Bapaslon Kepri Didominasi Wajah Lama, Partisipasi Pemilih Diprediksi Turun
Wajah-wajah lama mendominasi pilkada serentak di Provinsi Kepulauan Riau. Berkaca pada gelaran pilkada sebelumnya, pengamat politik menilai hal tersebut akan membuat partisipasi pemilih semakin turun.
Oleh
PANDU WIYOGA
·3 menit baca
BATAM, KOMPAS — Wajah-wajah lama mendominasi pilkada serentak di Provinsi Kepulauan Riau. Berkaca pada gelaran pilkada sebelumnya, pengamat politik menilai hal tersebut akan membuat partisipasi pemilih semakin turun.
Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kepri Sriwati, Rabu (9/9/2019), mengatakan, pilkada di provinsi ini digelar untuk memilih gubernur dan enam bupati/wali kota. Satu-satunya wilayah di Kepri yang tidak ikut menggelar pemilihan adalah Kota Tanjung Pinang.
Data KPU Kepri menunjukkan, setelah jadwal pendaftaran 4-6 September ditutup, ada 14 bapaslon kepala daerah yang mendaftar. Rinciannya, 3 bapaslon untuk pemilihan gubernur, 9 bapaslon untuk pemilihan bupati, dan 2 bapaslon untuk pemilihan wali kota.
”Khusus untuk Kabupaten Bintan, pendaftaran akan diperpanjang karena baru ada satu bapaslon yang mendaftar. Sedangkan untuk bapaslon gubernur dan bapaslon bupati/wali kota yang lain saat ini sudah memasuki tahap verifikasi dokumen,” kata Sriwati.
Dari 14 bapaslon yang mendaftar, 8 pasangan di antaranya diwarnai para tokoh yang sudah pernah duduk di kursi kepemimpinan daerah. Di Bintan, bapaslon Apri Sujadi dan Roby Kurniawan kemungkinan besar melenggang sebagai calon tunggal.
Khusus untuk Kabupaten Bintan, pendaftaran akan diperpanjang karena baru ada satu bapaslon yang mendaftar. Untuk bapaslon gubernur dan bapaslon bupati/wali kota yang lain saat ini sudah memasuki tahap verifikasi dokumen. (Sriwati)
Dua bakal calon gubernur, Isdianto dan Soerya Respationo, sama-sama pernah duduk di kursi kepemimpinan provinsi. Isdianto merupakan petahana gubernur, sedangkan Soerya pernah menjabat sebagai wakil gubernur periode 2010-2015 mendampingi kakak Isdianto, yaitu almarhum Muhammad Sani.
Hal yang sama juga bakal mewarnai pemilihan di level kabupaten/kota. Di Batam, petahana Wali Kota Muhammad Rudi akan melawan mantan Kepala Badan Pengusahaan Lukita Dinarsyah Tuwo. Sementara di Karimun dan Kepulauan Anambas, petahana bupati juga kembali mencalonkan diri demi menduduki jabatan yang sama untuk kedua kalinya.
Langkah pragmatis
Pengajar Ilmu Pemerintahan di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjung Pinang, Yudhanto Satyagraha, mengatakan, pilkada di Kepri kali ini didominasi orang-orang yang menduduki struktur inti partai politik. Ini merupakan langkah pragmatis parpol agar menang mudah tanpa banyak usaha.
”Awetnya wajah lama ini merupakan dampak dari langkah pragmatis parpol bertemu rekayasa sistem pilkada yang dibuat legislatif di pusat. Peraturan yang mengharuskan para calon didukung 20 persen kursi di DPRD itu menyulitkan wajah baru ikut bersaing,” ujar Yudhanto.
Di Bintan, bapaslon Apri Sujadi dan Roby Kurniawan kemungkinan besar menjadi calon tunggal. Alias Wello, petahana Bupati Kabupaten Lingga, diragukan mampu menjaring dukungan dari parpol untuk mencalonkan diri di Bintan. Saat ini, Alias dan Dalmasri Syam baru mendapat dukungan dari Partai Nasdem yang memiliki 4 kursi dari total 25 kursi di DPRD Bintan.
Pilkada serentak di Kepri pada 2020 ini mirip dengan gelaran serupa lima tahun lalu. Waktu itu, tingkat partisipasi warga tidak sampai 50 persen dari total jumlah pemilih. Yudhanto menduga hal itu terjadi karena pemilih sudah bosan berulang kali dihadapkan pada opsi yang sama.
”Sikap pragmatis parpol yang terus saja mengajukan wajah-wajah lama ini akhirnya membuat calon pemilih jenuh. Keengganan parpol melakukan regenerasi di struktur inti mereka berdampak buruk terhadap demokrasi,” ucap Yudhanto.