JAKARTA, KOMPAS - Sebagai sebuah negara yang terdiri dari banyak suku bangsa dan agama, bagi Indonesia, multikulturalisme adalah sebuah keniscayaan. Para pendiri bangsa ini pun menyadarinya dan mencantumkan keniscayaan ini dalam dasar negara serta konstitusi, Undang-Undang Dasar 1945
Widya Sumadinata, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Padjadjaran, Bandung, saat dihubungi, dari Jakarta, Senin (22/5) mengatakan, para pendiri negara sudah menyadari nahwa Indonesia sangat luas dan beragam suku bangsa dan agama. "Mereka merekatkannya melalui Pancasila dan UUD 1945," kata Widya.
Tapi, sebagai sebuah negara yang multikultural, harus diakui bahwa butuh kerja ekstra dari seluruh lapisan masyarakat untuk menjaganya. Multikultural dengan banyaknsuku, agama dan bahasa harus juga diakui sangat mudah untuk dijadikan alat pemisah.
"Sentimen primordialisme memang paling mudah untuk dijadikan bahan pemecah belah. Apalagi bagi sebagian warga yang menganggap Indonesia sebagai negara yang religius," katanya.
Kebangkitan nasional yang tahun ini sudah berusia lebih dari 1 abad terasa mundur bila melihat kondisi Indonesia kekinian. Berbagai sentimen primordialisme diakui Widya membawa negara ini mundur selangkah demi selangkah sebagai sebuah bangsa yang multikultur.
Cita-cita untuk menjadikan Indonesia pemimpinndi Asia Tenggara atau bahkan di Asia yang selama ini diidamkan menurut Widya akan sirna bila kita sebagai bangsa masih terkotak-kotak dalam sebuah sengketa primordial, yang seharusnya sudah lewat. Untuk mengembalikan kondisi Indonesia kekinian dan melangkah bergerak bersama Widya berharap pemimpin formal dan informal mau bahu membahu untuk mengembalikan serta menirmalkan situasi. "Walau ada sebagian yang terjebak dan ikut arus konflik ini," ujarnya.
Pemimpin informal, mulai dari tokoh agama hingga para mantannaktivis prodemokrasi pun harus turut serta berada di depan untuk mendinginkan suasana, sekaligus memberikan cara pandang agar Indonesia tetap berjalan pada rel yang positif. Isu bersama, kebanggaan bersama menurut Widya, adalah hal yang bisa disebarluaskan untuk membawa pola pikir positif bagi kemajuan bangsa.