Demam Berdarah pada Orang Dewasa
DBD ternyata juga menyerang orang dewasa dan tidak hanya menyerang penduduk di kota, tetapi juga di desa.
Kasus demam berdarah belakangan ini menurut media massa meningkat. Memang, sejak hujan lebat beberapa minggu ini di permukiman saya banyak nyamuk. Di RT saya sudah lima orang yang dirawat, tiga anak-anak dan dua dewasa, bahkan seorang berumur 62 tahun.
Kami warga sudah sering mengalami demam berdarah, tetapi setahu saya demam berdarah biasanya mengenai anak-anak, jarang mengenai orang dewasa. Apakah sudah terjadi perubahan sehingga demam berdarah juga menyerang orang dewasa? Apakah penyakit demam berdarah pada orang dewasa lebih berat daripada anak-anak?
Negara kita sudah puluhan tahun berpengalaman menghadapi serangan demam berdarah. Masyarakat sudah mengenal semboyan 3M (menguras tempat penyimpanan air, menutup tempat penyimpanan air, dan mengubur atau mendaur ulang barang bekas yang bisa menampung air). Setiap RT sudah berusaha mengamalkannya. Namun, genangan air di kampung saya sukar dihilangkan sama sekali karena aliran air, termasuk got banyak yang tak berfungsi.
Sesekali jumantik berkeliling dan mengajari kami membersihkan genangan air dan mengenal jentik nyamuk. Namun, kegiatan jumantik belum rutin. Mungkin rumah yang harus dikunjungi jumantik terlalu banyak.
Baca juga: Penularan Demam Berdarah Masih Tinggi, Dilaporkan Ada 475 Kematian DBD
Jika ada kasus demam berdarah biasanya petugas puskesmas mengadakan pengasapan. Namun, sering kali keluarga yang mengalami demam berdarah tidak melapor ke puskesmas sehingga tidak dilakukan pengasapan. Kami merasa setelah pengasapan nyamuk agak berkurang.
Sebenarnya, mana yang lebih penting menurut dokter, melakukan 3M atau pengasapan? Keluarga saya baru pulang perawatan deman berdarah.
Keluarganya di rumah menjalani vaksinasi demam berdarah. Saya baru mendengar bahwa ada vaksin demam berdarah. Vaksin ini diperuntukkan untuk siapa? Apakah cukup efektif? Saya merasa senang dengan vaksin demam berdarah ini.
Semoga seperti vaksin Covid-19, vaksin demam berdarah juga dapat mengendalikan demam berdarah yang sudah jadi ancaman masyarakat kita bertahun-tahun. Kapan pemerintah akan memberikan vaksin demam berdarah pada semua penduduk? Terima kasih atas penjelasan dokter.
M di J
Memang, pada tahap awal demam berdarah dengue (DBD) umumnya menyerang anak-anak. Kasus DBD juga banyak ditemukan di kota, jarang di desa. Namun, dalam perkembangannya, DBD ternyata juga menyerang orang dewasa dan tidak hanya menyerang penduduk di kota, tetapi juga di desa.
Seperti kita ketahui bersama, virus DBD ditularkan melalui gigitan nyamuk. Nyamuk pembawa virus DBD sering menggigit orang pada siang hari. Nyamuk ini berkembang biak di air tergenang.
Jika ada air tergenang agak lama sekitar seminggu, dengan mudah dapat kita temukan jentik-jentik nyamuk pembawa virus DBD ini. Jadi, upaya pemusnahan jentik melalui pencegahan genangan air dan ini kita usahakan melalui kegiatan 3M.
Jangan menunggu jumantik datang untuk memantau apakah ada genangan air di rumah, pekarangan, atau di sekitar rumah kita.
Pengasapan yang dilakukan puskesmas bertujuan mematikan nyamuk dewasa. Meski populasi nyamuk dewasa dapat dikurangi sedikit, mungkin jika jentik nyamuk banyak di air tergenang, jentik tersebut akan berkembang menjadi nyamuk dewasa.
Jadi, upaya 3M amat penting untuk mencegah jentik nyamuk berkembang. Pengasapan hanya dilakukan untuk tujuan sementara menurunkan populasi nyamuk dewasa dan biasanya kegiatan ini dilakukan jika ada kasus DBD di suatu permukiman.
Penghuni rumah
Upaya untuk mengendalikan DBD dilakukan dengan 3M dan sekarang ditambah dengan penugasan juru pemantau jentik atau jumantik. Petugas jumantik akan berkeliling pemukiman, masuk ke rumah-rumah untuk memeriksa apakah ada jentik nyamuk di genangan air.
Petugas akan melatih penghuni rumah agar tak ada air tergenang. Air di bak mandi atau di dapur tak boleh dibiarkan tergenang terlalu lama sampai satu minggu. Harus dikuras agar jentik nyamuk tak berkembang.
Menjaga rumah dan lingkungan agar bersih dari genangan air merupakan tanggung jawab penghuni rumah. Jangan menunggu jumantik datang untuk memantau apakah ada genangan air di rumah, pekarangan atau di sekitar rumah kita. Jumantik lebih sebagai pemeriksa, seharusnya kegiatan pemantauan kita lakukan secara teratur.
Kegiatan ini dapat dilakukan oleh ibu rumah tangga atau anggota keluarga lain. Kita juga dapat memanfaatkan tenaga anak sekolah, siswa SMP, untuk memantau keberadaan jentik nyamuk. Dengan melibatkan siswa sekolah, mereka akan terbiasa dan mampu menjaga rumah mereka dari nyamuk DBD nantinya.
Di permukiman sering ada rumah yang kosong atau lapangan yang tak terpelihara. Nyamuk DBD juga dapat berkembang di situ. Karena itu, warga harus memperhatikan rumah kosong dan lapangan tersebut. Jika nyamuk berkembang biak di situ, nyamuk tersebut dapat terbang dan menggigit anggota keluarga kita.
Selain di permukiman, penularan DBD juga dapat terjadi di sekolah atau tempat kerja. Karena itu, tempat-tempat tersebut juga harus dijaga agar bebas nyamuk DBD.
Baca juga: Hidup dengan DBD
Kasus DBD pada usia di atas 15 tahun sekarang sudah semakin banyak, sudah hampir 45 persen dari keseluruhan kasus DBD. Seperti Anda ungkapkan juga, sudah mulai banyak kasus DBD yang mengenai orang usia lanjut. Pada umumnya kasus DBD pada orang dewasa tidak lebih berat dari anak-anak.
Kasus DBD sering berat pada anak di bawah usia 5 tahun. Angka kematian DBD pada anak masih lebih tinggi dibandingkan dengan DBD pada orang dewasa.
Vaksin DBD memang sudah ada. Ada dua macam vaksin DBD, yaitu vaksin DBD dengan virus hidup yang dilemahkan dan vaksin DBD rekombinan dari virus yang dilemahkan.
Sekarang yang banyak digunakan adalah vaksin DBD rekombinan. Vaksin ini dapat digunakan pada warga usia 6 sampai 45 tahun. Suntikannya dua kali. Manfaat pencegahan penularannya lumayan tinggi, sekitar 80 persen. Dewasa ini vaksin DBD masih merupakan vaksin yang dibiayai oleh masyarakat, belum masuk program imunisasi nasional.
Vaksin DBD merupakan tambahan alat untuk mengendalikan DBD, tetapi bukan pengganti kegiatan 3M dan jumantik. Kegiatan tersebut harus diteruskan, sedangkan keluarga yang ingin melindungi anggota keluarga mereka dari DBD dapat menjalani imunisasi DBD ini.
Baca juga: IDAI Merekomendasikan Penambahan Jenis Vaksin dalam Layanan Imunisasi Anak
Upaya mengendalikan DBD memang tidak mudah karena dipengaruhi oleh lingkungan hidup kita. Beberapa negara di kawasan ASEAN ada yang sudah mampu menekan DBD seminimal mungkin.
Upaya tersebut dapat dilakukan berkat kerja sama erat antara kegiatan pengendalian oleh pemerintah dan masyarakat. Kegiatan tersebut tidak hanya terbatas pada lingkungan kesehatan, tetapi juga menyangkut kegiatan di kementerian lain, seperti kementerian PU dan lingkungan hidup. Semoga negeri kita juga mampu mengendalikan DBD sehingga tidak banyak lagi korban DBD di negeri kita.
Samsuridjal Djauzi, Dokter di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta