”Suka” Tidak Sama dengan ”Sering”
Kesalahan dalam menggunakan kata dapat mengganggu makna suatu tulisan. Kecermatan memilih kata menjadi keharusan.
Pemilihan Umum 2024 sudah di depan mata. Berita tentang copras-capres pun bertebaran di mana-mana. Setiap hari, tanpa jeda.
Suatu hari, di lini masa Instagram saya tersua sebuah judul berita: ”Anies Baswedan Suka Dicibir di Media Sosial, Apa Reaksi Anak dan Istrinya?”
Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Membaca kalimat tersebut, saya yang bukan siapa-siapa Pak Anies tak urung ikut bereaksi. Bukan, bukan soal copras-capres, melainkan soal penggunaan kata suka pada judul tersebut.
Rasa-rasanya ada yang aneh. Siapa, sih, orang di muka bumi ini yang suka dicibir? Entah orang sepenting calon presiden, entah rakyat jelata seperti saya, tentu tidak ada yang suka mendapat cibiran.
Setelah saya baca beritanya, oh, ternyata maksudnya kerap atau sering. Padahal, kata suka dan sering jelas berbeda makna. Suka berarti ’senang’ atau ’gemar’, sedangkan sering berarti ’kerap’ atau ’berkali-kali’.
Kesalahan seperti ini tampaknya remeh-temeh, tetapi sebetulnya cukup mengganggu. Hal ini tidak perlu terjadi jika kita mau sedikit lebih teliti.
Baca juga: Ekonomi Tidak Sama dengan Ekonomis
Lain waktu, saya temukan pamflet informasi acara bincang-bincang kesehatan dari sebuah rumah sakit. Tertulis tema acara bincang-bincang itu: ”Alasan Orang Cepat Menua”.
Lagi-lagi, ada yang kurang tepat dengan tema tersebut, yaitu pemakaian kata alasan. Alasan, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, berarti ’hal yang menjadi pendorong (untuk berbuat)’. Siapa yang terdorong untuk cepat tua? Saya kira tidak ada. Bahkan, banyak orang merasa baper atau kurang suka disebut tua.
Kata yang tepat untuk menggantikan alasan di atas adalah sebab. Penuaan memang proses yang alamiah, tetapi tentu ada faktor-faktor yang membuat proses itu lebih cepat terjadi. Maka, judul acara bincang-bincang itu semestinya ”Sebab Orang Cepat Menua”.
Kata yang tepat untuk menggantikan alasan di atas adalah sebab.
Kesalahan penggunaan kata alasan ini juga termasuk sering terjadi. Di lain hari, saat saya sedang berkelana di jagat maya, muncul lagi kesalahan yang sama. ”Menteri LHK Jelaskan Alasan Polusi Udara Jelek Jam 3 Pagi: Kan Kecampur Uap Air”.
Lalu, bagaimana penggunaan kata alasan yang tepat? Berikut ini contoh penggunaan kata alasan yang benar: ”Blak-blakan, Ini Alasan Mahfud Enggan Jawab Pertanyaan Gibran”.
Semoga ke depan tidak ada lagi pemakaian kata suka yang tertukar dengan sering atau kata sebab yang tertukar dengan alasan. Mari lebih cermat dalam penggunaan kata-kata, secermat kita memilih pasangan calon presiden dan wakil presiden dalam pemilu nanti.
Baca juga:
- ”Sukarelawan” Tidak Sama dengan ”Relawan”
- Cermat Menggunakan Kata Ulang
- Kesalahan Penggunaan Dll, Dsb, Dst, dan Dlsb
Nanik Dwiastuti, Penyelaras Bahasa Kompas