Mereka yang Terkena Imbas…
Di balik kemenangan dan kekalahan calon kepala daerah di Pilkada 2018, pekan lalu, ada barisan anggota Dewan Perwakilan Rakyat yang berpekan-pekan sebelumnya ikut ”turun gunung” ke daerah pemilihan masing-masing. Bagi mereka, pilkada serentak 2018 bukan sekadar agenda politik berskala lokal, melainkan pemanasan sekaligus gambaran kontestasi yang akan menyambut dalam Pemilu Legislatif 2019.
Anggota DPR dari Fraksi Partai Amanat Nasional, Saleh Partaonan Daulay, tertawa kecil saat ditanya apakah partainya memberikan penghargaan atau insentif bagi anggota legislatif yang telah membantu memenangkan pasangan calon kepala daerah yang diusung partai di daerah pemilihan (dapil) masing-masing.
”Itu mau tidak mau sudah kewajiban kader partai sejak detik awal memutuskan mau jadi anggota DPR. Harus ikut membesarkan partai, artinya harus ikut menyukseskan partai dalam berbagai agenda politik,” kata Saleh, Minggu (1/7/2018).
Saleh berasal dari daerah pemilihan Sumatera Utara II. Pada Pemilihan Kepala Daerah 2018, pekan lalu, perolehan suara calon gubernur yang diusung PAN, Edy Rahmayadi-Musa Rajekshah, unggul dari pasangan calon Djarot Saiful Hidayat-Sihar Sitorus. Versi hasil hitung cepat sejumlah lembaga, pasangan yang dikenal dengan sebutan Eramas itu unggul di atas 55 persen.
Sebelum pilkada, Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan mewajibkan para kadernya yang duduk di kursi DPR untuk ikut mengawal proses Pilkada 2018. Semua anggota DPR dari Fraksi PAN diminta bertanggung jawab memenangkan pasangan calon yang diusung PAN di dapil masing-masing. Hal itu karena pilkada dianggap sebagai pemanasan menjelang kontestasi besar pada 2019.
Saleh tidak ketinggalan ikut menjalankan kewajiban itu. Sejak berbulan-bulan sebelum perhelatan pilkada, ia turun ke dapil untuk kunjungan reses sebagai anggota Dewan, sekaligus berkonsolidasi untuk memenangkan Edy-Musa. Selain mengatur strategi bersama struktur partai di tingkat daerah, di setiap kunjungan reses, ia juga menyelipkan pesan-pesan untuk meyakinkan konstituennya mendukung Edy-Musa.
”Partai memang menugaskan anggota legislatif untuk mengeluarkan segala kemampuan, pikiran, tenaga, untuk memenangkan calon yang diusung partai, dengan harapan itu nanti bisa jadi alat bargain (tawar) kami saat pemilu,” kata Saleh.
Setelah hasil hitung cepat menunjukkan banyak pasangan calon yang diusung PAN unggul di daerah masing-masing, Saleh mengatakan, tidak ada penghargaan khusus yang diberikan partai kepada anggota DPR yang menjalankan kewajibannya itu. Namun, secara tidak langsung, itu akan berpengaruh pada penilaian partai pada anggota DPR bersangkutan jika ingin kembali mencalonkan diri di Pemilu Legislatif 2019.
Apalagi, saat ini sedang tahap finalisasi penyusunan daftar calon anggota legislatif di setiap partai. Kontribusi caleg petahana saat pilkada, ujarnya, secara tidak langsung akan menjadi salah satu variabel penilaian partai saat menentukan daftar caleg peserta Pileg 2019.
”Kalau si anggota DPR A bekerja keras, dia dinilai oleh partai mampu bersaing saat pemilu. Logikanya, kalau memenangkan orang lain saja bisa, apalagi memenangkan dirinya sendiri,” kata Saleh.
Senada, anggota DPR dari Fraksi Partai Nasdem, Irma Suryani, mengatakan, prestasi anggota DPR yang ikut berkontribusi demi memenangi pilkada tentu akan dicatat oleh partai. Namun, bentuk insentif atau reward tersebut, ujarnya, tidak harus diberi oleh partai secara langsung, tetapi bisa juga dari calon kepala daerah yang saat pilkada telah dibantu untuk menang.
”Karena Nasdem tidak pakai uang mahar, bentuk reward-nya bisa dari (calon) yang diusung, mereka janji membantu mempromosikan saya (di pileg),” kata Irma.
Anggota DPR dari Fraksi PDI-Perjuangan, Arif Wibowo, mengatakan, partai politik mengevaluasi pencapaian calon di daerah masing-masing saat pilkada. Termasuk mengevaluasi kontribusi dan kerja keras dari anggota DPR yang terkait di daerah tersebut.
Meskipun tidak langsung berdampak pada perolehan ”nomor urut cantik” saat pemilu legislatif, kontribusi anggota DPR bersangkutan menjadi salah satu catatan penting.
”Partai memang ada evaluasi, semua dipanggil, selain anggota Dewan, ada juga pengurus partai. Intinya mereka yang masing-masing sudah diberi tanggung jawab untuk menyukseskan wilayah itu,” kata Arif.
Otokritik dan pembelajaran
Namun, lebih dari sekadar catatan penting untuk pencalegan, Arif mengatakan, Pilkada 2018 menjadi sarana positif bagi partai dan khususnya elite-elite anggota Dewan yang ingin maju di 2019, untuk mengevaluasi diri, melakukan otokritik, dan mengatur strategi baru demi menyambut Pileg 2019.
Sebagai contoh, berkaca pada perolehan hasil hitung cepat di Pilgub Jawa Timur, pasangan Saifullah Yusuf-Puti Guntur Soekarno yang diusung PDI-P kalah dari pasangan calon Khofifah Indar Parawansa-Emil Elistianto Dardak. Namun, partai, ujar Arif, tidak larut dalam kekalahan, tetapi mengevaluasi diri dan berinovasi untuk mencapai perolehan suara yang lebih baik saat Pileg 2019.
Misalnya, dengan mengubah strategi kampanye saat pileg nanti dari cara-cara konvensional ke cara yang lebih modern, seperti memanfaatkan dengan maksimal penggunaan media sosial. Selain itu, dengan tidak terlalu banyak menghabiskan uang untuk pemasangan alat peraga, tetapi meningkatkan pertemuan tatap muka dengan masyarakat atau lebih aktif ”jemput bola” menghampiri rumah setiap pemilih dan meningkatkan interaksi (engagement) dengan masyarakat.
”Ada jenis orang-orang yang kalau tidak dibenturkan, tidak sadar-sadar juga. Makanya, kekalahan di pilkada kemarin itu, ya, sebenarnya menjadi sarana positif untuk kami otokritik,” kata Arif.
Lagi pula, imbuhnya, berhubung pilkada sangat mengutamakan sosok figur calon yang diusung, tidak selalu kekalahan di pilkada berkorelasi pada kontestasi pemilu. Meskipun calon kepala daerah yang diusung PDI-P kalah di sejumlah wilayah strategis, ia mengklaim, berdasarkan hasil survei, kekuatan partai tetap unggul di daerah tersebut.
”Meski pilkada kalah, konsolidasi partai tetap jalan, mesin partai juga sudah pemanasan jauh-jauh hari. Itu makanya pilkada serentak 2018 ini jadi momentum untuk semaksimal mungkin menyiapkan diri menghadapi pemilu serentak,” ujarnya.