Salah satu "efek samping" dari kecelakaan mobil Toyota Fortuner B 1732 ZLO yang ditumpangi Ketua DPR Setya Novanto, Kamis (16/11) petang lalu, adalah hebohnya dunia maya yang mendadak dipenuhi pertanyaan soal fitur-fitur keselamatan mobil tersebut. Bahkan dalam waktu sekitar 15 jam pasca olah tempat kejadian perkara (TKP) di kawasan Permata Hijau, Jakarta Selatan, polisi sudah meminta bantuan PT Toyota Astra Motor selalu distributor resmi Toyota di Tanah Air untuk membantu penyelidikan.
Bahkan hanya dalam hitungan menit setelah kecelakaan, pihak Toyota diam-diam sudah kebanjiran pertanyaan dari kalangan media massa, terutama media yang menggeluti bidang otomotif, terkait berbagai unsur teknis mobil sport utility vehicle (SUV) tersebut. Salah satu pertanyaan yang paling banyak muncul adalah berapa kecepatan mobil saat menabrak tiang listrik dan mengapa tidak terlihat airbag atau kantung udara penyelamat keluar.
Berbagai pihak dari industri otomotif pun ikut berkomentar tentang kehebohan dan pertanyaan-pertanyaan ini.
Executive General Manager PT Toyota Astra Motor (TAM) Fransiscus Soerjopranoto mengatakan, secara kemanusiaan, Toyota turut prihatin atas kejadian yang menimpa Setya Novanto. Dalam menciptakan produk, Soerjo menegaskan, Toyota juga selalu melakukan improvement untuk meningkatkan standar teknologi safety dan kenyamanan bagi pengendara maupun penumpangnya, sekalipun produk itu masuk pada kelas low cost green car seperti Toyota Agya maupun Calya.
"Rasa aman dan nyaman adalah reputasi besar bagi industri otomotif. Bahkan, bukan hanya improvement pada hardware kendaraan, tetapi juga mendorong peningkatan perbaikan pada sofware penggunanya berupa sosialisasi smart driving baik secara langsung kepada masyarakat maupun komunitas-komunitas otomotif," ujar Soerjopranoto, Selasa (22/11).
Arviane DB, Corporate Public Relation PT Suzuki Indo Mobil, tak menampik kekuatan media sosial yang harus dihadapi industri, termasuk industri otomotif. Di era digital saat ini, rasanya wajar media sosial menjadi ruang terbuka bagi siapapun untuk berpendapat. Hal itu tidak bisa dipungkiri, apalagi disalahkan.
“Edukasi fitur-fitur keselamatan menjadi sangat penting. Dalam kasus kecelakaan, banyak faktor yang terlibat di dalamnya sehingga memerlukan penyelidikan lebih mendalam untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya,” kata Arviane.
Presiden Direktur PT Hyundai Mobil Indonesia (HMI) Mukiat Sutikno memandang, momen kecelakaan itu menjadi sangat menarik untuk menjadi pembelajaran bagi industri otomotif.
“Jika ada kecelakaan mobil Hyundai yang membutuhkan perhatian khusus atau bantuan analisis, tim kami akan melihat beberapa hal teknis, termasuk perangkat ECU (engine control unit) supaya bisa dibaca dengan alat diagnosis, seperti kondisi jalanan, kondisi rem, dan sebagainya. Bahkan, servis terakhir dari kendaraan itu terdeteksi, penggunaan seatbelt, termasuk juga dari angle rusaknya mobil di titik kecelakaan untuk melihat korelasi secara keseluruhan,” jelas Mukiat.
Menurut Mukiat, banyak sekali faktor yang dapat menyebabkan kecelakaan, termasuk jika ternyata mobil tersebut sudah lama tidak diservis, sehingga kondisinya sendiri secara teknis tidak layak dikendarai. Keteledoran pengemudi maupun penumpang juga bisa menjadi penyebab kecelakaan. Bermain dengan gadget atau gawai, ngobrol tanpa memperhatikan jalanan maupun salah injak pedal gas atau rem bisa turut berkontribusi pada kecelakaan.
Mukiat menegaskan, “Dari impact mobil tersebut bisa terlihat dari ECU, seberapa cepat laju kondisi mobil terakhir sehingga bisa dilihat, apakah kecelakaan ini disebabkan oleh masalah kendaraannya? Ataukah driver?”
ECU (engine control unit) adalah unit komputer pengontrol mesin kendaraan. Ada juga yang biasanya menyebut ECM atau engine control module. Perangkat yang terpasang di dalam mesih mobil ini merupakan sistem komputer mobil yang berperan mengatur dan mengontrol kinerja mesin mobil dengan menggunakan berbagai jenis sensor. Namun jangan salah pula, ECU pun bisa mengalami kerusakan, karena faktor usia, terkena air (misalnya banjir atau karena pencucian yang tidak hati-hati) atau akibat daya tempuh kendaraan yang sudah sangat jauh.
Kiki Fajar, Corporate Communications Head PT Tata Motors Distribusi Indonesia, mengatakan, kendaraan premium dengan fitur berlimpah, terutama fitur keselamatan, memang perlu dicek di bengkel resmi melalui alat dan software diagnosis secara berkala. Sebab, semua terhubung via sensor ke ECU.
Pengecekan berkala memang harus menjadi kesadaran pengguna kendaraan untuk memastikan tidak adanya malfunction akibat termakan usia maupun faktor eksternal lainnya. Riwayat pengecekan sangat diperlukan saat terjadi sesuatu. Ini dinilai sebagai materi awal analisis kejadian.
Prinsipnya, kata Kiki, seluruh industri otomotif pasti sudah memiliki standar optimal dalam menciptakan produk terbaiknya, terutama keamanan dan kenyamanan, antara lain, melalui uji tabrak. Standar optimal merupakan pertaruhan reputasi industri otomotif. Tidak mengherankan, begitu para teknisi industri otomotif menemukan adanya faktor kesalahan dalam menciptakan produk tertentu, diumumkanlah tindakan recall terhadap seluruh pemilik mobil supaya bisa segera diperbaiki di bengkel resmi.
Bagi Tata, tuntutan atau permintaan masyarakat atau instansi tertentu yang biasanya terjadi pasca kecelakaan lalu lintas dinilai sebagai kewajaran dan menjadi bagian dari layanan yang bersifat good will dari pihak pelaku industri. Jika memang diminta untuk membantu penyelidikan atas permintaan instansi tertentu, industri pun harus kooperatif.
Terlepas dari teknis kendaraan, Kiki pun menekankan faktor perilaku pengendara yang sangat menentukan. Misalnya, kesadaran akan kinerja rem. Salah, bila espektasi pengguna bahwa panic braking itu membuat mobil bisa berhenti seketika. “Ini semua sangat bergantung dengan kondisi jalan, apakah kering, licin atau tergenang? Bahkan, arah kendaraan yang sedang belok atau lurus, serta bobot kendaraan saat itu pun ikut menentukan pengereman,” ujar Kiki.
Head Communications Nissan Motor Indonesia (NMI) Hana Maharani menambahkan, “Teknologi keselamatan aktif dan pasif tentunya selalu ada pada kendaraan untuk mencegah risiko dan/atau meminimalkan impact dari kecelakaan. Kalaupun tak bisa dielakkan lagi terjadi kecelakaan, harus diinvestigasi pula penyebab utamanya. Apakah ada faktor dominan teknis kendaraannya? Atau faktor manusia seperti ngantuk, lelah atau kondisi psikologis lainnya? Atau pula, faktor lingkungan seperti hujan lebat?”
Editor:
Bagikan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.