logo Kompas.id
Politik & HukumPempek yang Merajut...
Iklan

Pempek yang Merajut Kebersamaan

Oleh
Muhammad Ikhsan Mahar/Rini Kustiasih/ Rhama Purna Jati
· 4 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/FZYEp3UXz-v2a8aN2BqRH_RJKBI=/1024x683/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2018%2F04%2F20170605dri8-1.jpg
KOMPAS/ADRIAN FAJRIANSYAH

Pedagang pempek di Pasar 26 Ilir, Palembang, Sumatera Selatan, Sabtu (3/6/2017). Hubungan harmonis antaretnis, suku, dan budaya sejatinya akan membuahkan hasil yang manis jika disikapi dengan bijaksana. Hal ini tergambar secara nyata pada pempek, makanan khas dari Palembang. Pempek lahir dari pertautan budaya Melayu yang terbiasa memakan sagu dan Tionghoa yang mahir mengolah ikan. Hingga kini, pempek diterima luas dan menjadi identitas yang tak bisa dipisahkan dari Bumi Sriwijaya, Palembang.

Bagi masyarakat Palembang, pempek bukan sekadar kuliner, melainkan juga simbol akulturasi budaya. Pempek merupakan perpaduan hasil bumi Sumatera Selatan dengan kreativitas olahan para pendatang, terutama Tionghoa.

Gunawan (24) bersama kedua temannya tengah menunggu pesanan pempek di warung terapung yang ada di Sungai Musi, pertengahan April lalu. Warung terapung yang setiap malam menjual berbagai penganan khas Sumatera Selatan, seperti pempek, lenggang, dan model ikan tersebut, tepat berada di hadapan Benteng Kuto Besak.

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000