JAKARTA, KOMPAS - Akomodasi kepentingan dari kedua belah pihak akan mendukung mulusnya proses islah antara kepengurusan Partai Persatuan Pembangunan hasil Muktamar Jakarta dan PPP yang dipimpin Romahurmuziy. Islah kedua kubu itu diyakini akan memperkuat soliditas PPP dalam menghadapi dinamika politik menjelang Pemilu 2019.
Peneliti Departemen Politik dan Hubungan Internasional Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Arya Fernandes, Rabu (8/8/2018), di Jakarta, mengatakan, upaya islah antara kedua kubu PPP merupakan upaya yang baik dalam demokratisasi partai politik di Indonesia. Kendati islah itu tidak akan banyak mengubah sikap politik PPP dalam percaturan politik nasional terkini, upaya penyatuan kembali elemen parpol bisa menjadi momentum penguatan internal.
”Efek islah ini memang tidak akan terlalu besar karena dalam prosesnya PPP telah bekerja dalam menghadapi Pemilu 2019. Misalnya, untuk pendaftaran calon anggota legislatif, tahapannya telah dimulai, dan daftar calon sementara (DCS) sudah disusun. Namun, bukan tidak mungkin akomodasi dilakukan pada sisi yang lainnya, sepanjang ada pembicaraan antara pihak Djan Faridz dan Romahurmuziy,” kata Arya.
Sebelumnya, pengurus PPP Muktamar Jakarta mengunjungi Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siroj di Gedung PBNU, Jakarta, Selasa (7/8). Kubu PPP Djan Faridz, yang kini dipimpin Humphrey R Djemat sebagai pelaksana tugas ketua umum, datang bersama Sudarto, Wakil Sekretaris Jenderal PPP Muktamar Jakarta, bukan Suharso Monoarfa seperti yang diberitakan.
Kedatangan Humphrey ke PBNU bertujuan meminta Said Aqil menjadi mediator islah antara PPP hasil Muktamar Jakarta dan PPP pimpinan Romahurmuziy. Humphrey mengatakan, tujuan utama islah ialah penyatuan dan perdamaian internal PPP. Mengenai sikap politik dan kepentingan lain menjelang Pemilu 2019, hal itu akan dibicarakan nanti dan disesuaikan dengan dinamika internal.
Arya mengatakan, tantangan bagi PPP setelah upaya islah dari kubu Djan Faridz ialah akomodasi para pihak dari kedua kubu. Kendati ruang akomodasi bagi kubu Muktamar Jakarta makin sempit lantaran tahapan pemilu telah berjalan, masih ada upaya membuka ruang lain.
”Ruang akomodasi itu terbatas karena proses caleg sudah selesai. Kalau Rommy mau, mungkin akan ditambah di dalam struktur kepengurusan. Penambahan bisa dilakukan di dalam tim pemenangan partai, misalnya, karena kalau perombakan pengurus di pusat ataupun daerah tentu kecil kemungkinan. Namun, kubu Muktamar Jakarta tidak bisa mendesakkan kepentingan-kepentingannya. Mereka harus legawa,” kata Arya.
Terbuka
Secara terpisah, Sekretaris Jenderal PPP Arsul Sani menyampaikan, pihaknya terbuka dengan permintaan islah kubu Muktamar Jakarta. Menurut Arsul, PPP sejak lama telah melakukan islah. Sejumlah kepengurusan PPP hasil Muktamar Jakarta pun sebenarnya telah
lama bergabung dengan kubu Rommy. Bahkan, beberapa di antaranya telah menjadi caleg dari PPP.
”Prinsipnya, silakan bertemu kami. Soal posisi di kepengurusan, itu hal yang tidak sulit dibicarakan. Dalam pencalegan saja kami beri tempat, apalagi kalau hanya menjadi pengurus. Malah kami bersyukur. Syaratnya cuma satu, yakni harus aktif benar-benar menggerakkan partai sebab sudah mau pemilu,” katanya.