Saya Mengunjungi Sekolah Polantas di Apeldoorn
Ada yang seperti tidak percaya bahwa ada orang yang tidak muda lagi masih mampu bersepeda dari Jakarta hingga Amsterdam.
Kota Apeldoorn di Belanda sangat populer di kalangan anggota polisi lalu lintas di Indonesia. Di sana ada sekolah polisi lalu lintas yang sangat terkenal. Sebagian perwira polisi lalu lintas Indonesia pun menempuh pendidikan di sekolah itu selama 10 angkatan.
Cerita tentang Sekolah Polisi Lalu Lintas di Apeldoorn memang tak ada habisnya. Cerita itu terus bergema dari tahun ke tahun hingga sekarang. Bahkan, dari sana pula-lah tercetus gagasan pendirian Sekolah Polisi Lalu Lintas di Serpong, Tangerang Selatan.
Nama Apeldoorn pun selalu terngiang dalam setiap benak anggota polisi lalu lintas, termasuk saya. Timbul rasa penasaran selama bertahun-tahun tentang kota dan sekolahnya, dan baru kali ini terjawab dengan mengunjungi langsung dengan cara bersepeda.
Sekembali dari bersepeda ke Volendam, sebuah desa nelayan sebelah di timur laut Amsterdam, pada Senin, 5 Februari 2024, kami memilih menginap di kawasan Bullewijk, Kota Amsterdam. Di situ, ada penginapan bernama Hotel Joy. Tarifnya hanya 70 euro per malam.
Tarif ini terbilang murah untuk di Amsterdam, sebab hotelnya bersih, bagus, bebas biaya parkir dan tersedia sarapan pagi. Jarak dengan stasiun kereta dalam kota pun dekat. Hotel lain yang setara harganya minimal 100 euro. Namun, tidak bebas parkir.
Pada Selasa, 6 Februari 2024, saya memilih bertahan di dalam kota Amsterdam. Siang itu saya sempat bersepeda, tetapi hanya mencari makan, yakni di Restoran Barokah.
Selepas pukul 11.00, saya mulai mengayuh sepeda dari Hotel Joy. Melewati beberapa persimpangan dan kanal menuju ke Restoran Barokah. Suhu udara sekitar 10 derajat celsius. Udara pun bersih dan langit tampak cerah.
Saya pun terus melaju. Akan tetapi, kayuhan cukup terukur sebab sambil menikmati keindahan dan suasana Kota Amsterdam yang sangat ramah terhadap pesepeda dan pejalan kaki. Hanya membutuhkan waktu sekitar 35 menit, saya pun tiba di Restoran Barokah.
Selesai makan, saya memilih jalur yang berbeda untuk kembali ke Hotel Joy. Jarak kedua lokasi hanya 12 kilometer. Tetapi, gowes siang itu saya sengaja memutar ke sejumlah titik sehingga total perjalanan mencapai 27,2 kilometer.
Menjawab penasaran
Hari berikutnya, yakni Rabu, 7 Februari 2024, barangkali menjadi hari bersejarah juga untuk saya. Hari itu, untuk pertama kalinya pula saya mengunjungi Apeldoorn yang berada di sebelah timur Amsterdam. Saya ingin menjawab rasa penasaran yang telah bertahun-tahun mengendap dalam hati.
Suasana pagi itu agak dingin, sebab temperatur udara hanya 2 derajat celsius. Akan tetapi, tidak menghalangi semangat dan niat saya untuk mengayuh sepeda menuju ke kota yang menjadi pusat pendidikan polisi lalu lintas yang tertua di dunia.
Di masa lalu, para perwira polisi lalu lintas di Indonesia wajib mengikuti pendidikan pada sekolah lalu lintas di Apeldoorn. Setelah selesai pendidikan, mereka menjadi guru atau instruktur pada Pusat Pendidikan Polisi Lalu Lintas Polri di Serpong, Tangerang Selatan, selama dua tahun.
Setiap kali mereka mengajar tidak lupa selalu menceritakan tentang sekolah polisi lalu lintas di Apeldoorn. Itu sebabnya, saya pun selalu penasaran luar biasa.
Ada 10 angkatan yang pernah mengenyam pendidikan pada Politie Verkeer Instituut (PVI) Apeldoorn tersebut. Setelah itu, Polri fokus membenahi Pusat Pendidikan Polisi Lalu Lintas, termasuk untuk para perwira sehingga pengiriman pendidikan di Apeldoorn pun diakhiri. Ide pengembangan pendidikan bagi perwira polisi lalu lintas Polri di Serpong adalah Irjen (Purn) Sonny Harsono. Maka, gowes menuju Apeldoorn, saya dedikasikan untuk Pak Sonny Harsono.
Hasil pencarian melalui Google menunjukkan jarak dari Hotel Joy menuju Apeldoorn sejauh 85,41 kilometer. Lumayan jauh. Itu sebabnya sekitar pukul 08.30, saya pun memulai bersepeda.
Rute perjalanannya ternyata tidak sedatar menuju Den Haag atau Volendam, Jalur ini agak menanjak dengan melewati beberapa bukit. Lumayan menguras energi dan sedikit mengagetkan. Maklum setelah memasuki wilayah Eropa barat, kayuhan saya tidak lagi menghadapi tanjakan.
Arah timur
Dari Amsterdam, saya bergerak ke arah timur melewati sejumlah taman besar dan luas. Sebut saja Taman Nelson Mandela, Taman Baras, dan Taman De Riethoek. Taman-taman ini saking luasnya mengizinkan sepeda masuk dan bermain di dalamnya. Saya juga sempat melewati Danau Gaasperplas dan beberapa taman di sekelilingnya yang menawan.
Menariknya lagi, yang boleh melewati taman-taman yang ada hanya pejalan kaki dan pesepeda. Hal ini membuat warga benar-benar menikmati suasana alam dan keindahannya.
Dalam rute perjalanan ini, saya melewati sejumlah kota kecil, yakni Weesp, Bussum, Hilversum, Baam,Bunschoten, Ninjkerk, Voorthouzen, Garderen, Niew Milligen. Kota-kota ini setara dengan kota kecamatan di Indonesia. Akan tetapi, kebersihan dan kerapian tidak kalah dengan kota besardi Belanda.
Transportasi antarkota selalu terhubung dengan kereta. Di semua stasiun kereta tersedia tempat parkir sepeda. Para pekerja, pelajar dan mahasiswa dari kota-kota tersebut dapat memarkirkan sepeda di stasiun kemudian naik kereta menuju ke kota tujuan.
Dalam terminologi transportasi hal tersebut disebut dengan Park And Ride. Moda transportasi sepeda yang menyambung dengan kereta atau bus. Pemerintah menyediakan tempat parkir yang memadai, aman, dan nyaman. Ini salah satu strategi untuk mengurangi kendaraan pribadi di jalan raya agar mengurangi kemacetan.
Jadi, masyarakat dipicu dan terpacu untuk menggunakan angkutan umum. Fasilitas wajib disediakan pemerintah. Sepanjang perjalanan juga tampak cukup banyak lapangan bola tersebar di beberapa wilayah. Lapangan bola ini sering saya jumpai selama bersepeda di Jerman dan Belanda. Pantas saja negara-negara tersebut melahirkan banyak pemain bola hebat di dunia.
Menjelang tiba di Kota Alepdoorn tanjakan masih ada. Kemiringan mendekati empat derajat. Saya tiba pada sore hari. Total ketinggian gowes hari itu mencapai 203 meter.
Setelah beristirahat sejenak di hotel, saya lalu mencoba mencari melalui google, restoran Indonesia di kota ini. Ternyata ada juga. Namanya Restoran Mas Surabaya.
Lokasinya tidak terlalu jauh dari penginapan. Kami pun langsung berangkat. Lumayan banyak menu yang ditawarkan. Rasanya tidak kalah enak dengan restoran Indonesia lainnya di Belanda. Saya pesan nasi campur harganya 14 euro.
Akhirnya kesampaian
Besoknya, Rabu, 8 Februari 2024, saya gowes dari Apeldoorn menuju ke Utrecht, arah ke barat lagi. Kota ini ada di selatan Amsterdam. Jarak 71,22 km, suhu semakin rendah, yakni minus 2 derajat celsius. Saya memutuskan berangkat pukul 09.00.
Pagi itu, mula-mula saya bersepeda menuju sekolah polisi yang kini bernama Politie Academie. Jaraknya hanya dua kilometer dari penginapan.
Di kampus ini pengunjung dapat masuk dengan bebas tetapi hanya sampai di gedung utama. Tidak bisa masuk hingga ke dalam. Di halaman gedung utama saya sempat menyapa seorang ibu. Ternyata dia adalah dosen pada akademi tersebut.
Saya sempat memperkenalkan diri sebagai purnawirawan polisi. Saya juga bercerita bahwa banyak guru saya pada sekolah polisi lalu lintas di Indonesia pernah menimba ilmu di Politie Verkeer Instituut (PVI) Apeldoorn. Ibu juga sangat antusias.
Tidak lama kemudian saya berjumpa pula dengan beberapa taruna. Mereka pun menanyakan tentang siapa saya dan perjalanan saya di Eropa. Sekilas saya menjelaskan soal perjalanan bersepeda yang saya lakukan sejak 8 Juli 2023 dari Jakarta. Salah satu misi utama adalah mengajak masyarakat dunia untuk menyelamatnya bumi melalui aktivitas ramah lingkungan. Salah satunya melalui bersepeda kemana pun pergi.
Mendengar kisah perjalanan saya yang sudah cukup jauh dengan melewati ribuan kilometer, mereka pun kagum. Ada yang seperti tidak percaya bahwa ada orang yang tidak muda lagi masih mampu bersepeda dari Jakarta hingga Amsterdam dengan menghadapi cuaca dingin dan salju tebal.
Kami akhirnya berfoto bersama di depan kampus. Saya sungguh puas dan bahagia, akhirnya menginjakkan kaki di sekolah kebanggaan para polisi lalu lintas. Lebih keren lagi yakni saya datang ke sekolah yang amat bergengsi dengan memiliki reputasi tinggi ini dengan bersepeda.
Selepas itu, saya melanjutkan bersepeda menuju ke Utrecht. Tiba di kota yang berada di Selatan Amsterdam pada siang menjelang sore.