Pancasila Mengandung Nilai-nilai Islam Jalan Tengah
Oleh
Pascal S Bin Saju
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Ideologi suatu bangsa dapat menjadi patokan bagi masyarakat dalam menjalankan kehidupan yang harmonis. Indonesia dengan keberagamannya memiliki dasar ideologi Pancasila yang dapat mewujudkan sikap toleransi guna menjaga keutuhan bangsa.
Utusan Khusus Presiden RI untuk Timur Tengah dan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) Alwi Shihab mengatakan, Indonesia adalah negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, tetapi bukan sebagai negara Islam. Inilah yang diinginkan dan diperjuangkan para pendiri bangsa.
”Para pendiri bangsa menyadari bahwa Indonesia bukan hanya dibangun oleh umat Muslim. Namun, orang-orang Indonesia dari berbagai agama, suku, dan budaya juga turut berperan dalam memerdekakan bangsa ini,” kata Alwi, di Jakarta, Rabu (15/8/2018).
Pada sesi ketiga dalam acara World Peace Forum Ke-7 dengan tema ”The Middle Path: Perspective of National Ideologies”, Alwi mengatakan, semangat nilai-nilai Islam tecermin dalam Pancasila. Kelima pilar Pancasila, yaitu percaya adanya Tuhan, kesatuan, demokrasi, kemanusiaan, dan keadilan bagi semua orang juga mencerminkan nilai-nilai agama lain.
”Indonesia bukan negara Islam. Umat Islam tetap menjalankan agamanya dan menghormati ajaran agama lain. Inilah yang dimaksudkan dengan wasatiyah atau jalan tengah bahwa sebagai umat Muslim, menerima dan menghormati perbedaan adalah kewajiban,” ujar Alwi.
Wasatiyah dapat diartikan wasit yang bersikap netral dan tidak memihak. Apabila setiap umat Muslim dapat menerapkan toleransi dalam kehidupannya, keharmonisan hidup berbangsa dan bernegara akan terwujud. Sebab, agamamu dan agamaku bukanlah hal yang patut diperdebatkan.
Tantangan globalisasi
Meski demikian, ada tantangan yang sedang dihadapi Indonesia dan negara-negara lain saat ini adalah globalisasi. Hal ini terlihat dari adanya kelompok tertentu yang memaksakan penerapan ideologi baru kepada pihak lain. Akibatnya dapat memunculkan sikap ekstremisme.
”Dalam melawan sikap ekstremisme dari golongaan tertentu, kita harus berpatokan pada Al Quran yang mengajarkan toleransi, menghargai perbedaan, dan inklusivitas. Inilah yang sering kali dilupakan orang-orang,” kata Alwi.
Tantangan globalisasi pun disampaikan oleh Duta Besar Federasi Rusia untuk Indonesia Lyudmila Georgievna Vorobieva. Menurut dia, situasi Eropa saat ini dipengaruhi oleh dampak negatif dari globalisasi. Dampak negatif dapat dilihat dari meningkatnya ideologi liberal yang memunculkan perlawanan terhadap nasionalisme sehingga meningkatkan sikap separatis.
”Kami mengapresiasi ideologi Pancasila yang dimiliki Indonesia. Meski suku, budaya, dan agama di Rusia tidak seberagam di Indonesia, untuk persoalan ideologi, kami masih dalam proses mencari dan mengadopsi ideologi yang bermanfaat bagi kehidupan masyarakat,” kata Lyudmila.
Menurut Lyudmila, ideologi adalah hal penting bagi negara seperti Rusia untuk memperteguh dan memperkuat kesatuan negara. Terkait konsep jalan tengah, Rusia dikatakan sebagai jembatan yang menghubungkan nilai-nilai antara Benua Asia dan Benua Eropa.
Harmoni dan keseimbangan
Selain itu, Director of Center for Interreligious Dialogue of the Islamic Culture and Relations Organization of the Islamic Republic of Iran Mohammad Hossein Mozaffari mengatakan, wasatiyah sebagai jalan tengah harus diimbangi dengan harmoni dan keseimbangan.
”Melalui harmoni, kita dapat bekerja sama tanpa adanya sikap ekstremis. Pentingnya kesadaran bahwa setiap manusia memiliki keunikan akan membuat kita lebih menghargai perbedaan,” kata Hossein.
Hossein mengatakan, keseimbangan dalam menghadapi persoalan dalam arti tidak memihak juga penting. Konsep jalan tengah dalam hal ini berarti bukan mencari kesalahan, melainkan mencari akar permasalahan sehingga keberpihakan dapat dihindari.
Associate Secretary General of Religions for Peace Republic of India Deepali Bhanot juga menyampaikan pentingnya konsep jalan tengah untuk menciptakan perdamaian dalam hidup. Menurut dia, konsep jalan tengah adalah tugas semua masyarakat, bukan hanya pemerintah.
”Sebagai perwakilan dari pemerintah, kita semua di sini diharapkan dapat menjadi figur bagi generasi muda. Khususnya dalam mempromosikan keharmonisan dan kedamaian dalam kehidupan,” ujar Deepali. (SHARON PATRICIA)