Ada Restoran Indonesia di Stockholm
Saya sempat bersepeda di kota Stockholm. Tujuan pertama adalah sebuah restoran Indonesia, Erna’s Bistro.
Di luar makanan Jepang, Korea, dan China, kuliner Asia tidak mudah eksis di Eropa. Ada banyak faktor penyebabnya. Akan tetapi, di kota Stockholm, Swedia, ada satu restoran yang khusus menyajikan makanan khas Indonesia. Peminatnya adalah warga setempat.
Saya memasuki kota Stockholm, ibu kota Swedia, pada 15 Januari 2024 malam dalam perjalanan dari Turku, Finlandia. Perjalanan antarkedua kota ini menggunakan feri atau kapal penyeberangan dengan lama pelayaran 11 jam.
Pagi itu suhu udara di kota Turku minus 18 derajat celsius. Salju tebal tetap menutupi semua area terbuka hingga di pelabuhan. Begitu pula dengan laut. Saya seolah tidak percaya menyaksikan laut yang begitu luas telah berubah menjadi hamparan salju. Indah, menawan, tetapi mengerikan.
Jarak dari penginapan menuju pelabuhan feri lebih kurang 2 kilometer. Saya memilih bersepeda. Saya melengkapi diri dengan perlengkapan dan pakaian tebal beberapa lapis, termasuk kacamata khusus salju agar dapat bertahan dalam suhu udara yang sangat dingin tersebut.
Tiba di pelabuhan, kami harus antre menunggu giliran masuk ke kapal sebab beberapa mobil datang bersamaan. Namun, hari itu tidak banyak mobil dan penumpang yang terangkut.
Ukuran kapal ini sama seperti feri Victoria yang kami tumpangi sebelumnya dari Estonia ke Helsinki. Kapal itu mampu mengangkut 2.000 orang dan beberapa ratus mobil.
Tepat pukul 08.00, kapal penyeberangan bernama Glori ini menarik sauh pertanda memulai pelayaran. Meski laut telah tertutup salju, kondisinya masih lembek sehingga memungkinkan kapal dapat berlayar. Kapal pun terus bergerak di tengah kepungan es seraya memecah salju yang ada.
Pemandangan ini sungguh istimewa dan langka. Itu sebabnya, selama beberapa saat saya memilih berada di pinggir kapal untuk menyaksikan fenomena hamparan salju di tengah laut yang luas.
Selama lebih kurang tiga jam pelayaran, kami mendapatkan suguhan salju itu. Hal ini terjadi karena kawasan tersebut memiliki cukup banyak pulau kecil. Pelayaran kami melewati pulau-pulau kecil yang letaknya berdekatan. Maka ,laut yang ada mudah tertutupi salju.
Setelah melewati gugusan pulau-pulau kecil, barulah salju menghilang. Kapal dapat melaju dengan lebih kencang.
Kota Marie Ham
Saat memasuki wilayah perairan Swedia, sekitar enam jam pelayaran, kami melakukan ritual perbatasan di buritan kapal. Kami mendengarkan lagu kebangsaan Finlandia dan menyanyikan lagu kebangsaan ”Indonesia Raya”. Saat itu, buritan kapal masih tertutup salju dengan suhu yang sangat dingin sehingga ritual berlangsung cukup singkat.
Tak lama kemudian, kapal merapat di sebuah pulau yang cukup besar. Di pulau itu ada kota bernama Marie Ham. Pulau ini juga menjadi tempat persinggahan kapal-kapal dari Turku ke Stockholm atau sebaliknya.
Banyak penumpang kapal Glori juga turun di kota itu. Ada yang langsung kembali lagi ke Turku dengan menggunakan kapal lain. Sebagian lagi masih berlibur di pulau tersebut. Tidak sedikit pula penumpang yang naik kapal Glori untuk menuju Stockholm.
Dari Marie Ham, kapal Glori melanjutkan pelayaran. Menjelang perairan Stockholm, kapal harus melewati kembali sejumlah pulau kecil. Pulau-pulau itu umumnya berpenghuni. Dari kejauhan tampak hamparan salju menutupi wilayah tersebut.
Tiba di Stockholm
Sekitar pukul 19.00, kapal Glori merapat di Pelabuhan Stockholm. Artinya, total pelayaran mencapai 11 jam. Lumayan lama dan jauh. Suhu udara malam itu minus 8 derajat celsius.
Setelah turun ke darat, saya memilih mengayuh sepeda menuju penginapan. Pukul 20.30, kami tiba di hotel yang telah kami pesan sebelumnya. Kami langsung istirahat.
Keesokan harinya, Selasa, 16 Januari 2024, saya sempat bersepeda di dalam kota Stockholm. Saya memulai gowes pukul 12.42. Tujuan pertama adalah sebuah restoran yang menyajikan makanan khas Indonesia. Namanya restoran Erna’s Bistro. Jaraknya hanya 4 kilometer dari penginapan.
Sesuai namanya, restoran ini milik Ibu Erna, orang asli Indonesia yang sudah lebih dari 20 tahun menetap di kota tersebut. Dia lulusan sekolah tata boga dan pernah bekerja di sejumlah hotel. Menu yang ditawarkan antara lain sate, soto ayam, rawon, sup ikan, dan gado-gado.
Restoran ini tergolong kecil sebab hanya menyediakan empat meja. Setiap hari tamu yang datang cukup banyak. Menariknya, makanan khas Indonesia ini umumnya dikonsumsi warga lokal. Pembelian terbanyak melalui daring (online).
Untuk makan siang itu, saya memesan soto, sedangkan dua teman saya memesan rawon dan gado-gado. Kami cukup penasaran juga dengan masakannya. Setelah dimakan, rasanya sama persis dengan masakan di Indonesia. Sungguh enak.
Di restoran tersebut, kami sempat berjumpa dengan seorang warga Stockholm yang sedang makan. Namanya Frederick. Dia mengaku senang dengan masakan Indonesia. Sesuai dengan seleranya.
Kami pun berkenalan lebih jauh. Friedrick menanyakan mengapa saya mengenakan pakaian sepeda. Saya menceritakan bahwa saya tiba di Stockholm dengan bersepeda dari Jakarta sejak 8 Juli 2023.
Dia sempat kaget, seolah tidak percaya. Akan tetapi, sesaat kemudian dia mendengarkan dengan serius, dan sekali-kali menanyakan tentang pengalaman selama perjalanan. Saya pun mengungkapkan segala suka dan duka selamatouring ini.
Dia memberikan apresiasi dan respek yang tinggi atas perjuangan kami. Menariknya lagi, dia menawarkan diri untuk membayar makan siang kami.
Sempat salah jalur
Selesai makan, saya melanjutkan bersepeda ke arah barat, yakni Norwegia. Suhu udara semakin dingin, berkisar minus 15 sampai minus 18 derajat celsius. Sungai dan danau yang ada juga telah membeku dan membatu. Air dalam botol sepeda pun membeku. Salju juga kian tebal menutupi badan jalan, membuat ruas jalan bertambah licin.
Sekitar pukul 17.00, saya terpaksa berhenti sejenak di sebuah restoran. Kesempatan ini saya manfaatkan untuk ke kamar kecil sekaligus mencairkan minuman dalam botol. Sang pemilik mengizinkan kami untuk berteduh sekalipun tidak berbelanja.
Setelah itu, saya melanjutkan bersepeda. Tantangan yang saya hadapi sungguh berat sebab salju terus menebal. Memasuki pukul 17.50, jarak perjalanan baru mencapai 17,5 kilometer. Benar-benar edan!
Saat itu, hari mulai gelap. Maklumlah, pada bulan Januari 2024, di wilayah Swedia dan sekitarnya, malam lebih cepat. Mulai pukul 16.15, hari pun gelap.
Saya memutuskan untuk berhenti gowes. Selanjutnya loading menuju kota Eskilstuna sejauh 100 kilometer. Tiba sudah larut malam, kemudian mencari penginapan yang murah tetapi layak. Bertemulah Hotel Comfort.
Kemudian, pada Rabu, 17 Januari 2024, saya bersepeda lagi dari Eskilstuna menuju Gunnarsokna. Suhu masih sangat dingin, yakni minus 10 derajat celsius. Jalan-jalan kecil (perdesaan) semuanya tertutup salju.Air sungai dan danau masih membatu.
Saya memulai gowes pukul 08.00 melewati jalan arteri. Jalan ini sebetulnya tertutup salju juga, tetapi tidak setebal di jalan desa. Ketika saya mengaktifkan Google Maps sepeda, jalur yang diberikan adalah jalan perdesaan.
Saya mencoba melawan dengan memilih melewati jalan arteri, sebab minim salju. Lagi pula, tidak ada larangan bagi sepeda. Posisi jalan desa dan jalan arteri tidak jauh.
Setelah bersepeda sejauh 28 kilometer, dua polisi yang sedang berpatroli memberhentikan perjalanan saya. Mereka menegur dan mengingatkan bahwa sepeda dilarang melewati jalan arteri.
Saya pun kaget. Saya mencoba beralasan bahwa tidak ada rambu lalu lintas yang ada di ujung jalan yang melarang sepeda melewati jalan arteri.
Kedua polisi mengakui, tidak ada rambu lalu lintas. Akan tetapi, di ujung jalan itu sebetulnya terpasang juga papan petunjuk berwarna hijau yang berarti jalan tol. Dengan demikian, sepeda dilarang melintas.
Mendengar penjelasan polisi, saya pun meminta maaf. Mereka kemudian meminta kami keluar dari jalan arteri dan masuk ke jalan perdesaan.
Satu dari kedua polisi itu ternyata pernah berlibur di Bali. Maka, ketika mereka tahu kami berasal dari Indonesia, polisi itu bersikap cukup ramah. Kami mengajak foto bersama, mereka tidak keberatan.
Siang itu, kami makan siang di kota Finbaken. Menunya roti dan piza. Setelah itu, saya melanjutkan bersepeda hingga di kilometer 61,85. Dari sana, saya loadingsejauh 163 kilometer menuju kota Karlstad dan menginap di kota tersebut.
Sepanjang perjalanan, kami berjibaku dengan salju yang menempel pada kaca mobil. Setiap lima menit kami harus menyemprotkan cairan antisalju pada kaca.
Masuk Norwegia
Pada Kamis, 18 Januari 2024, saya bersepeda dari Karlstad menuju ke Tolita, sebuah wilayah perdesaan. Siang itu, saya mengayuh hanya sejauh 32,63 kilometer, sekalipun total ketinggian hanya 263 meter dan memulai perjalanan pada pukul 08.42.
Akan tetapi, suhu udara masih minus 18 derajat celsius. Salju tebal menutupi jalan dan tidak mudah mendapatkan restoran yang beroperasi. Maklum, jalur ini masih wilayah perdesaan.
Sekitar pukul 12.30, kami tiba di Desa Tolita. Tidak ada restoran yang buka. Tetapi, ada sebuah tempat berteduh. Kami pun memutuskan memasak mi instan. Dengan penuh gairah dan semangat, kami turun dari mobil, kemudian membongkar kompor portabeldari dalam mobil.
Tes pertama, kompor tidak menyala. Tes ulang lagi juga hasilnya nihil. Kami mulai memeriksa lebih detail. Hasilnya, kompor memang macet akibat kedinginan. Lapar semakin parah.
Kami pun memutuskan melanjutkan perjalanan dan akhirnya menemukan restoran di kilometer 78, persisnya di kota Arvika, yakni McD. Kami makan dengan lahap.
Dampak dari kedinginan bukan hanya kompor portabel, melainkan juga jam cerdas Garmin. Di kota Avrika, Garmin saya mati empat kali karena kedinginan. Mungkin sudah terakumulasi. Saya terpaksa mengatur kembali.
Mungkin akibat Garmin rusak, kami salah jalan. Seharusnya dari Tolita, perjalanan mengarah ke barat, bukan ke utara. Hal itu belakangan baru kami sadari setelah kondisi Garmin mulai membaik.
Di Desa Tolita, kami sempat berkenalan dengan seorang bapak yang juga tokoh masyarakat setempat. Dia pensiunan pegawai toko grosir. Namanya Ronny Peterson. Usianya 66 tahun.
Dia sedang berjalan kaki. Melihat saya bersepeda, dia menyapa dengan ramah. Saya pun berhenti. Kami berkenalan dan terjadilah obrolan seru di tepi jalan. Saya menceritakan, perjalanan saya dengan bersepeda ini dimulai dari Jakarta pada 8 Juli 2023.
Dia kaget, seolah tidak percaya. Menurut dia, tidak banyak orang melakukan touring seperti ini, menghabiskan waktu berbulan-bulan.
Paling menakjubkan adalah gowes dari daerah tropis dan memasuki wilayah Eropa saat musim dingin. Inilah tantangan terberat bagi pesepeda dari wilayah tropis. Ronny Peterson memberikan apresiasi yang tinggi.
Setelah itu, saya melanjutkan perjalanan. Beberapa kilometer berikutnya, saya memutuskanloading menuju kKota Oslo, Norwegia, sejauh 160 kilometer. Menjelang sore, suhu bertambah dingin dan salju kian tebal.
Dalam perjalanan ke Oslo, kami melewati kota Ostra Ban. Kami singgah sesaat di sebuah pusat perbelanjaan cukup besar untuk membeli cairan anti-es untuk membersihkan kaca mobil. Kebetulan stok cairan sejenis yang ada di dalam mobil hampir habis.
Maklum saja, mobil kami tidak memiliki alat pemanas yang secara otomatis dapat meluruhkan salju yang menempel pada kaca. Itu sebabnya, penyediaan cairan anti-es sangat penting. Cairan itu setiap saat disemprotkan pada kaca mobil untuk membersihkan salju agar pengemudi dapat melihat dengan jelas kondisi jalan.
Letak kota Ostra Ban tidak jauh dari perbatasan Swedia dan Norwegia. Lebih kurang 6 kilometer menjelang border. Saat melewati border tampak hanya bangunan, tapi tidak ada lagi petugas imigrasi dan lainnya.
Di perbatasan, kami berhenti sejenak untuk melakukan ritual perbatasan. Kami mendengarkan lagu kebangsaan Swedia dan menyanyikan lagu kebangsaan ”Indonesia Raya”. Setelah itu melanjutkan lagi perjalanan dan tiba di Oslo sekitar pukul 20.00.
Pada Jumat, 19 Januari 2024, saya tetap bertahan di Oslo. Tidak bersepeda, tetapi jalan-jalan keliling kota menggunakan angkutan umum. Naik bus umum, kemudian turun lagi ganti dengan naik kereta dan trem.
Kami membeli tiket terusan harian. Satu tiket dapat digunakan untuk semua moda transportasi umum. Bus, trem, kereta, dan feri. Harganya hanya 5 euro atau setara Rp 85.000 per penumpang. Seru banget. Kami mendapatkan pengalaman yang menarik.