JAKARTA, KOMPAS — Suksesi kepemimpinan Badan Narkotika Nasional yang akan datang diharapkan melanjutkan kinerja yang sudah dibangun dalam era Komisaris Jenderal Budi Waseso dengan mengungkap bandar-bandar dan jaringan penyelundup besar dari luar negeri. Meski begitu, BNN dianggap masih perlu meningkatkan program pencegahan yang lebih sistematis dan melibatkan lintas sektor.
Pengamat kepolisian Universitas Indonesia, Bambang Widodo Umar, mengapresiasi kemampuan Badan Narkotika Nasional (BNN) yang cukup optimal menangani peredaran narkoba di Indonesia, terutama menangkap para pengedar dan penyelundup besar yang berasal dari Indonesia dan luar negeri.
Atas dasar itu, Bambang menilai, BNN harus memiliki pola pencegahan yang lebih komprehensif, misalnya dengan melibatkan kementerian/lembaga yang masing-masing memiliki kewenangan setara untuk menyelamatkan generasi masa depan bangsa dari narkoba. ”BNN di daerah, misalnya, perlu menjangkau perangkat desa untuk melibatkan program pencegahan dan penanggulangan narkoba,” kata Bambang di Jakarta, Senin (19/2).
Senin kemarin, Budi Waseso berusia 58 tahun. Usia itu menandakan bahwa ia telah memasuki masa pensiun sebagai perwira tinggi Kepolisian Negara RI. Lulusan Akademi Kepolisian tahun 1984 itu akan resmi pensiun pada 1 Maret. Atas dasar itu, Dewan Jabatan dan Kepangkatan Tinggi (Wanjakti) Polri telah melakukan penilaian terhadap sejumlah nama dari perwira tinggi berpangkat inspektur jenderal dan komisaris jenderal.
Berpeluang
Dari sejumlah informasi yang dihimpun di lingkungan Polri, terdapat tiga nama yang berpeluang diajukan sebagai calon pengganti Budi. Mereka ialah Kepala Badan Reserse Kriminal Polri Komisaris Jenderal Ari Dono Sukmanto, Deputi Pemberantasan BNN Inspektur Jenderal (Irjen) Arman Depari, serta Deputi Penindakan Komisi Pemberantasan Korupsi Irjen Heru Winarko.
Ketika dimintai konfirmasi terkait ketiga nama itu, Kepala Divisi Humas Polri Irjen Setyo Wasisto mengatakan, pemilihan calon pengganti Budi murni keputusan Wanjakti Polri. Pergantian Kepala BNN, ujarnya, juga melalui persetujuan dari Presiden. ”Jadi, jangan berandai-andai. Tunggu saja nanti diumumkan,” ujar Setyo.
Melihat rekam jejak tugas ketiga perwira tinggi Polri lulusan Akademi Kepolisian tahun 1985 itu, Ari mengungkap sejumlah kasus narkoba sejak menjabat sebagai Kepala Bareskrim pada Mei 2016.
Arman kerap membongkar bandar, penyeludupan, dan pabrik narkoba. Sementara Heru berpengalaman menangani kejahatan transnasional, termasuk narkoba, ketika menjabat sebagai Kepala Kepolisian Daerah Lampung pada 2012. (SAN)