Perlindungan Kaum Catalan
Biara dibangun pada abad ke-11 dan hingga kini menjadi rumah bagi sekitar 80 biarawan Ordo Benediktus. Bangunan biara tepat berdiri di samping bukit batu yang menjulang di belakangnya. Di samping biara terdapat basilika yang mulai dibangun pada abad ke-16.
Di atas altar basilika terletak patung Perawan Montserrat yang diasosiasikan dengan gelar Maria. Perawan Montserrat satu dari sekian banyak patung Madonna Hitam atau Perawan Maria yang biasanya ditemani bayi Yesus dan sering kali digambarkan berkulit gelap.
Meski pada masa Perang Sipil Spanyol (1933-1939) yang mengantarkan diktator Francisco Franco dari kubu nasionalis berkuasa, sejumlah biarawan Biara Santa Maria de Montserrat terbunuh oleh kaum republik yang menjadi lawan kaum nasionalis pimpinan Franco. Pada masa itu Gereja Katolik memang dianggap memihak kubu nasionalis oleh kaum republik yang banyak di antara pendukungnya adalah orang-orang Catalan.
Akan tetapi, justru pada era ketika Franco berkuasa di Spanyol selama empat dekade, Biara Santa Maria de Montserrat ini memberi perlindungan bagi orang-orang Catalan yang diburu pengikut Jenderal Franco. Biara menjadi tempat berlindung bagi seniman, politisi hingga akademisi dari Catalan yang menentang Franco.
Letak biara yang berada di ketinggian, menyulitkan para pendukung Franco untuk mengejar mereka. Pada masa ini, Biara Santa Maria de Montserrat menjadi simbol nasionalisme Catalan.
”Pada era Franco, patung Perawan Montserrat pernah diambil oleh orang-orang Catalan untuk disembunyikan. Baru setelah era Franco berakhir, patung itu dikembalikan ke tempatnya,” kata Jordi.
Tempat retret
Montserrat yang berarti gunung atau bukit yang bergerigi menjadi terkenal di Catalonia karena biaranya ini. Letak biara berada di ketinggian sekitar 1.200 meter di atas permukaan laut. Untuk mencapai biara, perjalanan bisa ditempuh menggunakan mobil dengan jalan berkelok atau kereta api dengan rel khusus.
Banyak anak muda Catalan bahkan orang-orang tua sengaja berjalan kaki dari bawah kaki bukit menuju biara. Mereka melakukannya pada malam hari. Sesampainya di kawasan biara, mereka akan berdoa dalam sunyi malam hingga pagi. Montserrat menjadi tempat retret bagi orang-orang Catalan.
”Saya ditinggal ayah meninggal sejak kecil. Terkadang ketika saya ingin mengobrol dengan ayah, saya akan pergi ke Montserrat. Berjalan kaki dari bawah ke sini,” kata Jordi.
Berdua Jordi, kami menggunakan mobil menuju biara. Gerimis masih mengiringi sesaat setelah keluar dari Barcelona. Sepanjang jalan tol menuju Montserrat meski tak lagi turun hujan, tetapi langit masih mendung.
Jordi meyakinkan bahwa sesampai di Montserrat cuaca pasti akan cerah dan kami bisa melihat dataran rendah Catalonia dari atas bukit. Apa daya, memasuki wilayah Monistrol de Montserrat, meski tak ada hujan, kabut turun sepanjang jalan menuju biara. Jarak pandang hanya dua meter.
Jordi terus-menerus meyakinkan bahwa sesampai di atas, kabut pasti sudah hilang. Terbayang, menikmati Montserrat bakal seperti menziarahi biara di atas awan. Di kanan-kiri jalan tampak tumpukan salju yang baru dibersihkan setelah turun sejak kemarin. ”Ini salju pertama kami sejak enam tahun terakhir,” kata Jordi.
Rupanya kabut tetap menemani kami sesampainya di biara. Kali ini gerimis juga turun kembali. Dengan angin yang lumayan kencang, butuh pakaian ekstra hangat untuk dipakai berjalan dari tempat kami parkir menuju biara. Udara dingin tetap menembus jaket dan syal yang dikenakan.
Sesampai di halaman biara, Jordi langsung mengajak masuk menuju basilika dan naik ke bagian atas, tempat patung Perawan Montserrat dan bayi Yesus berada.
Di depan Patung Perawan Montserat, setengah berbisik, Jordi berkata, ”Inilah orang suci pelindung kami, orang-orang Catalan,” ujarnya. Biasanya para pengunjung basilika akan mencium bola kecil di tangan Perawan Monstserrat.
Mistis
Dari atas kami melihat seorang imam tengah memimpin misa menjelang malam. Kecuali suara imam yang memimpin misa dengan bahasa Latin, tak ada bunyi apa pun mengiringi jalan menuju ruangan utama basilika. Sunyi. Seorang petugas melarang saat kami hendak mengambil gambar ruang utama basilika.
Di belakang basilika terdapat kapel kecil. Pengunjung perempuan berwajah Asia terlihat tenang berdoa dalam sunyi. Lilin yang menerangi sekeliling ruangan kapel menambah mistis suasana menjelang malam itu.
Dari kapel, Jordi mengajak melihat langsung ruangan tempat para biarawan tinggal. Setelah kesulitan mencari pintu masuk karena kabut masih melingkupi sekeliling biara, kami bisa masuk dengan mencoba membuka tiap pintu besar di sebelah basilika. Sempat naik ke lantai dua ruangan biara sebelum seorang biarawan dalam bahasa Catalonia menjelaskan, biara sedang tertutup untuk pengunjung karena para biarawan tengah berdoa.
Kabut masih menutup jarak pandang setelah kami keluar dari biara. ”Ini tempat yang indah. Dari Montserrat kamu bisa melihat banyak pemandangan yang indah wilayah Catalonia di bawah sana. Biasanya tak pernah ada kabut setebal ini. Ibu saya pasti tak percaya kalau diceritakan Montserrat berkabut tebal seperti sekarang,” ujar Jordi.
Dia meminta difoto di tengah kabut. Dia bilang akan mengirim foto itu kepada ibunya.