logo Kompas.id
Politik & HukumAnak-anak Target Indoktrinasi
Iklan

Anak-anak Target Indoktrinasi

Oleh
· 3 menit baca

JAKARTA, KOMPAS — Kepolisian Negara Republik Indonesia menyita 155 buku berisi ajaran paham radikalisme dari rumah tersangka teroris, Syawaludin Pakpahan (43), yang ikut menyerang Markas Kepolisian Daerah Sumatera Utara. Buku itu diduga dipakai untuk mengindoktrinasi anak-anak.Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigadir Jenderal (Pol) Rikwanto, Jumat (30/6), di Jakarta, mengatakan, buku yang sampulnya bergambar Abu Bakar al-Baghdadi, pimpinan kelompok Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS) itu, ditemukan saat penggeledahan rumah Syawaludin Pakpahan (SP). Buku itu kini diamankan polisi. "Dari cover-nya terlihat penggiringan ke arah paham tertentu," ujar Rikwanto.Seperti diberitakan, SP bersama Ardial Ramadhana (34), Minggu lalu, menyerang Markas Polda Sumut hingga mengakibatkan seorang petugas piket Pelayanan Masyarakat, Ajun Inspektur Satu Martua Sigalingging (49), meninggal. Ardial tewas. Sementara SP, yang pernah enam bulan tinggal di Suriah pada 2013, mengalami luka tembak (Kompas, 27/6).Dari buku yang disita, selain bersampul gambar Abu Bakar al-Baghdadi, dengan kalimat yang mengingatkan hari-hari terakhir umat, juga buku dengan sampul pemandangan padang pasir dan senjata AK-47. Buku terakhir berisikan ajakan melakukan jihad. Buku lainnya yang terlihat sudah digunakan, antara lain buku berisi tulisan tangan anak-anak menggunakan pensil. Setelah ditelusuri, isi tulisan tangan itu mengenai mata pelajaran, seperti halnya di sekolah. "Buku itu berisi materi pelajaran anak-anak. Diduga sebagai salah satu cara indoktrinasi pada kalangan anak-anak. Tentu, anak-anak yang direkrut oleh SP, dengan pegangan buku itu, afiliasinya jelas ke mana dan arahnya ke mana," ujar Rikwanto.Hingga kini, Polri masih terus mendalami peran SP. Polisi juga mengembangkan siapa target dari anak-anak yang diajarkan melalui buku-buku itu, termasuk tempat dan waktunya. "Kami belum tahu, buku pelajaran itu dari mana, apakah pelajaran di situ atau buat anak-anaknya sendiri atau buat tetangganya," ujarnya.Diakui Rikwanto, perekrutan paling efektif dapat dimulai dari anak-anak karena mereka selain masih bersih, juga mudah dirasuki ideologi tertentu oleh orang yang sudah dipercayainya sejak kecil. Oleh karena itu, jika ditemukan anak-anak yang sudah jatuh dalam paham radikalisme, deradikalisasi harus segera dilakukan. Penangkapan di BatamDari Batam, Kepulauan Riau, Kepala Polda Kepulauan Riau Inspektur Jenderal Sambudi Gusdian membenarkan adanya penangkapan terhadap seorang pria di Batam, terkait penyerangan di Markas Polda Sumut, Minggu lalu. Namun, Sambudi belum bisa merinci penangkapan itu. Terkait penanganan aksi teror, Rikwanto mengaku polisi mengalami kendala untuk mencegah aksi teror karena belum selesainya revisi Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2003 tentang Tindak Pidana Terorisme. Salah satunya, mengenai penanganan kombatan NIIS. Untuk itu, ia berharap RUU tersebut dapat segera diputuskan oleh DPR bersama pemerintah. (D18/RAC)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000