Imam Besar Al Azhar Tertarik dengan Islam Moderat di Indonesia
Oleh
Ilham Khoiri
·3 menit baca
[caption id="attachment_5629854" align="alignnone" width="720"] Imam Besar Al-Azhar Mesir, Sheikh Ahmad Muhammad Ahmad Ath-Thayyeb, tiba Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Minggu (29/4/2018) sekitar pukul 22.20 WIB.[/caption]
JAKARTA, KOMPAS — Imam Besar Al-Azhar Mesir, Sheikh Ahmad Muhammad Ahmad Ath-Thayyeb, kembali mengunjungi Indonesia. Tiba di Jakarta, Minggu (29/4/2018) malam, dia dijadwalkan menjadi pembicara utama dalam Konsultasi Tingkat Tinggi Ulama dan Cendekiawan Muslim Dunia tentang Wasatiyyah Islam di Bogor, Jawa Barat, Selasa (1/5/218).
Sheikh Ahmad Ath-Thayyeb tiba Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Minggu sekitar pukul 22.20 WIB. Begitu mendarat, dia langsung disambut Wakil Menteri Luar Negeri Abdurrahman M Fachir; Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerja sama Antargama dan Peradaban Din Syamsuddin; ahli tafsir yang juga alumnus Al-Azhar, M Quraish Shihab; serta beberapa pejabat. Hadir pula sejumlah duta besar negara-negara sahabat untuk Indonesia.
Setelah beramah tamah sebentar, Sheikh langsung menuju hotel untuk beristirahat. Seusai penyambutan, Din Syamsuddin menjelaskan beberapa agenda selama kunjungan Sheikh di Indonesia. Salah satunya, dia bakal menjadi pembicara utama dalam Konsultasi Tingkat Tinggi (KTT) Ulama dan Cendekiawan Muslim Dunia tentang Wasatiyyah Islam di Bogor, Jawa Barat, Selasa (1/5/218). Konferensi ini bakal berlangsung selama 3 hari atau sampai Kamis nanti.
Sheikh ini sudah tiga kali datang ke Indonesia. Waktu kami sampaikan undangan dari Presiden Joko Widodo di Kairo (Mesir) beberapa waktu lalu, beliau langsung menyatakan kesediaannya untuk datang dan tertarik dengan Islam di Indonesia yang dianggapnya berwawasan wasathiyyah, jalan tengah. Beliau menganggap penting untuk berbicara di konferensi ini.
Sheikh Al Azhar diundang dalam konferensi itu karena punya pengaruh besar dalam dunia Islam seiring dengan pengaruh perguruan tinggi tersebut. Tak sekadar memberi sambutan kunci, dia akan tampil sebagai pembicara tunggal dan utama dalam forum itu. Sebelum itu, Sheikh dijadwalkan akan bertemu dengan Presiden Joko Widodo di Istana Negara, Senin sore ini.
”Beliau tadi menyatakan kebahagiannya bisa kembali datang ke Indonesia. Beliau tadi belum masuk ke substansi pandangannya. Nanti kita dengar pandangannya di konferensi,” kata Din tentang penyambutan di bandara.
Saat bertemu di Kairo beberapa waktu lalu, kata Din, Sheikh menyatakan sangat terkesan dengan Islam di Indonesia, terutama yang mengambil jalan tengah. Sheikh mendukung kajian lebih jauh tentang Islam jalan tengah ini.
”Wasatiyyah Islam adalah jalan tengah Islam. Ada banyak karakternya, antara lain menjaga keseimbangan, berada di tengah, tidak terjebak pada ekstremitas, penuh dengan toleransi, moderasi, cenderung menyelesaikan masalah dengan musyawarah, terbuka, dan sangat menghargai kemajemukan. Ini nanti kita bahas dalam konferensi,” kata Din.
Kunjungan tahun 2016
Pada kunjungan tahun 2016, Sheikh memberikan kesempatan wawancara khusus dengan harian Kompas. Saat itu dia mengajak umat Islam di Indonesia, Mesir, dan seluruh dunia membangun perdamaian sesuai pesan agama ini. Dalam arsip berita Kompas, 27 Februari 2016, Sheikh mengajak semua umat Islam kembali kepada semangat perdamaian yang diserukan agama ini. Hal itu sudah jelas diketahui dan terbukti dalam sejarah. Islam memiliki sejarah peradaban sebagai agama yang membangun perdamaian di antara manusia.
Islam menuntut setiap Muslim menjadi pelaku perdamaian secara nyata dalam keluarga, kelompok sosial, dan kelompok-kelompok lain. Bahkan, juga membangun perdamaian dengan kelompok-kelompok di luar Islam.
”Kami mendorong perdamaian, cinta, dan persaudaraan di antara umat Islam dan masyarakat dunia. Islam itu agama cinta dan penuh rahmat. Kami mengakui adanya perbedaan pendapat, tetapi kami mencegah konflik, apalagi pembunuhan,” kata Sheikh dalam wawancara tersebut.