Indonesia Lawan Terorisme Bersama Filipina dan Malaysia
Oleh
Riana A Ibrahim
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Bersama Filipina dan Malaysia, Indonesia berencana melakukan latihan militer gabungan di Kalimantan pada Juli 2018. Kesepakatan antartiga negara untuk menggelar latihan yang bertujuan memperkuat patroli darat ini merupakan salah satu upaya untuk memerangi teroris yang diduga berafiliasi dengan Negara Islam di Irak dan Suriah.
Sebelumnya, tiga negara ini telah memulai langkah pengamanan lewat patroli laut dan udara. Namun, eskalasi aksi teror di Indonesia beberapa waktu lalu dan sejumlah pergerakan pecahan dari sisa anggota Maute dari Marawi, Filipina, memerlukan antisipasi cepat.
”Tidak ada tempat bagi teroris. Kami lakukan segala cara dan strategi untuk mencegah mereka berkembang, apalagi sampai melakukan aksi di negara kami,” kata Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu seusai penyerahan pesawat di Clark Air Base, Haribon Hangar, Filipina, Selasa (26/6/2018).
Pengamanan jalur darat, menurut dia, menjadi hal penting. Sebab, para simpatisan NIIS yang terdesak akibat sejumlah serangan, termasuk konflik di Mindanao beberapa waktu lalu, ini memilih jalur darat untuk bersembunyi dan berpindah lokasi mengingat keamanan di laut dan udara kian ditingkatkan. Lewat kerja sama trilateral ini, penjagaan di daerah perbatasan pun semakin ketat sehingga bisa mempersulit pergerakan para teroris.
Menteri Pertahanan Filipina Delfin Lorenzana menyampaikan, pentingnya kemitraan yang dibangun dengan Indonesia dalam bidang keamanan. Meski perang yang terjadi di Marawi pada tahun lalu diklaim berhasil memukul mundur kelompok Maute, Lorenzana tidak menampik masih ada sisa anggota yang berkeliaran dan berpindah ke tempat lain. ”Namun, kami terus memburu mereka demi keamanan negara,” kata Lorenzana.
Belum lama ini, pihaknya kembali melakukan serangan terhadap sekelompok orang yang diduga merupakan pelarian dari Marawi. Bahkan, kabar yang diperoleh, kelompok yang berhubungan dengan NIIS ini telah memiliki pemimpin baru sehingga upaya pencegahan segera dilakukan. ”Upaya memberantas teroris itu berkelanjutan. Sekarang, kami menyatukan kekuatan juga dengan Indonesia dan Malaysia agar persoalan teroris ini selesai,” ujar Lorenzana.
Pada tahun lalu, pertempuran di Marawi yang menewaskan sekitar 1.100 orang tersebut dilakukan untuk mengusir kelompok Maute. Penduduk Marawi pun dievakuasi seiring dengan status darurat militer yang ditetapkan Presiden Filipina Rodrigo Duterte. Sekitar tiga bulan lalu, para penduduk Marawi telah diizinkan kembali.