Menikmati 13 Jam Tercepat di Kelas Bisnis Singapore Airlines
Tubuh baru saja duduk di kursi, tak berselang lama, beberapa pramugari secara bergantian menghampiri untuk menawarkan minuman dan handuk hangat. Pramugari dari maskapai Singapore Airlines itu tak lupa menjelaskan fitur-fitur di kursi kelas bisnis yang saya tumpangi dari menuju Düsseldorf, Jerman.
Pada akhir Maret 2019, saya berkesempatan menjajal kelas bisnis Singapore Airlanies dengan rute Jakarta-Singapura-Düsseldorf. Perjalanan itu atas undangan dari maskapai Singapore Airlines untuk menghadiri Familiarization Trip ke Düsseldorf.
Perjalanan menuju Düsseldorf terbagi dalam dua kali penerbangan. Saya berangkat dari Bandar Udara Internasional Soekarno–Hatta pukul 18.00 WIB menuju Bandar Udara Internasional Changi, Singapura, yang ditempuh dalam waktu dua jam. Perjalanan dilanjutkan dengan penerbangan langsung menuju Bandar Udara Internasional Düsseldorf selama 13 jam.
Perjalanan panjang yang memakan waktu total hingga 17,5 jam, termasuk saat transit, ini bagi sebagian penumpang mungkin terasa melelahkan, membosankan, dan membuat mati gaya. Terlebih saat melihat tiket penerbangan Singapura- Düsseldorf yang mencapai 13 jam, membuat pikiran terbayang dengan kebosasanan. Maklum, penerbangan terlama yang pernah saya lalui tidak lebih dari 2,5 jam.
Namun pemikiran itu ada baiknya dihilangkan karena jika terbang di kelas bisnis Singapore Airlines karena waktu 13 jam itu akan terasa sangat cepat. Fasilitas yang diberikan membuat penumpang tidak akan bosan, seakan hanya beristirahat sejenak di atas pesawat.
Pesawat yang saya tumpangi untuk perjalanan dari Jakarta menuju Düsseldorf adalah Airbus A350-900 dengan mesin Rolls-Royce Trent XWB-84. Pesawat dengan panjang 66,8 meter dan panjang sayap 64,8 meter ini terbagi atas kelas bisnis, premium ekonomi, dan ekonomi.
Penerbangan dimulai dari Jakarta selama 2 jam dan transit sejenak di di Bandar Udara Internasional Changi Singapura selama 2,5 jam. Saat transit, penumpang bisa beristirahat dan memanjakan lidah dengan menyantap berbagai kudapan di SilverKris Lounge yang berada di Terminal 3. Tak terasa, waktu menunjukkan pukul 23.55 waktu Singapura ketika saya harus melanjutkan perjalanan menuju Düsseldorf.
Kabin kelas bisnis yang saya tempati menuju Jerman sama seperti perjalanan dari Jakarta. Kabin berukuran sekitar empat meter persegi dengan konfigurasi kursi 1-2-1 membuat akses keluar-masuk penumpang menjadi mudah. Ruang yang tersedia pun sangat lega sehingga badan leluasa untuk bergerak.
Singapore Airlines tercatat meraih predikat sebagai maskapai terbaik dunia sebanyak empat kali, yakni di tahun 2018, 2008, 2007, dan 2004
Kursi di kelas bisnis dari maskapai terbaik dunia tahun 2018 versi Skytrax ini menerapkan model lazy Z, posisi menimang yang menopang berat badan di tengah dan seimbang ketika duduk. Sandaran kursi juga bisa diatur kerebahannya secara elektrik. Bagian bawah kursi bisa diperpanjang sehingga penumpang bisa meregangkan dan mengistirahatkan kaki pada sandaran kaki yang tersedia.
Skytrax Awards adalah hasil survei kepuasaan pelanggan maskapai penerbangan terbesar di dunia. Survei itu melibatkan 20,36 juta pelanggan dari 105 negara. Survei ini mencakup 335 maskapai dengan 49 parameter peringkatan yang terukur, antara lain dari sisi kenyamanan tempat duduk dan kualitas pelayanan. Singapore Airlines tercatat meraih predikat sebagai maskapai terbaik dunia sebanyak empat kali, yakni di tahun 2018, 2008, 2007, dan 2004.
Di samping kursi, terdapat ruang penyimpanan barang yang letaknya sejajar dengan lengan sehingga mudah diakses. Tempat penyimpanan ini cukup luas untuk menaruh perangkat elektronik, seperti gawai maupun tablet. Ada pula satu buah sambungan USB yang bisa digunakan untuk mengisi daya perangkat elektronik.
Baca juga: Menengok Dapur Raksasa
Awak kabin yang bertugas melayani kebutuhan seluruh penumpang dengan ramah. Mereka menawarkan makanan dan minuman secara bergantian untuk menemani perjalanan. Penumpang bahkan bisa memilih makanan yang akan disantap selama berada di pesawat sejak tiga minggu sebelum jadwal penerbangan.
Koki ternama dunia
Urusan rasa, tak perlu diragukan. Makanan yang disediakan merupakan racikan dari delapan koki ternama dunia, yakni Alfred Portale dan Suzanne Goin (Amerika Serikat), Carlo Cracco (Italia), Georges Blanc (Perancis), Yoshihiro Murata (Jepang), serta Zhu Jun (China). Makanan yang diracik juga sudah disesuaikan dengan tekanan udara di pesawat agar tetap nikmat dinikmati di ketinggian lebih dari 30.000 kaki.
Jika penumpang mulai bosan, kabin kelas bisnis Singapore Airlines memberikan fasilitas hiburan yang cukup memadai melalui layanan KrisWorld. Singapore Airlines menyediakan sekitar 1.800 pilihan hiburan yang terdiri dari film, musik, program televisi, permainan, serta beragam aplikasi di layar.
Hiburan itu ditampilkan di layar berukuran 18 inci dengan resolusi definisi tinggi yang ditempatkan di depan kursi. Headphone yang disediakan di kursi cukup mampu meredam suara mesin pesawat sehingga penumpang bisa lebih fokus menikmati alunan suara dari hiburan dengan baik.
Sebagai salah satu maskapai kelas dunia, kabin kelas bisnis Singapore Airlines memiliko koleksi film yang amat beragam, mulai dari film Amerika, Eropa, dan Asia, termasuk dari Indonesia. Saya yang saat itu sedang menikmati kudapan saat menonton film, memilih menonton film Aruna dan Lidahnya sebagai teman makan.
Film yang dibintangi Dian Sastrowardoyo dan berkisah tentang kuliner di Indonesia tersebut hanya satu dari beberapa film Indonesia yang ada di KrisWorld. Yang terbaru, film garapan Livi Zheng, Bali: Beats of Paradise yang bercerita tentang gamelan juga ditayangkan secara ekslusif di maskapai ini.
Film telah usai diputar, makanan pun telah habis disantap. Tak terasa tiga jam pertama penerbangan telah terlewati. Saatnya tidur untuk mengistirahatkan tubuh agar badan tetap segar setiba di Jerman.
Bagi penumpang hendak tidur, kursi di kelas bisnis ini cukup lega untuk diubah menjadi tempat tidur. Ketika diubah menjadi tempat tidur, kursi sepanjang 28 inci buatan tangan dari kulit Skotlandia dan jahitan berpola berlian ini bisa diubah menjadi tempat tidur berukuran 78 inci.
Kursi yang pada awalnya tegak, kini sepenuhnya mendatar dengan bantalan kepala empuk untuk kenyamanan tidur yang lebih baik. Tak hanya itu, di kursi ini juga disediakan bantal, selimut, dan seprai. Semua pengaturan di kursi bisa dilakukan secara elektrik, serta satu sentuhan untuk membuatnya menjadi tempat tidur. Kualitas kabin di pesawat juga cukup baik untuk meredam suara mesin sehingga tidak terlalu masuk ke pesawat.
Penumpang seperti saya dengan tinggi 165 sentimeter bisa menyelonjorkan kaki seperti di tempat tidur hotel sehingga tidur pun nyenyak
Pramugari yang bertugas juga dengan senang hati membantu penumpang yang kesulitan mengubah kursi menjadi tempat tidur. Penumpang seperti saya dengan tinggi 165 sentimeter bisa menyelonjorkan kaki seperti di tempat tidur hotel sehingga tidur pun nyenyak. Dengan beragam fasilitas ini, tidur saya di pesawat pun menjadi berkualitas.
Tak terasa saya tidur selama delapan jam ketika pramugari membangunkan penumpang untuk menikmati santapan menjelang pendaratan. Dua jam sebelum mendarat, para penumpang kembali ditawari makanan dan handuk hangat. Perut pun kembali kenyang dan badan tetap segar.
Waktu menunjukkan pukul 06.25 waktu Düsseldorf ketika saya mendarat dengan selamat di Bandar Udara Internasional Düsseldorf. Begitu menjejakkan kaki di salah satu negara bagian di Jerman ini, tubuh pun terasa tetap segar, seakan hanya beberapa jam di pesawat.
Saya pun langsung memulai perjalanan mengelilingi berbagai destinasi wisata di Düsseldorf dan beberapa kota di sekitarnya. “Pesawatnya enak ya, badan tidak pegal setelah mendarat,” ujar Soon, jurnalis asal Malaysia.
Manajer Penjualan Singapore Airlines di Jerman, Bernhard Temme, menuturkan, masyarakat dari Asia Tenggara khususnya Indonesia bisa menggunakan jasa penerbangan dari Singapore Airlines dari Jakarta menuju Düsseldorf.
Dalam seminggu, ada empat kali penerbangan langsung dari Singapura menuju Düsseldorf, yakni pada Senin, Selasa, Kamis, dan Sabtu. Rute penerbangan ini sudah dibuka sejak 2016 silam.
“Kami menyediakan kabin kelas bisnis, premium ekonomi, dan kelas ekonomi yang akan membawa penumpang tetap nyaman selama menempuh perjalanan jarak jauh,” ucapnya.
Baca juga: Nordrhein-Westfalen
Manajer Pemasaran Wisata Bandar Udara Internasional Düsseldorf, Katrin Burkert, menambahkan, wisatawan dapat menikmati beberapa destinasi wisata unggulan di negara bagian Nordrhein-Westfalen dengan mendarat di Düsseldorf, ibu kota negara bagian itu. Beberapa tempat wisata itu antara lain pusat perbelanjaan Königsallee, kota tua Altstard, Museum Ludwig van Beethoven di Bonn, dan Katedral Cologne.
“Amat mudah untuk mencapai Düsseldorf karena bandara ini melayani rute dari 50 negara dengan 70 maskapai penerbangan. Transportasi umum, seperti bus dan kereta sudah terhubung dengan bandara sehingga wisatawan tidak akan kesulitan berkeliling kota,” kata Burkert.
Seperti ungkapan ada harga, ada kualitas, fasilitas di penerbangan dari Jakarta menuju Düsseldorf dengan harga tiket kelas bisnis mulai sekitar Rp 70 juta-an ini menawarkan pengalaman perjalanan yang tidak terlupakan. Penerbangan langsung selama 13 jam yang pada awalnya dikhawatirkan membuat badan lelah, ternyata tidak terbukti. Waktu 13 jam rasanya seperti hanya menyantap kudapan di atas pesawat ditemani film Aruna dan Lidahnya yang berdurasi 106 menit.