Romo Mangun mengingatkan, militer kita di masa Orde Baru harus tetap mengutamakan kepentingan ”bangsa dan Tanah Air”.
Oleh
EDUARD LUKMAN
·3 menit baca
Untuk mengenang Romo Mangunwijaya yang wafat 25 tahun lalu, tepatnya pada 10 Februari 1999, St Sularto menulis artikel berjudul ”Bayar Utang pada Rakyat” (Kompas, 12/2/2024, hlm 7).
Semasa hidupnya, tulis Sularto, Romo Mangun secara konsisten dan berani membela rakyat yang terpinggirkan dan tersisih. Itu mencakup beragam bentuk: arsitektur, sastra-budaya, sosial-politik, pendidikan, atau gerakan sosial. Pembelaan ini, lanjut Sularto, dilakukan melalui berbagai upaya, termasuk seminar, ceramah, khotbah, tulisan artikel, dan buku.
Tulisan Romo Mangunwijaya di Kompas tidak pernah saya lewatkan. Romo merupakan penulis yang mumpuni. Isinya padat, filosofis, dari sudut berbagai disiplin, tetapi enak dibaca, kaya dengan ilustrasi dan informasi yang menambah pengetahuan, bermakna dan mencerahkan. Romo juga piawai menulis secara tersirat untuk menghindari ”benturan” di tengah ketatnya pengawasan di era Orde Baru.
Romo Mangun menulis berbagai topik dan isu yang diulas secara interdisipliner, termasuk masalah militer dan pertahanan. Saya selalu mengagumi pengetahuannya mengenai kemiliteran Jerman di bawah Adolf Hitler. Ini mungkin karena Romo studi di Jerman.
Itu tecermin, misalnya, dalam tulisan berjudul ”Stadion, Mikrofon, Massa Berseragam” (Kompas, 23/12/1988). Romo menceritakan Jerman di era Partai Nazi. Digambarkan pemerintah yang otoriter memanipulasi dan menekan rakyat melalui propaganda serta kekerasan oleh aparat. Sebetulnya tersirat bahwa Romo ”menyentil” situasi kontemporer kita di zaman Orde Baru. Ketika itu pembaca terbiasa membaca between the lines.
Saya sempat memberi tanggapan terhadap artikel tersebut berupa koreksi mengenai jabatan seorang jenderal Jerman dan tempat kelahiran Hitler (”Von Brauchitsch dan Hitler”, Kompas, 20/1/1989).
Di artikel Kompas yang lain, yang berjudul ”Befehl ist Befehl” (dikutip dari buku kumpulan tulisan YB Mangunwijaya, Tentara dan Kaum Bersenjata, 1999), Romo Mangun memaparkan bahwa kendati Hitler berkuasa mutlak, masih ada jenderal-jenderal Jerman yang berani menentang. Dengan fasih Romo Mangun menyebut sederet jenderal, mulai dari Erwin Rommel sampai Guenther von Kluge atau Erich Hoepner.
Menurut saya, Romo Mangun ketika itu mengingatkan bahwa militer kita di masa Orde Baru harus tetap mengutamakan kepentingan ”bangsa dan Tanah Air”.
Berbagai tulisan Romo Mangun terasa masih kuat relevansinya saat ini. Romo Mangunwijaya memang seorang asketis intelektual yang visioner.
CV Indonav Jaya melalui kolom Surat Pembaca Kompas pada Selasa, 13 Februari 2024, menyampaikan pengaduan tentang ”Sulitnya Klaim Asuransi”. CV Indonav Jaya mengajukan klaim atas kerugian kehilangan barang-barang elektronik yang berlokasi di Jalan Dr Soetomo Nomor 66A, Kota Probolinggo, Jawa Timur, kepada PT MNC Asuransi Indonesia.
Atas pengaduan tersebut, kami dari PT MNC Asuransi Indonesia menyampaikan permohonan maaf atas kendala yang dihadapi. Sebagai tindak lanjut dari kami, pada Kamis, 15 Februari 2024, kami telah melakukan pertemuan via Zoom dengan pihak CV Indonav Jaya dan juga bersama dengan tim loss adjuster. Dalam hal ini para pihak telah memberikan penjelasan atas keluhan yang disampaikan dan selanjutnya para pihak akan mengikuti proses yang telah disepakati saat pertemuan tersebut.
Kami terus berupaya untuk meningkatkan pelayanan dan kualitas produk guna memberikan pengalaman yang lebih baik bagi nasabah.
Demikian tanggapan ini kami sampaikan. Atas perhatian dan kerja sama yang diberikan, kami mengucapkan terima kasih.