Kelam yang Tak Dilupakan
Langit berawan mendung, hujan rintik turun dan berhenti, membingkai museum Auschwitz di Birkenau, Polandia. Lapangan rumput hijau luas, rel kereta api dengan satu gerbong kayu di kejauhan, rumah-rumah kayu panjang di sisi kanan dan rumah bata persegi panjang di sisi kiri menyergap mata sesaat setelah melalui gerbang tembok batu berlantai dua.
Pagar kawat berduri dan menara penjaga tidak bisa mengingkari ini tempat tahanan massal. Berjalan menuju barak-barak tersebut semakin jelas tempat ini bukan tempat tahanan biasa. Di masa penggunaannya dulu, pagar kawat itu dialiri listrik, terlihat dari deretan sekring di pagar yang terhubung dengan setiap helai kawat.
Semua menjadi saksi bisu kejahatan kemanusiaan terbesar abad lalu terhadap para tahanan sipil; semua saja: laki-laki dan perempuan, dari anak hingga mereka yang sudah lanjut usia.
Berkunjung ke Auschwitz memang bukan perjalanan biasa. Ini kamp konsentrasi yang didirikan Nazi Jerman. Awalnya, untuk para tahanan yang dianggap ”elemen tak diinginkan” di masyarakat. Mereka tahanan politik, Yahudi, homoseksual Jerman, kriminal biasa, dan lainnya. Ketika rumah tahanan biasa tak mencukupi lagi, Nazi Jerman mulai membangun Auschwitz.
Yang membuat Auschwitz berbeda dan kemudian dijadikan museum adalah karena tempat ini menjadi kamp konsentrasi dan tempat genosida terbesar orang Yahudi.
Meski pengalaman yang terbangkit dari perjalanan ini terasa kelam, rasanya tidak lengkap mengunjungi Polandia tanpa mendatangi Auschwitz, untuk mengingat kekejaman serupa tidak boleh terulang karena bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan dan ajaran agama apa pun.
Seperti aslinya
Di bekas kamp itu semua dipelihara seperti aslinya. Barak-barak kayu sederhana dan tempat tidur susun tiga dari kayu, tanpa sistem penghangat memadai. Para tahanan sengaja dibiarkan dalam kondisi buruk, terutama kelaparan, sampai ajal menghampiri.
Pada Selasa (15/5/2018) siang, suhu udara 19 derajat celsius, tetapi air hujan dan angin membuat dingin terasa menggigit. Padahal, saat musim dingin suhu bisa turun menjadi lebih rendah dari nol derajat.
Rel kereta adalah pemandangan utama, membelah antara tempat tahanan laki-laki dan tahanan perempuan. Rel ini menembus gerbang utama yang sekaligus tempat tinggal penjaga kamp. Sekitar 0,5 kilometer dari gerbang utama di sisi kiri ada bangunan kayu. Di pelataran di dekatnya para tahanan diturunkan. Dokter langsung menyeleksi para tahanan, dipisahkan antara laki-laki dan perempuan serta anak, antara yang sudah tidak bisa bekerja dan yang masih bisa bekerja.
Catatan museum menyebutkan, mereka yang masih kuat dipaksa bekerja di berbagai industri milik Reich Ketiga Jerman di sekitar kamp. Yang dinilai tidak bisa bekerja langsung diarahkan menuju kamar gas. Di ruang itu hidup para tahanan diakhiri memakai gas beracun.
Banyak kamp
Birkenau adalah kamp konsentrasi terbesar sekaligus berfungsi sebagai tempat pengakhiran hidup para tahanan. Tempat ini menjadi bagian dari kompleks kamp konsentrasi Auschwitz yang terdiri dari 3 kamp utama dan sekitar 40 sub-kamp.
Pembangunan Birkenau dimulai Oktober 1941 dengan tujuan menjadi kamp tawanan perang berkapasitas 125.000-an orang. Ketika dibuka Maret 1942, kamp ini difungsikan sekaligus menjadi pusat pengakhiran hidup orang- orang Yahudi. Pada masa akhir penggunaannya tahun 1944 sebelum tentara komunis Soviet membebaskan Polandia dari Jerman, Birkenau juga menjadi tempat mengumpulkan para tahanan, jumlahnya sekitar 58.000 orang, untuk diangkut ke pedalaman Jerman dan bekerja paksa di berbagai industri.
Diperkirakan, 90 persen penghuni kamp konsentrasi Auschwitz, jumlahnya sekitar satu juta orang, meninggal di Birkenau. Lebih dari 90 persen korban genosida adalah orang Yahudi. Selain itu, diperkirakan lebih dari 70.000 orang Polandia, sekitar 20.000 orang Gipsi, tahanan Soviet, dan kewarganegaraan lain meninggal karena kondisi buruk atau dibunuh di sini.
Kereta api adalah moda angkutan paling cepat untuk mencapai Auschwitz dari Warsawa, ibu kota Polandia, menuju Krakow, kota besar terdekat. Tiket kereta bisa didapat di stasiun pusat di Warsawa, harganya pergi-pulang 80 zlotys, sekitar Rp 350.000, untuk kereta cepat, tergantung kelas.
Perjalanan dua setengah jam tidak terasa jika dapat menikmati pemandangan daerah pertanian yang sesekali diselingi rumah- rumah batu petani dan kota-kota kecil. Dari Krakow, kota tua yang memiliki banyak bangunan tua dan sejarah menarik, perjalanan bisa dilanjutkan dengan kereta api atau bus umum. Apabila memilih menyewa mobil karena alasan kenyamanan dan keterbatasan waktu, perjalanan masih sekitar 40 menit sampai satu jam. Sebaiknya menyediakan waktu cukup banyak karena luas kompleks Auschwitz mencapai puluhan hektar. Namun, pengunjung bisa memilih titik-titik penting dengan membeli buku panduan di toko di dekat pintu gerbang Birkenau.
Meskipun Auschwitz merupakan tujuan ribuan turis, pelajar, dan peziarah setiap harinya, jalan menuju Auschwitz tidak terlalu ramai. Kamp konsentrasi ini berada di kawasan Oswiecim yang oleh Jerman namanya diubah menjadi Auschwitz. Birkenau sendiri berada di Desa Brzezinka, 3 kilometer dari Oswiecim.
Nazi Jerman menyerang Polandia pada 1 September 1939 dan Reich Ketiga Jerman menganeksasi Polandia barat. Bagian timur jatuh di bawah kekuasaan Uni Soviet.
Untuk mendirikan kompleks kamp konsentrasi itu, penduduk Oswiecim dipaksa pindah. Kota ini berada di tengah-tengah daerah pendudukan Jerman yang menaklukkan hampir sebagian besar Eropa, dari utara hingga ke selatan Italia, dari Perancis di barat hingga Yugoslavia di timur.
Di Birkenau tersedia pemandu dalam berbagai bahasa. Apabila berjalan sendiri pun buku-buku panduan menyediakan informasi lengkap mengenai sejarah hingga peta, termasuk petunjuk tentang ruang gas dan krematorium untuk membakar jasad korban genosida.
Pada pertengahan 1944, tentara pendudukan Jerman mulai menghancurkan bukti-bukti kejahatan mereka, yaitu data tahanan dan daftar orang Yahudi yang dipaksa bekerja paksa di Jerman. Mereka juga mengangkut barang-barang yang dirampas dari korban genosida dan tahanan, termasuk bahan-bahan bangunan. Pada pekan terakhir sebelum Jerman angkat kaki dari Polandia karena serbuan Uni Soviet pada pertengahan Januari 1945, Nazi menghancurkan rumah gas dan krematorium serta membakar gudang berisi barang-barang orang Yahudi.
Sisa-sisa kekejaman itu masih bisa dilihat di sana. Auschwitz menjadi penanda kelam peradaban manusia dan sisa-sisa kejahatan itu tetap dipelihara untuk mengingatkan agar tidak terulang kembali.