Ibu Soenarjati dapat menghubungi pihak Istana untuk menanyakan dua lukisan yang dipinjamkan ayahnya ke Bung Karno.
Oleh
GUNTUR SOEKARNO
·3 menit baca
Ketika penulis membaca harian Kompas, edisi 8 Maret 2024, penulis menemukan berita menarik di kolom Surat Kepada Redaksi berjudul ”Lukisan Dipinjam Istana”. Surat tersebut dikirim Ibu Soenarjati Djajanegara, ahli waris almarhum Djoehri Djajanegara.
Ibu Soenarjati mengaku, ayahnya meminjamkan dua lukisan ke Bung Karno pada 1955. Hingga kini, dua lukisan karya pelukis terkenal dari Italia, Romualdo Locatelli, tersebut belum dikembalikan oleh pihak Istana. Sebagai penggemar fotografi dan pencinta seni, penulis dapat merasakan betapa kecewanya ”kehilangan” dua lukisan karya pelukis terkenal seperti Romualdo Locatelli.
Pada 1955, usia penulis sekitar 11 tahun. Saat itu, penulis melihat banyak lukisan bertebaran di dinding Istana. Dan, mulai tahu, lukisan-lukisan dari orang-orang besar di kalangan pelukis maestro di Indonesia, tetapi tidak tahu lukisan karya Romualdo Locatelli. Seingat penulis, Bung Karno hingga wafatnya juga tidak pernah menceritakan soal dua lukisan tersebut. Karena itu, seingat penulis, tidak ada keluarga Bung Karno yang mengetahui soal pinjam-meminjam dan keberadaan dua lukisan itu.
Namun, jika ”peminjaman ” itu tanpa bukti tertulis di Sekretariat Negara dan Rumah Tangga Kepresidenan, hal itu akan sangat sulit dilacak.
Sebagian besar koleksi lukisan, patung, dan keramik Istana, yang penulis tahu, dibukukan oleh Bung Karno. Buku tersebut dicetak di Jepang untuk edisi I. Edisi II terdiri atas lima buku dicetak di RRC (kini China). Ibu Soenarjati dapat menghubungi Arsip Nasional dan meminta izin memeriksa daftar buku atau catatan atau dokumen tentang koleksi lukisan Istana dan Bung Karno atau meminjam buku koleksi lukisan edisi II tersebut. Semoga buku-buku itu disimpan di Arsip Nasional.
Sebaiknya Ibu Soenarjati atau keluarganya juga menghubungi pihak Istana. Namun, jika ”peminjaman” itu tanpa bukti tertulis di Sekretariat Negara dan Rumah Tangga Kepresidenan, hal itu akan sangat sulit dilacak.
Semoga keluarga Ibu Soenarjati dapat sabar, tekun, dan terus berjuang menelusuri dua karya warisan almarhum Djoehri Djajanegara buat anak cucunya. Selamat berjuang Bu Soenarjati.
Guntur Soekarno, Putra Sulung Presiden Pertama RI Soekarno, Tinggal di Jakarta
Turap Baja untuk Banjir Demak
Banjir yang melanda wilayah Demak, Jawa Tengah, sejak Sabtu (16/3/2024) belum teratasi karena tanggul bisa jebol dua kali. Sebagai seorang berpendidikan teknik, saya penasaran kenapa perbaikan tanggul yang jebol memakan waktu begitu lama? Padahal, sudah ditangani instansi terkait dan dibantu TNI Angkatan Darat.
Dari sebuah rekaman video penanganan tanggul jebol dengan menggunakan drone di akun BTV (Youtube), saya berkesimpulan bahwa metode penyumbatan tanggul jebol masih menggunakan metode ala pak tani dalam mengendalikan aliran air di persawahan, yaitu dengan cara menimbun tanah atau batu untuk membuat bendungan, tetapi kenyataannya dapat jebol lagi.
Dalam dunia teknik, ada yang namanya steel sheet pile atau turap baja dengan panjang 12 meter. Turap baja dipasang untuk menahan tanah agar tidak longsor akibat tekanan mendatar (horizontal) baik untuk sementara waktu maupun secara permanen. Dari Youtube juga dapat dipelajari bahwa untuk pemasangannya turap baja hanya membutuhkan tiga orang operator.
Ketangguhan turap baja sudah teruji dan masih digunakan hingga kini. Namun, kembali lagi pada persoalan pendanaan penanggulangan kebencanaan.
Untuk tanggul yang jebol dibutuhkan penanganan dari dua sisi menuju ke arah tengah titik jebol karena turap baja akan melindungi abrasi tanah terbawa aliran air luberan sungai. Setelah bendungan dari turap baja terpasang sebagian, dapat disusul dengan pengurukan tanah dan batu untuk memperkuat struktur bendungan turap baja.
Ketangguhan turap baja sudah teruji dan masih digunakan hingga kini. Namun, kembali lagi pada persoalan pendanaan penanggulangan kebencanaan. Kadang kita melihat aksi saling tunjuk antara pemerintah daerah dan pemerintah pusat tentang siapa yang bertanggung jawab atas bencana yang terjadi dan alokasi APBD atau APBN-kah yang harus digunakan.
Sekali lagi, banjir sangat menyengsarakan rakyat banyak dan para pebisnis yang terdampak. Apabila tidak serius dalam menangani masalah ini, pada suatu saat tanggul akan jebol kembali. Apalagi jika tidak ada program pengerukan sedimen yang membuat sungai menjadi dangkal pada saat musim kemarau.
Djoko Madurianto Sunarto, Jalan Pugeran, Yogyakarta