Pontianak
Pukul 13.00
Pukul 15.00
Sentra Lidah Buaya
Tak jauh dari Tugu Khatulistiwa, tepatnya di daerah Siantan Hulu, kita bisa menemui sentra tanaman lidah buaya (Aloe vera). Di tepi Jalan Budi Utomo, berderet sejumlah warung yang menjual lembar-lembar lidah buaya berukuran besar.
Tak hanya lembaran lidah buaya, warung-warung tersebut juga menyediakan aneka olahan lidah buaya. Pemilik warung menawari segelas es lidah buaya. Daging lidah buaya yang sudah direndam dan dibersihkan untuk menghilangkan lendirnya dipotong kotak-kotak kecil. Dicampur air gula dan es, kesegaran segera mengaliri kerongkongan. Tersedia potongan lidah buaya yang sudah dicampur air dalam bungkusan plastik untuk dibawa pulang.
Pukul 19.00
Taman Alun-alun Kapuas
Menikmati Kota Pontianak pada malam hari paling pas adalah di Alun-alun Kapuas. Setelah beberapa kali direnovasi, taman tersebut kini menjadi salah satu tujuan wisata populer di pusat kota. Terletak di tepi Sungai Kapuas, pengunjung bisa menikmati atraksi air mancur di samping replika Tugu Khatulistiwa. Pengunjung juga bisa sekadar duduk-duduk menikmati keindahan taman atau memandangi aliran Sungai Kapuas yang tenang. Yang juga mengasyikkan tentu naik kapal hias yang melintasi sungai. Selama sekitar 30 menit, kapal bolak-balik dari Taman Alun-alun Kapuas ke dekat Masjid Jami’ Pontianak.
Di dek atas terdapat tempat duduk-duduk santai. Pengunjung saling mengobrol bersama teman atau keluarga sembari menikmati penganan yang dibawa sendiri atau dipesan di warung di dek bawah. Semilir angin dan suasana tepi sungai menemani kapal yang perlahan membelah permukaan sungai sambil menyuguhkan pemandangan tepi sungai bagi penumpang.
Tempat ini juga nyaman dinikmati pada pagi hari. Melihat pemandangan lalu lalang feri penyeberangan diselingi perahu-perahu kecil milik warga seperti menonton atraksi gajah dan rusa. Yang satu lambat dan kuat dan yang lain mungil tetapi lincah.
Pukul 08.00
Warung Kopi Asiang
Menyambut pagi di Pontianak tak lengkap tanpa secangkir kopi. Warung kopi banyak ditemui di berbagai ruas jalan. Salah satu yang paling terkenal adalah Warung Kopi Asiang di Jalan Merapi. Pagi itu, Warung Kopi Asiang sudah ramai pengunjung. Mereka menyeruput kopi atau kopi susu berteman penganan dan obrolan.
Kekhasan warung kopi ini adalah aksi pemiliknya, Asiang, yang bertubuh tinggi besar, kepala pelontos, dan bertelanjang dada saat meracik kopi. Dia gesit melayani permintaan pelanggan yang seolah datang tak henti sejak pukul 03.00.
Atraksinya menjerang kopi tinggi-tinggi menjadi sasaran kamera pengunjung. Dia pun tak keberatan berfoto bersama pengunjung. Mimik mukanya serius, nyaris tak pernah tersenyum, terkesan sangar. Sesekali dia berteriak, ”Yang di meja itu belum. Yang itu sudah belum? Itu pesan apa?”
Harga secangkir kopi Rp 6.000 dan kopi susu Rp 7.000. Sungguh kenikmatan yang terjangkau.
Pukul 10.00
Taman Digulis
Di tengah panasnya cuaca Pontianak, keberadaan taman dan hutan kota menjadi oase yang menyejukkan. Salah satunya Taman Digulis yang berada di seberang kampus Universitas Tanjung Pura.
Di tengah rimbun pepohonan, tersedia jalur untuk berjalan kaki ataupun joging sepanjang sekitar 600 meter. Menjelang siang itu, beberapa orang terlihat berlari beberapa kali putaran, mengelilingi area tersebut. Pohon-pohon tinggi menaungi dari matahari yang mulai terik dan mengembuskan udara segar sehingga nyaman untuk berolah raga.
Deru lalu lintas kota yang sibuk seakan teredam, berganti dengan suara cicit burung. Selain jalur joging, terdapat pula taman bermain untuk anak-anak dan arena skateboard atau sepatu roda untuk penggemar aktivitas ini.
Belasan pemuda tanggung pagi itu bermandi keringat setelah keliling lintasan joging. ”Ini sudah putaran keempat. Sekali putaran 450 meter,” kata salah satu dari mereka.
Pukul 12.00
Keraton Kadriyah
Bangunan dari kayu berwarna kuning cerah merupakan penanda Keraton Kadriyah. Istana Kesultanan Pontianak ini dibangun tahun 1777 oleh Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie, tak jauh dari bibir Sungai Kapuas.
Dari pintu gerbang, terhampar pelataran luas hingga ke depan bangunan istana. Terdapat tiga meriam kuno peninggalan Portugis. Pengunjung bisa masuk dan melihat koleksi istana yang terbuka untuk umum.
Sayangnya siang itu istana sedang ditutup karena ada keluarga keraton yang meninggal. Istana ditutup untuk umum selama sepekan. Kami hanya bisa melihat-lihat bangunan hingga ke pelataran.