JAKARTA, KOMPAS — Sejumlah artis dan seniman hadir dalam aksi menuntut keadilan terhadap sejumlah pelanggaran hak asasi manusia atau aksi Kamisan di depan Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (7/12). Acara serupa juga digelar di Bandung, Solo, Yogyakarta, Malang, Samarinda, Denpasar, dan Makassar.
Jika biasanya hanya dihadiri puluhan orang, aksi Kamisan ke-517 kemarin dihadiri ratusan orang. Tampak di antara peserta aksi, artis Glenn Fredly dan Melanie Subono.
Aksi Kamisan yang pertama kali dilakukan pada 18 Januari 2007 ini kemarin juga digelar untuk merayakan Hari HAM Internasional yang jatuh pada 10 Desember dan hari ulang tahun pejuang HAM, almarhum Munir Said Thalib, yang lahir pada 8 Desember 1965.
Munir meninggal akibat racun arsenik dalam penerbangan menuju Amsterdam, Belanda, pada 7 Desember 2004. Meski sudah ada yang diproses hukum, pengungkapan kasus itu dinilai belum sepenuhnya tuntas.
Kemarin, sejumlah keluarga korban pelanggaran HAM diajak bertemu oleh Presiden Joko Widodo. Namun, pertemuan yang awalnya dijadwalkan pukul 11.00 itu diundur menjadi pukul 16.00.
Direktur Eksekutif Amnesty International Indonesia (AAI) Usman Hamid mengapresiasi langkah Presiden yang mengajak bertemu para keluarga korban. ”Tetapi, kami tidak bisa kalau pertemuan pukul 16.00. Kami sudah membuat janji dengan ratusan orang untuk acara ini. Kamisan ini tidak biasa karena dilakukan di tujuh kota besar lainnya,” ucap Usman.
Selama ini, aksi Kamisan digelar pada pukul 16.00-17.00.
Sumarsih, ibu kandung dari Norma Irawan yang tewas tertembak saat peristiwa Semanggi I, 13 November 1998, menuturkan lebih memilih hadir di aksi Kamisan. ”Ini adalah sebuah simbol harapan dari gerakan masyarakat yang lebih penting,” ucapnya.
Ini adalah sebuah simbol harapan dari gerakan masyarakat yang lebih penting.
Dijadwal ulang
Usman berharap, pertemuan dengan Presiden bisa dijadwal ulang. Lewat pertemuan itu, Usman ingin mendesak pemerintah untuk menyelesaikan tanggung jawabnya pada penuntasan pelanggaran HAM berat masa lalu. ”Penyelesaian itu bisa dengan dibentuk lembaga ad hoc atau lainnya. Yang terpenting bisa bertemu dulu,” katanya.
Paian Siahaan, ayah dari Ucok Munandar Siahaan, korban penculikan Mei 1998, berharap ada undangan lagi dari Presiden Jokowi. Sebab, ia masih menunggu kepastian dari putranya yang sudah 19 tahun tidak kembali. ”Kami butuh kejelasan itu. Apakah dia masih hidup atau tidak,” kata Paian dengan nada bergetar.
Ketidakjelasan nasib Ucok membuat istri Paian, yaitu Damaris Hutabarat, sakit-sakitan. Kemarin, saat hadir di aksi Kamisan, Damaris harus duduk di kursi roda. ”Setidaknya, jika Ucok memang sudah meninggal, katakan saja. Jadi, kami bisa mengurus statusnya yang masih ada di kartu keluarga,” kata Paian.
Hilangnya Ucok sampai saat ini menjadi misteri. Pada 14 Mei, teman kuliah Ucok menghubungi Paian dan menjelaskan bahwa anaknya dibawa orang tidak dikenal. Sejak saat itu, Paian tak pernah kembali lagi. (DD06)