Sepoi Tanah Besemah
Angin segar nan sejuk silir semilir di pinggiran sungai. Suasana tenang ditingkahi gemercik air sungai yang mengalir deras di sela-sela bebatuan yang tersebar di sepanjang alirannya. Dari kejauhan, terdengar teriakan kegirangan anak-anak yang mandi dan berenang-renang di sungai itu.
Duduk di bawah pohon rindang, dunia serasa milik sendiri kala mata menikmati pemandangan asri Pegunungan Bukit Barisan dari tepian Sungai Lematang. Di seberang sungai, Bukit Serelo yang merupakan bagian dari Pegunungan Bukit Barisan tegak menawan.
Alam seolah memberi tanda bahwa itu tempat terbaik untuk menikmati suasana. Bukit Serelo, yang kerap disebut Bukit Jempol, memang berbentuk seperti jempol manusia sedang memberi tanda ”oke” atau fitur ”like” di akun Facebook.
Suasana tenteram ini disuguhkan Dusun Wisata, Ulak Pandan, Kecamatan Merapi Barat, Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan, Senin (12/3/2018). Sungai Lematang yang berair deras itu adalah sungai terpanjang di Lahat, juga cabang Sungai Musi. Sungai itu mengalir tepat di lembah pada kaki Bukit Barisan.
Sumsel kerap dikaitkan dengan Palembang, ibu kota provinsi itu. Karena berada di dataran rendah pesisir Sungai Musi, Palembang identik dengan suhu udara yang relatif panas. Tak sedikit orang membayangkan Sumsel pun sebagai kawasan yang panas.
Padahal, jika ada kesempatan mengeksplorasi Sumsel, anggapan itu bakal terbukti keliru. Sumsel juga punya bentang pegunungan yang sejuk dan permai. Tanah Besemah, misalnya, merupakan kawasan yang kontras dengan topografi Palembang. Besemah merupakan nama salah satu suku inti di Sumsel yang daerah asalnya meliputi Kota Pagaralam, sebagian besar Kabupaten Lahat, sebagian kecil Empat Lawang, dan sebagian kecil Muaraenim.
Tanah Besemah berada di jajaran Bukit Barisan di pantai barat Sumatera, 250-350 kilometer ke arah barat daya Palembang. Tanah Besemah berketinggian rata-rata 700-1.500 meter dari permukaan laut (mdpl) dengan puncak tertinggi Gunung Dempo yang mencapai 3.173 mdpl di Pagaralam.
Air terjun
Selain menawarkan keindahan Sungai Lematang dan Bukit Barisan, Tanah Besemah juga menyimpan panorama belasan air terjun, dari yang mudah dijangkau hingga yang harus dicapai dengan menembus hutan. Karena berada di tengah Bukit Barisan, sumber mata air yang menjadi air terjun paling banyak ditemukan di Lahat.
Bahkan, Lahat dijuluki Daerah Seribu Air Terjun. Hingga kini, air terjun baru terus ditemukan warga. Salah satunya, Air Terjun Curup Maung di Gumay Ulu yang baru populer dua tiga tahun terakhir.
Beranjak dari Lahat, Pagaralam patut disinggahi. Lahat-Pagaralam berjarak sekitar 90 kilometer, bisa ditempuh dengan sekitar dua jam perjalanan darat. Kota ini adalah daerah tertinggi dari empat kabupaten/kota di wilayah Besemah.
Nama Pagaralam menggambarkan kota yang memang seolah dipagari jajaran Bukit Barisan. Hamparan kebun teh seluas 1.500 hektar adalah pemandangan khas Pagaralam. Kebun teh peninggalan Belanda ini berdiri sejak 1929. Hiruplah dalam-dalam oksigen di tengah hamparan kebun teh di lereng Gunung Dempo itu, tentu segera terasa mewahnya udara bebas polusi kendaraan bermotor.
Tanah Besemah adalah kawasan subur yang terutama dikenal dengan hasil perkebunan. Selain teh, Tanah Besemah juga dikenal dengan hasil sayur-mayur, alpukat, durian, dan kopi. Kerimbunan hijau tanaman kopi adalah salah satu pemandangan utama di sepanjang jalan antara Lahat menuju Pagaralam.
Kebun kopi di Besemah tergolong perkebunan kopi tertua di Sumsel. Konon, pertama kali kebun kopi dikembangkan di Besemah pada awal 1900-an oleh kolonialis Belanda. Namun, warga setempat meyakini kopi sudah ditanam di daerah itu lebih lama. Buktinya, kopi memiliki nama asli di sana, yakni kawe.
Kopi dari Besemah pun terkenal hingga Lampung. Hingga kini, banyak pengepul dari Lampung memborong kopi dari Besemah. ”Sayangnya, banyak kopi Sumsel justru diolah lagi dan dikasih merek dagang Kopi Lampung sesampai di Lampung,” ucap anggota Koperasi Kopi Meraje Semendo (Muaraenim), Hendra Susanto.
Megalitikum
Tanah Besemah pun kaya dengan sejarah dan budaya. Di Lahat dan Pagaralam, sejumlah situs megalitikum yang berusia 3.000-4.000 tahun juga dikemas sebagai salah satu daya tarik wisata. Ada sekitar 20 situs megalitikum yang telah dikelola pemerintah. Namun, masih ada ratusan situs yang terbengkalai tersebar di tengah sawah, kebun, hutan, dan permukiman.
Salah satu situs megalitikum yang cukup dikenal ada di daerah Tinggi Hari, Gumay Ulu, Lahat. Di situs ini, terdapat ada satu menhir dan empat arca manusia, salah satunya disebut patung imam. Patung imam dinilai unik karena menggambarkan stereotip ciri-ciri fisik orang Besemah, yakni mata elips, hidung pesek, mulut lebar, dan kuping besar.
Konon, patung imam merupakan orang penting masa megalitikum sehingga perawakan dirinya diabadikan dalam pahatan batu andesit. ”Keberadaan situs megalitikum itu menandakan, Besemah adalah daerah yang sudah lama dihuni dan memiliki peradaban tinggi sejak dulu,” kata Juru Pelihara Situs Megalitikum Tinggi Hari 1 dari Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jambi, Indra Dahari.
Rumah adat
Masyarakat Besemah memang masyarakat yang sangat menghormati leluhur. Hal itu ditandai dengan sifat mereka yang sangat memegang teguh nilai budaya lokal hingga saat ini. Setidaknya, Besemah adalah daerah yang masih menjaga huruf asli daerahnya, yakni huruf Kaganga.
Kaganga tergolong huruf tua di Nusantara yang usianya hanya beberapa tingkat di bawah huruf paku. Huruf Kaganga dipakai melengkapi huruf Latin sebagai penanda nama jalan dan gedung-gedung pemerintahan di Pagaralam. Masyarakat Besemah juga masih mempertahankan pemakaian bahasa lokal, yakni bahasa Besemah yang tergolong bahasa Melayu tua.
Puncak kekayaan budaya Besemah pun tecermin dari bentuk rumah tradisionalnya, yakni rumah baghi atau rumah adat. Salah satu rumah baghi yang masih terawat bisa dilihat di Dusun Tanjung Cermin, Kecamatan Dempo Utara, Pagaralam.
Ciri utama rumah baghi adalahrumah itu disusun tanpa paku agar konstruksi rumah tahan terhadap gempa. Rumah ini dibuat menyesuaikan kearifan lokal wilayah Besemah yang rawan gempa.
Rumah baghi juga dibangun dengan sentuhan seni. Hal itu terlihat dari hiasan ukiran khas Besemah yang terpahat rapi di pinggiran kayu di sekeliling rumah. Uniknya, setiap rumah pasti memiliki corak ukiran berbeda-beda.
Sayangnya, karena bahan baku kayu besi sudah langka dan tak banyak lagi warga yang memiliki keahlian membuat rumah berikut ukirannya, rumah baghi hampir pasti tidak pernah dibuat lagi. Rumah-rumah baghi termuda pun usianya 200-an tahun.
Apabila punya tekad, Tanah Besemah bisa dicapai dengan lebih kurang sembilan jam perjalanan darat dari Palembang. Pemandangan bentang alam, kebun, dan perdesaan akan menjadi penghibur sepanjang perjalanan.
Jika ingin lebih cepat tiba, Tanah Besemah bisa dicapai dengan penerbangan sekitar 45 menit dari Palembang atau sekitar 1 jam 10 menit dari Jakarta ke Bandara Atung Bungsu di Pagaralam.
Begitulah, Sumsel memang bukan hanya menawarkan Sungai Musi.