logo Kompas.id
Politik & HukumDua Terduga Teroris Tewas di...
Iklan

Dua Terduga Teroris Tewas di Bima

Oleh
· 3 menit baca
Iklan

JAKARTA, KOMPAS — Tim Detasemen Khusus 88 Antiteror Kepolisian Negara RI menembak mati dua terduga teroris di perbukitan Mawu Dalam, Desa Talapiti, Kecamatan Ambalawi, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat, dalam operasi penangkapan, Senin (30/10). Keduanya diduga anggota jaringan kelompok Jamaah Ansharut Daulah.Terduga teroris yang tewas dalam baku tembak yang terjadi sekitar pukul 09.45 waktu Indonesia tengah itu adalah AM alias DA dan YA. Sementara itu, dua terduga teroris lain melarikan diri. Mereka adalah IQ dan NA.Kepala Divisi Humas Polri Inspektur Jenderal Setyo Wasisto mengatakan, penangkapan terhadap mereka merupakan pengembangan dari laporan masyarakat terkait adanya orang tak dikenal yang berada di wilayah hutan Mawu Dalam pada Sabtu (28/10). Ketika melakukan pengejaran, Detasemen Khusus 88 Antiteror mendapat perlawanan dari keempat terduga teroris itu. "Mereka terlibat dalam kasus penembakan terhadap anggota kepolisian yang terjadi di Bima, 11 September 2017," ujar Setyo di Jakarta, Senin.Penembakan itu melukai dua anggota Kepolisian Resor Bima, yaitu Brigadir Kepala (Bripka) Jainal Abidin dan Bripka Gafur. Mereka ditembak setelah mengantar anak ke sekolah di wilayah kota Bima.Selain terlibat dalam kasus itu, Setyo menambahkan, AM juga termasuk dalam daftar pencarian orang dari kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) pimpinan Santoso alias Abu Wardah. AM pernah berada di Poso, Sulawesi Tengah, ikut pelatihan dan gerilya kelompok MIT. Namun, ia kembali ke Bima tahun lalu. Ketika berada di Bima, AM mendapat perintah dari Santoso untuk melakukan aksi teror. Atas perintah itu, kata Setyo, AM kemudian bergabung dengan jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD) di Bima. Ketiga terduga teroris lain, yakni YA, IQ, dan NA, merupakan anggota jaringan JAD yang berada di NTB. "Tim Densus 88 Antiteror masih mengejar dua terduga teroris yang melarikan diri," katanya.Dalam operasi penangkapan itu, Detasemen Khusus 88 Antiteror menyita dua pucuk senjata rakitan, peluru kaliber 5,56 mm sebanyak 20 butir, tas ransel, perlengkapan pertahanan hidup di hutan, dan tempat air minum.Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komisaris Jenderal Suhardi Alius mengatakan, program deradikalisasi secara konsisten akan terus dilakukan, terutama menargetkan para bekas anggota kelompok teroris yang telah kembali ke daerah asal. Pendekatan kepada istri, orangtua, dan anak para teroris menjadi prioritas.Bima menjadi salah satu wilayah, selain Lamongan, Jawa Timur, dan Medan, Sumatera Utara, yang menjadi lokasi program BNPT untuk memberikan pendidikan Islam moderat dan kebangsaan kepada anak-anak eks pelaku aksi terorisme. Diharapkan, kata Suhardi, program itu bisa mencegah hadirnya regenerasi kelompok teroris."Kami melakukan profiling yang tidak hanya dilakukan kepada kombatan dan terpidana teroris, tetapi juga kepada keluarga, saudara, dan teman-temannya. Selain pengawasan kepada mereka, program itu juga untuk melakukan kontra-ideologi radikal kepada mereka," kata Suhardi.Suhardi menegaskan, BNPT memerlukan keterlibatan tokoh masyarakat, pemerintah daerah, dan kementerian atau instansi terkait dalam program deradikalisasi ini. (SAN)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000