JAKARTA, KOMPAS — Setya Novanto, mantan Ketua DPR, dinyatakan tak perlu menjalani rawat inap setelah kecelakaan di kawasan Permata Hijau, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, 16 November 2017. Hal ini diungkapkan oleh Nadia Husein, dokter ahli syaraf di Rumah Sakit Medika Permata Hijau, saat diperiksa sebagai saksi di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta, Senin (9/4/2018), dalam sidang dengan terdakwa dokter Bimanesh Sutardjo.
Nadia merupakan dokter yang memeriksa cedera kepala Novanto sesudah kecelakaan. Selain Nadia, jaksa juga menghadirkan dokter ahli bedah Djoko Sanjoto, dokter spesialis jantung Mohammad Toyibi, dan Hilman Mattauch yang bertindak sebagai sopir Novanto saat kecelakaan terjadi.
Nadia mengatakan, saat itu Novanto mengeluhkan sakit kepala dan mengaku pingsan setelah mobilnya menabrak. Nadia pun melakukan pengujian terkait kemungkinan cedera kepala ringan. Ia menambahkan komunikasi dengan Novanto saat itu berjalan lancar.
”Dia bilang pingsan, tapi dia ingat apa yang dialami. Orang pingsan, kan, tidak tahu kalau dia pingsan. Apa tetap bisa dikategorikan cedera kepala?” tanya jaksa KPK Roy Riadi.
”Apa yang disampaikan yang bersangkutan merupakan subyektivitas yang dirasakannya. Jadi, dari keterangan itu tetap masuk dalam ranah cedera kepala ringan untuk dibuktikan secara obyektif dengan pemeriksaan penunjang,” jelas Nadia.
”Apa bisa dipulangkan (saat Novanto selesai diperiksa)?” tanya Roy yang dijawab bisa oleh Nadia. Bahkan dokter yang sudah 8 tahun bertugas di RS Medika Permata Hijau ini menambahkan pemeriksaan computerized tomography scan (CT-scan) tidak mendesak dilakukan merujuk pada kondisi fisik Novanto.
Tidak konsisten
Dalam sidang yang sama, hakim dan jaksa sempat menegur Hilman karena keterangannya mengenai kronologi kecelakaan Novanto cenderung tidak konsisten. Hilman mengaku mencari keberadaan Novanto di rumahnya di Jalan Wijaya XIII, Pondok Indah, dan di Apartemen Dharmawangsa. Akhirnya, Hilman bertemu Novanto pada 16 November 2017 di ruang kerja Novanto di Gedung DPR setelah mengontak ajudan Reza Pahlevi.
Hilman sedianya akan mewawancara Novanto, tetapi ternyata Novanto bersedia diwawancara di studio televisi tempat Hilman bekerja. Dalam perjalanan menuju studio, Hilman tiba-tiba diminta untuk mewawancara Novanto langsung melalui sambungan telepon. Sambil tetap mengemudikan mobil dan sesekali berhenti, Hilman mewawancara Novanto hingga akhirnya kecelakaan terjadi.
Awalnya, Hilman menyampaikan mobil yang dikendarainya menabrak pohon lalu menghantam tiang lampu. Namun, ketika dikonfirmasi ulang oleh jaksa, Hilman justru berkelit dan mengaku yang ia tahu mobilnya sudah dalam posisi di atas trotoar. (IAN)