Warga beralih ke produk lokal yang dijual perusahaan setempat. Produk yang sebelumnya kalah bersaing, kini laris manis.
Oleh
MUSTHAFA ABD RAHMAN
·4 menit baca
Gerakan boikot produk perusahaan pendukung dan pro-Israel, sebagai solidaritas terhadap rakyat Palestina di Jalur Gaza, meraih keberhasilan besar di berbagai belahan Bumi, khususnya di dunia Arab dan Islam. Beberapa perusahaan raksasa produknya berhasil diboikot adalah Starbucks, McDonald’s, Kentucky Fried Chicken (KFC), dan Carrefour.
Akibat boikot tersebut, pendapatan Americana International hanya 28 juta dollar AS atau merosot hingga 52 persen pada kuartal I-2024 dibandingkan periode yang sama pada 2023 sebanyak 58,1 juta dollar AS.
Americana International adalah manajemen yang mengelola produk makanan saji cepat di Timur Tengah, Afrika Utara, dan Kazakhstan selama 50 tahun terakhir. Mereka mengoperasikan, antara lain, KFC, Pizza Hut, Hardee’s, Krispy Kreme, TGI Fridays, Chicken Tikka, dan Chicken Wempy Burger.
Di Jordania, Carrefour memutuskan untuk menutup hingga 10 cabangnya. Starbucks juga memutuskan menutup beberapa cabangnya di kota Amman dan kota lain.
Boikot terhadap Israel dan perusahaan pendukungnya yang membawa simbol merek AS dan negara Barat lainnya memaksa perusahaan-perusahaan tersebut menurunkan produksi, mengurangi jam kerja, dan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) atas para karyawannya. Diberitakan, sudah sekitar 15.000 karyawan di sejumlah restoran asal AS dan Barat di Jordania yang telah di-PHK.
Di sejumlah kota di Jordania, restoran populer seperti KFC, McDonald’s, Burger King, dan Pizza Hut sangat sepi dan sering kosong pengunjung setelah boikot terhadap Israel dan pendukungnya. Produk Coca-Cola, Pepsi, dan Nestle tidak laku dijual dan menumpuk di toko-toko dan restoran. Rakyat Jordania memilih membeli produk penggantinya yang produksi dalam negeri atau negara lain non-Barat.
Keberhasilan boikot terhadap Israel dan pendukungnya di Jordania sangat besar dan tidak pernah terjadi sebelum ini. Solidaritas rakyat Jordania terhadap rakyat Palestina di Jalur Gaza sangat kuat dan merupakan faktor berhasilnya boikot atas Israel di negeri itu.
Seperti diketahui, sekitar 30 persen dari keseluruhan penduduk Jordania yang jumlahnya 11 juta jiwa, berasal dari keturunan Palestina. Rakyat Jordania kini lebih memilih mengunjungi restoran dan toko yang hanya menjual produk lokal atau negara Arab lainnya. Produk lokal, yang sebelum ini kalah bersaing dengan produk Barat, kini sangat laris dan menjadi sasaran para pembeli di Jordania.
Para karyawan yang terkena PHK oleh restoran dan toko penjualan produk Barat kini pindah ke restoran dan toko lokal yang mengalami kenaikan omzet penjualan luar biasa pascaboikot terhadap Israel dan para pendukungnya.
Di Mesir, omzet penjualan McDonald’s mengalami penurunan hingga 60 persen pascaboikot terhadap Israel. Padahal McDonald’s merupakan idola warga Mesir. Setiap ada McDonald’s, pasti berjubel pengunjungnya sebelum gerakan boikot.
Restoran KFC di Mesir terpaksa mengurangi produksinya secara signifikan, menyusul sepinya pengunjung pascaboikot. Pada Desember 2023, saya sempat terkejut melihat restoran KFC di Distrik Nasr City, Kairo, menjual produk ayam goreng dalam jumlah kecil saja.
Ketika ditanya, salah seorang pelayannya mengungkapkan, sekarang KFC hanya bisa menjual produk makanan dalam jumlah kecil karena sepi pengunjung akibat boikot terhadap Israel. Apalagi restoran Pizza Hut yang keramaian pengunjungnya di bawah McDonald’S dan KFC, pasti lebih terpukul omzetnya setelah boikot terhadap Israel.
Di Maroko dan Kuwait, boikot terhadap Israel dan pendukungnya juga cukup efektif. Seperti halnya di Jordania dan Mesir, restoran KFC, McDonald’s, dan Starbucks di Maroko dan Kuwait sepi pengunjung. Rakyat Maroko dan Kuwait kini ramai-ramai beralih ke restoran yang menjual produk lokal.
Boikot pun merambah ke negara-negara berpenduduk mayoritas Islam, seperti Malaysia dan Indonesia. Di Malaysia, telah ditutup 108 cabang restoran KFC. Adapun Pizza Hut, Starbucks, dan McDonald’s juga menutup beberapa cabang di Malaysia, tetapi dalam jumlah lebih kecil dibanding KFC.
Para konsumen di Malaysia mengurangi pembelian di restoran yang menjual produk AS, akibat dukungan AS terhadap Israel. Boikot terhadap restoran-restoran AS juga terjadi di Indonesia meskipun efektivitasnya tidak sekuat di Malaysia.
Di Turki, parlemen menghapus produk Coca-Cola dan Nestle dari daftar produk yang dijual di restoran-restoran di Turki. Penjualan Starbucks dan McDonald’s di Turki turun hingga 20 persen pada Desember 2023. Kini penurunan penjualan dipastikan semakin besar di Starbucks dan McDonald’s akibat semakin kuatnya boikot terhadap produk Israel dan negara pendukungnya. Nilai saham Starbucks dan McDonald’s di Turki juga mengalami penurunan cukup signifikan.
Pemerintah Turki bahkan telah memutuskan hubungan dagang dengan Israel pada awal Mei 2024. Neraca perdagangan Israel dan Turki pada 2023 mencapai 6,8 miliar dollar AS.
Gerakan boikot terhadap produk Israel dan negara pendukungnya merupakan terbesar dan terkuat saat ini. Boikot sebenarnya pernah terjadi pada 2004 dan kemudian pada 2014, tetapi tidak sekuat boikot saat ini. Tahun 2004 akan dikenal sebagai tahun lahirnya gerakan boikot terhadap Israel.*