Kiamat di Nagasaki 79 Tahun Lalu
Ikeda Michiaki (86) melihat kiamat di usia enam tahun. Ia oleng setelah pingsan, tapi tahu mesti segera lari ke gunung.
Tepat pukul 11.02, Nagasaki terang benderang oleh sinar putih yang membutakan mata. Gelombang panas yang dahsyat lantas menyeruak dan membengkokkan baja. Manusia hingga hewan terempas dan terbakar. Tak lama kemudian semua jadi gelap, entah karena pingsan atau mati.
Ikeda Michiaki (86) adalah salah satu yang pingsan. Keberuntungan ada pada dirinya saat bom atom meledak di Nagasaki pada 9 Agustus 1945. Hanya satu bom yang dijatuhkan, tapi akibatnya fatal. Pada Desember 1945, ada 73.884 korban tewas, 74.909 orang terluka, dan 18.409 rumah rusak.
Waktu itu Ikeda tak tahu bahwa hanya satu bom yang meledak. Melihat kotanya yang luluh lantak, ia mengira ada banyak sekali bom yang dijatuhkan pesawat militer Amerika Serikat.
Nyatanya hanya Fat Man yang meledak. Fat Man—sebutan buat bom atom Nagasaki—memiliki panjang 3,25 meter, diameter 1,52 meter, dan berat 4,5 ton. Daya ledaknya setara 21 kiloton peledak jenis TNT. Asap tebal berbentuk jamur raksasa membubung di udara saat bom meledak.
Sirene peringatan serangan udara meraung-raung sesaat sebelum bom meledak. Sejumlah orang melarikan diri ke ruang bawah tanah, tetapi keluar lagi setelah peringatan dicabut. Semua orang kembali ke tempat masing-masing dan Ikeda kecil—yang waktu itu berusia enam tahun—pergi bermain dengan temannya, Sige-chan, di RS Universitas Nagasaki. Kebetulan ibu Ikeda bekerja di rumah sakit itu.
Malam tiba, tapi Nagasaki terus terbakar dan langit di atas kota menjadi merah. Pemandangan itu sangat menyeramkan bagi saya.
Tiba-tiba ada kilatan besar dari arah kanan koridor rumah sakit. Bom atom meledak dan Ikeda pingsan di tempat. Rumah sakit itu berjarak sekitar 700 meter dari pusat ledakan.
Baca juga: Hiroshima Peringati 78 Tahun Bom Nuklir AS
Suara bakaran dan bau asap lalu menyadarkan Ikeda. Ia membuka mata, tapi tak dapat melihat. Ia memanggil-manggil Sige-chan yang lantas menyahut, tetapi entah temannya ada di mana.
Saat penglihatan Ikeda kembali, ia mendapati dirinya terbaring di atas tanah. Koridor rumah sakit yang tadi ia pijak hancur.
Suasana di halaman rumah sakit ternyata lebih parah. Halaman itu seperti lautan api yang membakar banyak orang. Ikeda melihat banyak mayat. Ia langsung lari ke gunung belakang rumah sakit karena khawatir bakal ikut mati terbakar.
Ikeda kecil lari sendirian sembari menyaksikan banyak kematian sepanjang jalan. Ia tak bisa apa-apa selain terus melangkah. Ia akhirnya tiba di tempat perlindungan dari serangan udara dan menghabiskan waktu semalam di sana.
”Malam tiba, tapi Nagasaki terus terbakar dan langit di atas kota menjadi merah. Pemandangan itu sangat menyeramkan bagi saya,” ucapnya di Nagasaki, Jepang, Jumat (26/1/2024).
Radiasi yang dilepaskan bom itu merusak sel tubuh manusia. Sebagian orang mengalami diare, mual, dan kerontokan rambut tak lama setelah ledakan.
Anak kecil itu turun gunung keesokan harinya. Kaki telanjangnya melangkah ke rumah sakit yang kemarin rusak parah, tetapi masih bertahan karena kekuatan konstruksi beton. Ibunya ada di sana dan selamat meski punggungnya dihujam pecahan kaca. Sige-chan juga selamat. Tangis Ikeda pecah.
Korban berjatuhan
Banyak orang yang tak beruntung. Ikeda ingat benar nasib enam orang yang ia temui di bukit saat mengambil air. Semuanya tergeletak lemah dengan badan hitam. Setelah meneguk air yang diberi Ikeda, mereka menghela napas panjang dan tak lama kemudian meninggal.
”Saya merasa bersalah. Saya lari kembali ke rumah sakit dan mengatakan kepada orang-orang di sana, ‘Kalau saya kasih air, semuanya akan mati,’” ucap Ikeda yang kala itu dipanggil Mi-chan.
”Seorang bapak lalu berkata, ‘Mungkin mereka akan mati dengan atau tanpa minum air. Mi-chan telah membantu mereka dengan air yang sedap sehingga mereka bisa meninggal dengan nyaman,’” tambahnya lagi.
Di sisi lain, ada orang-orang yang selamat dari bom, tetapi menderita setelahnya. Radiasi yang dilepaskan bom itu merusak sel tubuh manusia. Sebagian orang mengalami diare, mual, dan kerontokan rambut tak lama setelah ledakan. Sementara itu, efek jangka panjang ledakan tersebut meliputi katarak, kanker, dan gangguan stres pascatrauma (PTSD).
Janin yang terpapar radiasi saat ledakan juga lahir antara lain dengan kondisi microcephaly atau kepala kecil. Selain itu, ada banyak orang yang hidup dengan keloid yang didapat dari luka bakar.
Tujuh puluh sembilan tahun berlalu sejak bom atom meledak di Nagasaki. Para penyintas bom yang masih hidup telah masuk usia senja. Pemerintah Nagasaki mencatat ada 26.805 penyintas di Nagasaki yang diberi layanan medis gratis. Layanan ini berlaku di seluruh Jepang. Mereka juga diberi tunjangan 34.000 yen atau sekitar Rp 3,6 juta per bulan.
Pendidikan wajib
Sejumlah penyintas yang disebut hibakusha ini kerap membagikan pengalamannya kepada generasi muda. Ini agar sejarah tak dilupakan. Pemerintah Jepang juga mewajibkan pendidikan sejarah bom atom di SD dan SMP. Kuliah serupa juga diberikan di perguruan tinggi dan masyarakat.
”Saksi hidup bom atom semakin tua. Maka itu, kerja keras membina pemuda penting untuk menyadarkan masyarakat global perlunya pemusnahan senjata nuklir,” kata Direktur Divisi Kebudayaan, Pariwisata, dan Urusan Internasional Prefektur Nagasaki Sakaguchi Ikuhiro.
Ia menambahkan, Nagasaki kala itu berhasil bangkit dengan bantuan kota-kota tetangga yang tak terdampak bom. Pegunungan yang mengungkung Nagasaki seperti mengisolasi dampak ledakan sehingga tak mengenai kota lain.
Secara ekonomis, Nagasaki yang berada di pinggir laut bangkit melalui aktivitas di sektor perikanan. Mereka juga mengandalkan industri perakitan kapal dagang. Sebelum dibom, Nagasaki memiliki pusat perakitan kapal perang dan senjata.
Sejak tragedi bom atom Nagasaki dan Hiroshima (yang terjadi pada 6 Agustus 1945), Pemerintah Jepang gencar menyuarakan perdamaian dunia. Jepang sampai bergabung dengan Dewan Keamanan PBB untuk mewujudkan ini. Mereka juga vokal tentang pentingnya pemusnahan senjata nuklir.
Hingga kini belum ada senjata nuklir yang ditembakkan sejak tragedi Hiroshima dan Nagasaki. Walakin, dunia tengah khawatir dengan risiko perang nuklir di Ukraina. Presiden Rusia Vladimir Putin pada 2023 menyebut rencana untuk menaruh senjata nuklir taktis di Belarus. Rencana ini ditentang dunia.
Baca juga: Manusia Menciptakan Kiamatnya Sendiri
Putin merasa ini perlu untuk mengimbangi kekuatan dengan pihak lain. Menurut Rusia, Amerika Serikat telah menempatkan senjata nuklir di Belgia, Jerman, Italia, Belanda, dan Turki selama beberapa dekade terakhir. AS diperkirakan memiliki 230 senjata nuklir taktis, sementara AS menduga Rusia memiliki sekitar 2.000 senjata nuklir taktis (Kompas, 3/4/2023).
Kondisi ini dikhawatirkan meningkatkan risiko penggunaan senjata nuklir di dunia. Kiamat nuklir ibarat ada di depan mata. Dunia lupa bahwa kiamat sebenarnya pernah terjadi di Nagasaki dan Hiroshima. Adu kekuatan ditambah pendeknya ingatan manusia benar-benar bukan kombinasi yang baik.