Matahari telah terbenam dan perlahan berganti redupnya malam. Namun, sunyi enggan merayapi ibu kota Tokyo pada 31 Oktober lalu. Bersamaan peringatan Halloween, lautan manusia berkostum horor menyerbu pusat-pusat keramaian kota.
Pelajar dan pekerja kantoran berkeliaran di sepanjang Jalan Akihabara, salah satu pusat perbelanjaan tersohor di Tokyo, Jepang. Malam itu, toko-toko yang menyediakan berbagai atribut perayaan Halloween, mulai dari topeng monster labu, kostum drakula, vampir, suster berdarah, hingga monster lucu Pikachu, laris manis. Di depan toko, sejumlah penata rias dadakan pun berjejer. Antrean panjang orang ingin menyewa jasa rias ala zombi terjadi.
Salah satu remaja, Akiko, rela menanti hampir satu jam untuk mendapat kesempatan dirias agar tampak seperti suster vampir. Dari rumah, ia telah mengenakan seragam perawat berwarna putih dengan atribut topi kecil di atas kepala. ”Wajahnya harus di-make up juga supaya seram betulan,” ujarnya.
Pukul 19.00 waktu setempat (17.00 WIB), keramaian tak terelakkan. Dari ujung Jalan Akihabara menuju Simpang Shibuya semakin penuh lautan manusia. Semua orang berkumpul dengan beragam cosplay. Mereka begitu antusias. Ada juga yang berkostum serigala, drakula bermoncong, atau tengkorak hidup. Tak kalah unik, ada yang berdandan ala peri, tetapi wajahnya belepotan darah. Ada lagi yang bergaya tradisional dengan baju kimono dan rias wajah yang putih tebal, tetapi berhiaskan darah di sekitar mulutnya.
Perayaan Halloween begitu semarak memenuhi berbagai sudut kota Tokyo. Tak hanya di kawasan Shibuya. Pesta serupa berlangsung di area Shinjuku dan Roppongi. Malam itu, Tokyo tampak seperti kota zombi. Di mana-mana orang tampil dalam kostum aneh, super mengerikan, tetapi mereka bukannya takut. Semua orang tampak gembira, saling bersapa, dan tentunya berfoto bersama meskipun di antara mereka tak saling kenal.
Dua remaja yang berkostum peri berdarah, Saori dan Seiko, tiba-tiba menggandeng seorang remaja berkostum tengkorak. Remaja pria itu pun menyambut ajakan. Mereka kemudian berfoto bareng. Dua menit kemudian, sang remaja sudah sibuk berfoto dengan orang lain.
Saking ramainya pesta itu, sejumlah jalur menuju Simpang Shibuya akhirnya ditutup sementara untuk pengendara. Lalu lintas dialihkan ke jalur lain oleh petugas keamanan.
Tradisi merayakan Halloween tidak hanya digelar remaja dan pekerja kantoran. Pekan sebelumnya, anak-anak kecil juga merayakan Halloween di berbagai sudut taman kota. Kompleks-kompleks hunian keluarga pun penuh dengan cahaya dan pernak-pernik labu dan tengkorak. Anak-anak berkumpul dan membawa beragam jenis makanan dalam kemasan penuh warna dan bergambar tengkorak.
Sofia, salah seorang warga Indonesia yang tinggal di Jepang, pun turut mengajak putranya, Keitaro, merayakan Halloween bersama anak-anak sebaya. ”Suasananya seru. Anak-anak membawa cokelat dan permen lalu saling bertukar,” katanya.
Di negara-negara belahan Barat, Halloween, yang merupakan kependekan All Hallows Evening, dikenal sebagai hari raya Semua Orang Kudus. Masa itu didedikasikan masyarakat untuk mengenang orang- orang yang telah meninggal, termasuk orang-orang kudus. Dalam perkembangan, peringatannya dibungkus oleh beragam perayaan yang lebih bersifat sekuler demi mengurangi kesan menakutkan. Perayaan pun ternyata berhasil mendongkrak kepentingan pasar.
Di Jepang, perayaan Halloween bukanlah tradisi panjang. Antusias itu baru tumbuh dalam tiga hingga empat tahun terakhir seiring mulai banyaknya aksesori dan kostum Halloween dijual di pusat-pusat perbelanjaan. ”Pasar telah berhasil membentuk tradisi baru ber-Halloween,” kata, Mic (52), warga setempat.
Momen Halloween, katanya, juga dimanfaatkan sebagai harinya berkostum. Karena itu, di Tokyo, orang tidak selalu berkostum horor pada malam Halloween. Banyak pula yang berkostum komik, mulai dari kostum Batman, Wonder Woman, polisi seksi, serta sejumlah tokoh komik lucu dan futuristik.
Yang terpenting, kata Mic, Halloween menjadi ajang warga Jepang, yang dikenal sebagai pekerja keras, dapat meluapkan kepenatan mereka.
Pesta horor pun berlangsung semalaman suntuk. Baru menjelang pagi, suasana kota zombi akhirnya berangsur kembali normal.