Bila Kompas tidak mengulas isu ini, bisa jadi setiap pihak dalam rantai ekosistem bisnis antibiotik akan biasa saja.
Oleh
HAKIM FATURACHMAN
·2 menit baca
Saya terpancing mengomentari berita utama Kompas edisi Senin dan Selasa (25-26 Maret 2024) tentang urusan obat antibiotik yang di pasaran sangat begitu mudah diakses.
Bila Kompas tidak mengulas isu ini, bisa jadi setiap pihak yang berada dalam rantai ekosistem bisnis obat antibiotik akan merasa biasa saja sampai akhirnya terus terlena (complacent). Obat antibiotik yang tergolong obat keras, praktik penjualannya seperti obat OTC (over the counter)— obat bebas tanpa perlu resep dokter untuk kebutuhan swamedikasi.
Kita sudah sangat paham dampak obat antibiotik yang berlebihan dalam tubuh kita, yang bisa berakibat fatal.
Masalah ”gatalnya” para dokter untuk terus meresepkan obat antibiotik pada segala macam penyakit perlu pengawasan langsung oleh kita sebagai masyarakat. Jika perlu, selalu tanyakan langsung kepada dokter, apakah dari setiap obat yang diresepkan untuk kita atau keluarga ada obat antibiotiknya atau tidak, dan pastikan sesuai dengan prosedur pembasmian penyakitnya.
Sesungguhnya, kita perlu menelaah, pihak mana yang paling diuntungkan dari kegemaran dokter meresepkan obat antibiotik ini?
Mencermati artikel di Kompas (26/3/2025), halaman 15, Ketua Komite Perdagangan dan Industri Bahan Baku Farmasi dari GP Farmasi Indonesia, Bapak Vincent Harijanto, menyatakan bahwa pembelian obat antibiotik tanpa resep, yang salah adalah warga dan apoteknya, ini cukup menggelikan dan terlihat sekali pemahaman yang terbatas dari organisasi yang diwakilinya, yaitu GP Farmasi (Gabungan Pengusaha Farmasi) terhadap isu obat farmasi secara keseluruhan.
Komentar saya, pertama, apakah GP Farmasi tidak menyadari bahwa dalam peta pemangku kepentingan industri farmasi di mana pun, warga sebagai pelanggan atau konsumen dan apotek sebagai outlet penjualan obat adalah pihak-pihak yang penting.
Jika industri farmasi berlawanan dengan warga dan apotek, siapa yang akan beli obat Anda, dan obat Anda mau dijual di mana?
Komentar saya yang kedua, justru pihak warga dan apotek yang harus serius diadvokasi dan diedukasi tentang penggunaan yang baik dan cerdas tentang obat antibiotik ini secara berkesinambungan. Siapa pelaksana advokasi dan edukasinya? Ya, idealnya adalah pihak yang mendapat keuntungan komersial terbesar dari industri obat antibiotik dan pemerintah sebagai regulator.