Misi antariksa China mengeksplorasi sisi jauh Bulan membuktikan kemajuannya dalam penguasaan sains dan teknologi.
Oleh
REDAKSI
·2 menit baca
China selangkah lebih maju dalam penguasaan sains dan teknologi antariksa. Hal tersebut ditandai dengan peluncuran wahana penjelajah untuk mengeksplorasi sisi jauh Bulan yang selama ini belum banyak diketahui manusia dan belum pernah dilakukan negara lain.
Wahana penjelajah yang diberi nama Chang’e ini diluncurkan dari Pusat Peluncuran Wenchang di Provinsi Hainan, China, pada Jumat (3/5/2024) malam. Wahana tanpa awak seri Chang’e-6 ini diangkut roket Long March 5-YB dan, menurut rencana, berada di Bulan selama 53 hari (Kompas.id, 3 Mei 2024).
Menurut catatan Kompas, eksplorasi pertama China ke Bulan dilakukan pada tahun 2013 dengan Chang’e-3. Kemudian wahana antariksa China Chang’e-4 sukses mendarat di sisi belakang Bulan pada 3 Januari 2019. Pada 2020, China mengirim Chang’e-5 ke Bulan dan pulang dengan membawa sampel dari sana.
China juga makin mengukuhkan diri sebagai pemain besar dalam bidang antariksa dengan menjadi negara kedua yang berhasil mendaratkan wahananya di permukaan Mars, Zhurong, pada 15 Mei 2021. Wahana tersebut mengirimkan sejumlah citra tanah Mars ke Bumi.
Sejalan dengan pesatnya pertumbuhan ekonomi China tiga dekade terakhir, program pengembangan dan penguasaan teknologi antariksa China melaju pesat. Di luar pendaratan di Bulan dan Mars, China juga membangun stasiun luar angkasa secara mandiri, Tiangong.
Visi besar
Keberhasilan China dalam mengeksplorasi dan mengambil sampel di sisi jauh Bulan tak lepas dari visi besar program keantariksaan negara itu yang didukung penuh pemerintah. Selain alokasi anggaran amat besar, dukungan politik pun kuat untuk membangun negara kuat dalam penguasaan sains dan teknologi antariksa.
Penguasaan sains dan teknologi, termasuk bidang antariksa, menjadi landasan penting suatu negara agar berdaya saing global.
Media milik Pemerintah China juga senantiasa menginformasikan proyek luar angkasa China untuk mendukung pembaruan nasional karena potensi ekonomi masa depan ada di luar angkasa. China pun telah mempersiapkan program luar angkasanya di semua lini dan kini mengatasi ketertinggalannya dengan cepat.
Penguasaan sains dan teknologi, termasuk bidang antariksa, menjadi landasan penting suatu negara agar berdaya saing global. Dalam indeks inovasi global tahun 2023, China menempati urutan ke-12 negara dengan perekonomian paling inovatif dan salah satu negara dengan jumlah kluster sains dan teknologi terbesar di dunia.
Kemampuan mengadopsi dan beradaptasi terhadap perkembangan teknologi ini dipengaruhi mutu pendidikan. Hal ini tecermin dalam hasil tes program penilaian pelajar internasional (programme for international student assessment/PISA) yang dirancang Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD).
Berdasarkan hasil skor PISA 2022, China menempati urutan kedua nilai tertinggi setelah Singapura meski menurun dibandingkan tahun 2018 akibat pandemi Covid-19. Skor PISA mengukur pengetahuan dan kemampuan siswa berusia 15 tahun di bidang literasi, numerasi, dan sains, diikuti 81 negara.
Belajar dari China, ketertinggalan di segala bidang, terutama sains dan teknologi, bisa diatasi dengan cepat dengan menggenjot pembangunan bidang pendidikan dan ekonomi. Hal ini tentu membutuhkan komitmen pemerintah yang tinggi untuk membangun negara yang kuat dalam penguasaan sains dan teknologi.