logo Kompas.id
Opini”Suka” Tidak Sama dengan...
Iklan

”Suka” Tidak Sama dengan ”Sering”

Kesalahan dalam menggunakan kata dapat mengganggu makna suatu tulisan. Kecermatan memilih kata menjadi keharusan.

Oleh
NANIK DWIASTUTI
· 2 menit baca
Kata <i>suka</i> dan <i>alasan</i> kerap digunakan secara keliru.
CAHYO HERYUNANTO

Kata suka dan alasan kerap digunakan secara keliru.

Pemilihan Umum 2024 sudah di depan mata. Berita tentang copras-capres pun bertebaran di mana-mana. Setiap hari, tanpa jeda.

Suatu hari, di lini masa Instagram saya tersua sebuah judul berita: ”Anies Baswedan Suka Dicibir di Media Sosial, Apa Reaksi Anak dan Istrinya?”

Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Pahami informasi seputar pemilu 2024 dari berbagai sajian berita seperti video, opini, Survei Litbang Kompas, dan konten lainnya.
Kunjungi Halaman Pemilu

Membaca kalimat tersebut, saya yang bukan siapa-siapa Pak Anies tak urung ikut bereaksi. Bukan, bukan soal copras-capres, melainkan soal penggunaan kata suka pada judul tersebut.

Rasa-rasanya ada yang aneh. Siapa, sih, orang di muka bumi ini yang suka dicibir? Entah orang sepenting calon presiden, entah rakyat jelata seperti saya, tentu tidak ada yang suka mendapat cibiran.

Pemulung menarik gerobak di sekitar Halte Tosari, Jakarta Pusat, Minggu (10/5/2020). Pekerjaan memulung barang bekas yang suka dicibir tetap dilakukan pemulung di tengah pandemi Covid-19. Kata <i>suka</i> pada kalimat tersebut mestinya diganti dengan kata <i>sering</i>.
KOMPAS/RADITYA HELABUMI

Pemulung menarik gerobak di sekitar Halte Tosari, Jakarta Pusat, Minggu (10/5/2020). Pekerjaan memulung barang bekas yang suka dicibir tetap dilakukan pemulung di tengah pandemi Covid-19. Kata suka pada kalimat tersebut mestinya diganti dengan kata sering.

Setelah saya baca beritanya, oh, ternyata maksudnya kerap atau sering. Padahal, kata suka dan sering jelas berbeda makna. Suka berarti ’senang’ atau ’gemar’, sedangkan sering berarti ’kerap’ atau ’berkali-kali’.

Kesalahan seperti ini tampaknya remeh-temeh, tetapi sebetulnya cukup mengganggu. Hal ini tidak perlu terjadi jika kita mau sedikit lebih teliti.

Baca juga: Ekonomi Tidak Sama dengan Ekonomis

Lain waktu, saya temukan pamflet informasi acara bincang-bincang kesehatan dari sebuah rumah sakit. Tertulis tema acara bincang-bincang itu: ”Alasan Orang Cepat Menua”.

Iklan

Lagi-lagi, ada yang kurang tepat dengan tema tersebut, yaitu pemakaian kata alasan. Alasan, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, berarti ’hal yang menjadi pendorong (untuk berbuat)’. Siapa yang terdorong untuk cepat tua? Saya kira tidak ada. Bahkan, banyak orang merasa baper atau kurang suka disebut tua.

Kata yang tepat untuk menggantikan alasan di atas adalah sebab. Penuaan memang proses yang alamiah, tetapi tentu ada faktor-faktor yang membuat proses itu lebih cepat terjadi. Maka, judul acara bincang-bincang itu semestinya ”Sebab Orang Cepat Menua”.

Kata yang tepat untuk menggantikan alasan di atas adalah sebab.

Salah satu penghuni panti membuat kerajinan tangan yang diselenggarakan di Panti Wreda Pelkris di Kota Semarang, Jawa Tengah, Selasa (7/11/2023). Banyak alasan orang menjadi lebih cepat tua, satu di antaranya adalah karena kesepian. Kata <i>alasan</i> lebih tepat diubah menjadi <i>sebab</i> atau <i>penyebab</i>.
KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA

Salah satu penghuni panti membuat kerajinan tangan yang diselenggarakan di Panti Wreda Pelkris di Kota Semarang, Jawa Tengah, Selasa (7/11/2023). Banyak alasan orang menjadi lebih cepat tua, satu di antaranya adalah karena kesepian. Kata alasan lebih tepat diubah menjadi sebab atau penyebab.

Kesalahan penggunaan kata alasan ini juga termasuk sering terjadi. Di lain hari, saat saya sedang berkelana di jagat maya, muncul lagi kesalahan yang sama. ”Menteri LHK Jelaskan Alasan Polusi Udara Jelek Jam 3 Pagi: Kan Kecampur Uap Air”.

Lalu, bagaimana penggunaan kata alasan yang tepat? Berikut ini contoh penggunaan kata alasan yang benar: ”Blak-blakan, Ini Alasan Mahfud Enggan Jawab Pertanyaan Gibran”.

Semoga ke depan tidak ada lagi pemakaian kata suka yang tertukar dengan sering atau kata sebab yang tertukar dengan alasan. Mari lebih cermat dalam penggunaan kata-kata, secermat kita memilih pasangan calon presiden dan wakil presiden dalam pemilu nanti.

Baca juga:

- ”Sukarelawan” Tidak Sama dengan ”Relawan”

- Cermat Menggunakan Kata Ulang

- Kesalahan Penggunaan Dll, Dsb, Dst, dan Dlsb

Nanik Dwiastuti, Penyelaras Bahasa Kompas

Editor:
ALBERTUS SUBUR TJAHJONO
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000