BOGOR, KOMPAS — Di sela-sela pembukaan konferensi ulama bertajuk ”High Level Consultation of World Muslim Scholars on Wasatiyyat Islam”, Presiden Joko Widodo menerima kunjungan kehormatan Wakil Presiden Bidang Perempuan dan Keluarga Republik Islam Iran Masoumeh Ebtekar.
Pertemuam tertutup itu berlangsung di salah satu ruang di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Selasa (1/5/2018).
Pada pertemuan ini, Presiden menekankan pentingnya langkah untuk mempromosikan nilai-nilai Islam yang rahmatan lil alamin, rahmat bagi alam semesta.
”Dalam kaitan inilah, Indonesia menginisiasi Konsultasi Tingkat Tinggi Ulama dan Cendekiawan Muslim tentang Wasatiyyat (jalan tengah) Islam,” kata Presiden Jokowi seperti dikutip Biro Pers Media dan Informasi Sekretariat Presiden.
Menurut Presiden, pemahaman wasatiyyat Islam, terutama yang terkait toleransi, sangatlah penting. Khususnya dalam mempererat kerukunan sesama umat Islam atau ukhuwah islamiyah. Paham jalan tengah Islam juga dibutuhkan dalam rangka untuk menanggulangi penyebaran paham radikal.
Presiden juga menyinggung bagaimana Indonesia terus berupaya dalam pemberdayaan peran perempuan di segala bidang.
”Di kabinet yang saya pimpin terdapat 8 perempuan menteri, di DPR terdapat 97 perempuan legislator, dan di lembaga peradilan terdapat 1.900 perempuan hakim. Adapun di bidang ekonomi terdapat lebih dari 15 juta perempuan pengusaha,” kata Presiden.
Di akhir pertemuan, Presiden berharap adanya kerja sama bilateral, termasuk di bidang pemberdayaan perempuan antara Indonesia dan Iran.
Mendampingi Presiden dalam pertemuan itu Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, dan Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerja Sama Antaragama dan Peradaban Din Syamsuddin.
Ebtekar merupakan perempuan Wapres Iran yang hadir bersama para ulama dan cendekiawan muslim yang hadir dalam konferensi di Bogor. Paling tidak, ada sekitar 100 ulama dan cendekiawan Muslim hadir di konferensi yang berlangsung sejak 1 hingga 3 Mei 2018 itu.
Cendekiawan Muslim Komarudin Hidayat saat ditemui di lokasi acara
menyampaikan, momen ini merupakan momen bersejarah. Kehadiran para ulama dan cendekiawan Muslim dunia di forum ini menegaskan bahwa Indonesia diakui negara-negara lain. Hal ini terjadi karena Indonesia bukan bagian dari konflik di Timur Tengah.
Sejarah panjang gerakan sipil Indonesia sudah jelas. Pengalaman mengenai hal itu sudah teruji sejak sebelum kemerdekaan RI.
”Kepada bangsa Timur Tengah, forum ini merupakan sinyal bahwa Indonesia dapat mengelola perbedaan dengan damai. Sementara kepada bangsa Barat, kita tunjukkan bahwa Islam itu bukan Arab saja, melainkan di Asia Tenggara ada poros kekuatan Islam yang tidak bisa diabaikan,” kata Komarudin.