghilangkan me-) sering ditulis secara keliru. Kekeliruan terjadi karena ada penghilangan satu huruf k pada bentukan tersebut, menjadi lesakan (lesak + -an). Kata bentukan yang seharusnya merupakan verba (lesakkan ’tindakan melesakkan’) pun berubah menjadi nomina (lesakan ’hasil melesakkan’).
Harus diingat bahwa fungsi akhiran -kan dan akhiran -an sangat berbeda. Jika akhiran -kan berfungsi sebagai pembentuk verba, akhiran -an berfungsi sebagai pembentuk nomina. (Lihat KBBI tentang akhiran -an dan -kan)
Kita lihat bahwa penghilangan atau pelesapan satu huruf k pada contoh di atas menyebabkan makna dan kelas katanya berubah.
Berdasarkan penjelasan tentang melesakkan itu, kata yang tepat untuk judul (2) adalah mengelompokkan (me- + kelompok + -kan) (v). Jika awalan me- dilesapkan, sesuai dengan ragam jurnalistik, bentuk jadiannya adalah kelompokkan (kelompok + -kan) (v), bukan kelompokan (kelompok + -an) (n) yang bermakna ’kelompok’ atau ’kumpulan’. Dengan demikian, judul yang tepat adalah ”Bakal Kelompokkan Asuransi Berdasarkan Modal, Ini Alasan OJK”.
Pada judul (3), pembentukan yang tepat adalah mempertunjukkan (memper- + tunjuk + -kan) (v) atau pertunjukkan (pertunjuk + -kan; jika me- dihilangkan), bukan pertunjukan (pertunjuk + -an) (n), yang menurut KBBI berarti ’tontonan’ atau ’pameran’. Perbaikannya: ”Seniman Pantomim (Mem)Pertunjukkan Aksinya di LRT Jakarta”.
Adapun pada judul (4), bentuk jadian yang tepat adalah menaklukkan (me- + takluk + -kan) (v), dan jika me- dilesapkan menjadi taklukkan (takluk + -kan) (v), bukan taklukan (takluk + -an) (n), yang menurut KBBI bermakna ’orang (daerah, negara, dan sebagainya) yang sudah ditaklukkan’. Perbaikan judulnya adalah ”Gibran Diklaim Punya Senjata Rahasia untuk Taklukkan Mahfud MD Saat Debat”.
Akan halnya judul (5), bentukan yang benar adalah memasukkan (me- + masuk + -kan) (v). Jika awalan me- dihilangkan, kata bentukan menjadi masukkan (masuk + -kan) (v), bukan masukan (masuk + -an) (n). Maka, perbaikan dari judul aslinya adalah ”Perkenalkan Indonesia dengan Masukkan Produk Indonesia ke Dalam Menu Sushi”.
Penghilangan dan penambahan di satu sisi—dan pengekalan di sisi lain—huruf k dapat menyebabkan perubahan kelas kata dan makna.
Namun, jika dibandingkan dengan kelima contoh di atas, judul (6) merupakan contoh yang berkebalikan dengan kelimat contoh tersebut: ”BI Makin Serius Terbitkan Rupiah Digital, Minta Masukkan dari Masyarakat”.
Kata masukkan (masuk + -kan) dalam kalimat tersebut bermakna ’tindakan membawa masuk’ dan berkelas verba. Padahal, si penulis memaksudkannya sebagai input atau ’hasil memasukkan, komentar, saran’. Maka, kata yang tepat adalah masukan (masuk + -an) (n), bukan (me)masukkan (v). Perbaikan judul menjadi ”BI Makin Serius Terbitkan Rupiah Digital, Minta Masukan dari Masyarakat”.
Beberapa contoh yang sudah diuraikan di atas menjelaskan kepada kita bahwa penghilangan dan penambahan di satu sisi—dan pengekalan di sisi lain—huruf k dapat menyebabkan perubahan kelas kata dan makna. Penghilangan huruf k menyebabkan kata berkelas nomina dan mengandung makna ’hasil tindakan’, sedangkan pengekalan huruf k menyebabkan kata berkelas verba dan mengandung makna ’tindakan’.
Namun, dari semua penjelasan itu, cara termudah untuk menentukan ada tidaknya huruf k pada bentuk jadian yang mendapat imbuhan me- + -kan adalah pahami dulu jenis-jenis imbuhan dalam bahasa Indonesia, khususnya imbuhan yang digolongkan sebagai gabungan imbuhan. Dengan cara itu, kita tidak akan keliru menuliskan, misalnya, memasukkan atau memasukan, masukkan atau masukan, dalam kalimat.