Lompatan Besar Si Kecil
Dalam benak kami, tebersit pemikiran bahwa teknologi hibrida yang dikenal di Indonesia selalu berdampak pada harga mobil yang cukup tinggi. Apabila hal itu diterapkan pada sebuah mobil dengan kategori low MPV, berapakah kenaikan harga yang akan terjadi?
Namun, PT SIS pada awal Februari lalu benar-benar mewujudkan bisikan itu dengan mengenalkan Suzuki New Ertiga Diesel Hybrid.
Lompatan besar
Kalau melihat dari sisi eksterior, tak terlihat perubahan luar biasa pada Ertiga anyar ini. Semuanya mirip dengan Ertiga yang sudah beberapa tahun terakhir banyak dilihat di jalanan di seantero Indonesia.
Namun, perubahan besar terjadi di balik kap mesin. Ertiga anyar yang dikirim langsung dari pabriknya di India, alias akan diimpor completely built up (CBU), ini dibekali mesin diesel berkode D13A dengan kapasitas mesin 1.300 cc DOHC.
Dapur pacu itu dilengkapi dengan sistem hibrida, alias ada ikut campur motor listrik di sistem penggeraknya. Penjelasan dari manajemen Suzuki, sistem hibrida yang diterapkan pada mobil ini adalah ada sumber tenaga lain selain mesin, yang berasal dari motor listrik dan baterai.
Dengan teknologi yang dinamakan smart hybrid vehicle by Suzuki (SHVS), sistem hibrida ini bekerja dengan komponen integrated starter generator (ISG) yang ditempatkan pada bagian belakang dan agak ke bawah mesin.
Bagaimana cara kerjanya? Sebenarnya hampir mirip dengan teknologi hibrida lainnya. Komponen ISG yang terdiri dari motor listrik dan baterai berkekuatan 12V 70 ampere-hour (Ah) akan bekerja menyimpan energi ketika terjadi pelambatan laju kendaraan. Saat dicoba, indikator SHVS berwarna hijau akan menyala di panel instrumen dasbor setiap kami melepas gas atau mengerem.
Energi inersia itu kemudian disimpan dalam baterai. Energi listrik ini akan dipakai ISG untuk membantu peningkatan torsi mesin ketika pedal gas ditekan atau akselerasi. Pemasangan sistem hibrida ini juga bertujuan meningkatkan efisiensi bahan bakar, dan pada gilirannya mengurangi emisi karbon.
Tak terlalu terasa
Ketika menyalakan mesin Ertiga anyar ini, ada kejutan tersendiri ketika ternyata suara mesin yang diproduksi tak terlalu keras seperti umumnya sebuah mesin diesel. Getarannya pun tidak begitu terasa walau dalam kondisi idle.
Hal itu berlanjut ketika berada di dalam mobil. Dengan ketebalan pelat yang cukup apik untuk mobil sekelasnya, boleh dikatakan suara mesin tak terlalu terdengar dan cenderung senyap untuk sebuah mobil diesel.
Ketika Kompas mencoba Ertiga anyar ini pada awal Februari lalu, manajemen PT SIS mengajak semua jurnalis yang ikut mencoba keiritan berkendara. Donny Saputra, Deputy Department Head 4W Marketing PT SIS, yang mengutip hasil studi Balai Teknologi Termodinamika Motor dan Propulsi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, mengatakan bahwa tingkat konsumsi solar untuk Ertiga ini mencapai 22,6 kilometer per liter.
Sepanjang perjalanan dari Jakarta menuju kawasan Sentul, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Kompas dan dua jurnalis lainnya mencoba menggunakan kecepatan konstan dan dengan tingkat putaran mesin di bawah 2.000 rpm. Hasilnya, dalam catatan layar multi-information display (MID), mobil yang kami kendarai mencatat tingkat konsumsi di atas 24 kilometer per liter. Sekadar informasi, solar yang kami pakai adalah jenis solar non-subsidi, bahan bakar yang direkomendasikan PT SIS.
Tantangan sesungguhnya ketika melintasi kawasan yang mayoritas menanjak menuju wilayah Ciawi, Kabupaten Bogor. Dengan pola yang sama, mobil yang kami kendarai hanya mencatat konsumsi 19,3 km per liter solar. Namun, dalam pengujian dengan menggunakan cara sederhana (mengisi penuh kembali bahan bakar mobil dan membandingkannya dengan jarak tempuh sejak pengisian sebelumnya), ada beberapa mobil yang konsumsi solarnya mencapai 31 km per liter.
Dalam perjalanannya, Kompas juga merasakan tenaga yang besar dari mobil ini. PT SIS mengklaim mesin diesel yang disematkan pada mobil ini mampu mengeluarkan tenaga hingga 89 PS (sekitar 87,7 HP) pada 4.000 rpm dan torsi puncak 200 Nm pada 1.750 rpm.
Torsi yang lumayan besar ini membuat mobil sangat percaya diri saat dibawa melibas tanjakan. Selain itu, di trek rata dan lurus, mesin diesel ini juga mampu melarikan mobil hingga kecepatan 150 km per jam tanpa terlalu susah payah. Itu pun posisi pedal gas belum mentok di lantai mobil karena kondisi jalanan yang basah karena hujan membuat kami harus memperhitungkan unsur keselamatan.
Dalam pengujian di kondisi yang menyerupai kondisi lalu lintas sehari-hari di Jakarta (perpaduan antara kecepatan tinggi, kecepatan konstan, dan kondisi padat lalu lintas), konsumsi BBM rata-rata yang diperoleh adalah 19-20 km per liter.
Untuk sementara, masyarakat baru bisa menikmati Ertiga Diesel ini dalam versi transmisi manual lima percepatan. Donny menyatakan, tak menutup kemungkinan untuk mendatangkan atau bahkan memproduksi versi mobil bertransmisi otomatis. Namun, hal itu baru bisa terlaksana apabila kondisi pasar memberi respons positif atas produk yang dilepas ke pasaran dengan harga Rp 219,5 juta on the road di wilayah Jabodetabek ini. (MHD/DHF)